Di balik kesenangan, di sana ada kesatuan-kesatuan besar yang melingkupi kehidupan manusia, sadar ataupun tidak sadar.
Surabayastory.com – Di pertengahan usianya, dan saat dihadapkan pada peperangan serta kematian Sophie, anak perempuannya, Sigmund Freud menulis apa yang digambarkannya sebagai naskah yang sangat spekulatif. Naskah Beyond Pleasure Principle (1920) adalah suatu penjajagan atas masalah kehidupan dan kematian, yang dikonseptualisasikan oleh Freud dalam kaitannya dengan ‘insting’. Freud memiliki sejumlah pertanyaan menarik seperti, Apa yang membuat segala sesuatu menjadi hidup?
Apakah kematian telah ada semenjak awal kehidupan? Dia beralih pada biologi dan memanfaatkan hasil-hasil temuan berpikirnya tentang dinamika pikiran. Dia mencapai pandangan bahwa ‘insting kehidupan’, atau Eros, ‘mengikat semua bentuk kehidupan bersama’. Dalam karya-karya selanjutnya, dia memberikan komentar lebih jauh bahwa insting ini ‘membentuk substansi yang hidup ke dalam kesatuan-kesatuan yang lebih besar lagi, sehingga kehidupan bisa diperpanjang dan dibawa menuju ke tingkat perkembangan yang lebih tinggi’ dan, sekali lagi, bahwa insting ini ‘bertujuan untuk memperumit kehidupan dan, pada saat yang sama, tentu saja, juga bertujuan untuk mempertahankannya’.
Sebagai gambaran singkat, Sigmund Freud adalah bapak pendiri psikoanalisis, sebuah metode untuk mengobati penyakit mental dan juga teori yang menjelaskan perilaku manusia.
Freud percaya bahwa peristiwa di masa kecil kita memiliki pengaruh besar pada kehidupan dewasa kita, membentuk kepribadian kita. Misalnya, kecemasan yang berasal dari pengalaman traumatis di masa lalu seseorang tersembunyi dari kesadaran, dan dapat menyebabkan masalah selama masa dewasa (dalam bentuk neurosis).
Sigmund Freud (lahir di Freiberg, 6 Mei 1856 – meninggal di London, 23 September 1939, usia 83 tahun) adalah seorang Austria.Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), pra-sadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious).
Kembali tentang naskah Freud. Salah satu hasil penelitian biologi yang menarik perhatiannya adalah tentang ‘perbedaan-perbedaan vital’. Penelitian tersebut mempelajari sel-sel yang berkumpul menjadi satu dan kemudian terpisah kembali. Dalam proses ini sel-sel tersebut menjadi muda kembali. Freud mengatakan bahwa meskipun organisme-organisme biasanya memiliki satu tujuan umum yaitu untuk mencapai suatu pelepasan ketegangan, yang pada akhirnya mengarah pada kematian, namun pada saat yang sama kesatuan dengan substansi yang hidup dari individu-individu yang berbeda juga akan meningkatkan ketegangan-ketegangan ini, serta membentuk apa yang mungkin bisa disebut sebagai ‘perbedaan vital’ baru, yang selanjutnya harus diterima.
Proses Kehidupan
Freud melihat konjugasi sel-sel ini sebagai awal dari reproduksi seksual pada makhluk-makhluk yang lebih tinggi dengan melibatkan, seperti yang kita ketahui sekarang, penggabungan kembali atas materi genetik. Pandangan Freud di sini adalah tentang suatu proses hidup di mana ‘pengikatan bersama’ memiliki pengaruh yang merusak namun sekaligus menjadikan muda kembali berbagai elemen dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Atau dengan kata lain, Eros adalah ketegangan dalam organisme.
Dalam konteks ini ada satu pertanyaan yang cukup menarik yang berkaitan dengan perbedaan antara kloning dan reproduksi. Kedua proses tersebut sama-sama menghasilkan kehidupan. Namun kloning mengarah pada sesuatu yang telah ada sebelumnya. Sebaliknya, dalam aktivitas reproduksi seksual, meskipun organ tubuh yang asing biasanya oleh sistem kekebalan tubuh dianggap sebagai ancaman, namun tubuh tersebut harus menghadapi – dan menjadi tempat – pertama bagi sperma dan kemudian juga menjadi tempat berkembangnya embrio.
Dalam kehidupan emosional atau mentalnya, seseorang mungkin bereaksi seperti halnya sistem kekebalan tubuh dalam menolak pengalaman atau gagasan-gagasan asing. Agar hubungan seksual, emosional, atau mental bisa terjadi, segala bentuk ‘keasingan’ atau perbedaan dari individu atau gagasan lain perlu ditangani dengan baik. Sebagian hambatan dalam melakukan hal ini melibatkan pengakuan bahwa individu lain memiliki sesuatu yang tidak kita miliki. Individu dari jenis kelamin yang berbeda, misalnya, memiliki bentuk tubuh dengan karakteristik-karakteristik seksual yang berbeda. Pada saat yang sama, perbedaan-perbedaan tersebut memberikan harapan atas sesuatu yang baru dan diperlukan bagi terbentuknya hubungan (antara individu-individu yang berbeda) – baik itu hubungan seksual, emosional, atau pun intelektual. –sa