Cinta bisa bertahan selamanya jika Anda menyimpannya dalam sebuah kapsul waktu. Merawatnya setiap hari, dan menjadikan Anda tenggelam di dalamnya. John Lennon -Yoko Ono melakukannya dengan banyak akrobatik.

Surabayastory.com – Cinta sejati tak selalu cinta pertama. Namun kalau diyakini, cinta sejati suatu saat akan datang, dan tinggal bagaimana kita menangkapnya. Tentu saja, untuk cinta sejati dibutuhkan pengorbanan yang tidak kecil. Karena sebenarnya, untuk kebahagiaan yang sempurna dibutuhkan air mata.
Banyak yang berpikiran bahwa cinta yang berawal dari perselingkuhan adalah tanda-tanda tidak baik. Kalau cinta itu berlanjut dengan pernikahan, maka tidak akan menghasilkan pernikahan yang bahagia dan pasti akan berakhir dengan perpisahan. Tapi tampaknya dalil seperti itu tidak berlaku bagi pasangan cinta sejati John Lennon -Yoko Ono.
Walau mengalami pasang surut yang dahsyat tapi cinta John Lennon-Yoko Ono terbukti tak tergoyahkan oleh persoalan seberat apapun. Sejak awal cinta mereka berdua mengalami rintangan yang amat berat.
Sebenarnya bagi keduanya pernikahan itu bukanlah yang pertama. Sebelum dengan Yoko, Lennon telah menikahi Cynthia Powell. Keduanya sama-sama murid sekolah seni di Liverpool pada tahun 1957. Cynthia dilahirkan pada 10 September 1939 di Blackpool England.
Cynthia dan John menikah pada 23 Agustus1962 di Mount Pleasant Registry Office di Liverpool. Pernikahan mereka dirahasiakan dari publik. Bahkan, saat Cynthia melahirkan anak pertamanya, Julian Lennon pada 8 April 1963, mereka tak boleh mempublikasikannya karena takut mengecewakan fans wanita Lennon.
Pernikahan John dan Cynthia hanya bertahan selama 6 tahun saja. Keduanya bercerai pada 8 Nopember1968. Cynthia Lennon mengklaim bahwa pernikahannya dengan John hancur karena kekerasaan fisik, perselingkuhan, kecemburuan dan narkoba.
Cynthia Lennon menuturkan pengakuan mengejutkan itu dalam buku yang ditulisnya sendiri berjudul John (1980). Menurut pengakuan Cynthia, sang suami pernah melakukan tindak kekerasan terhadapnya. “Aku bisa menghadapi semua sifat buruknya, kecuali kalau sudah menyangkut kekerasan,” tutur ibu dari Julian Lennon tersebut.
Menurut Cynthia, John sendiri hanya sekali memukulnya sepanjang menjalin hubungan. “Ketika itu kami masih sama-sama mahasiswa jurusan seni. John cemburu melihatku berdansa dengan Stuart Sutcliffe (salah satu personil awal The Beatles). Keesokan harinya ia mengikutiku hingga kamar kecil, dan saat aku keluar, ia langsung melayangkan tangannya ke wajahku hingga aku terpental,” papar Cynthia.
Namun wanita itu mengaku bahwa setelah kejadian itu, John menghabiskan waktu 3 bulan untuk minta maaf dan memohon untuk bisa melanjutkan kencan mereka, “Meski dia sering berkata kasar, namun sejak kejadian itu ia tidak pernah lagi melakukan kekerasan fisik kepadaku,” kenangnya.
Perselingkuhan yang dimaksudkan Cynthia adalah hubungan antara Lennon dan Yoko Ono. Ada dua versi mengenai awal pertemuan Lennon dengan Ono. Yang pertama, mereka bertemu pada 9 November 1966, ketika Lennon pergi ke Indica Gallery di London. Di sana Ono sedang mempersiapkan pameran seninya. Versi kedua, mereka bertemu pada akhir tahun 1965, ketika Ono menggarap sebuah proyek musik untuk buku John Cage, Notations, di London. Saat itu, Lennon membantu proyek itu. Tapi apapun versinya yang jelas pertemuan itu menciptakan affair antara John dan Yoko.
Dalam artikel “John Lennon’s Marriages”, dituliskan bahwa Cynthia menikah beberapa kali sesudah perceraiannya dengan John. Mereka adalah Roberto Bassanini: Roberto adalah seorang pengusaha hotel. Cynthia dan Roberto menikah pada 1 Agustus 1970 di Inggris dan bercerai pada Desember 1973. John Twist dan Cynthia menikah pada Mei 1976 dan bercerai pada tahun 1983. Lalu tak kapok menikah, suami Cynthia selanjutnya adalah Noel Charles, pemilik nightclub.
Kisah cinta Lennon dengan Ono berbeda dengan ketika bersama Cynthia. Kalau hubungan dengan Cynthia sangat dirahasiakan, bersama Ono, John bebas memperlihatkan hubungannya. Pada tahun 1968 John mulai tinggal bersama Yoko di Inggris, barulah setahun kemudian, tepatnya pada 20 Maret 1969 mereka menikah di Gibraltar.
Yoko Ono sebelum menikah dengan John Lennon pernah menikah dengan pria lain. Yang pertama dengan Toshi Ichiyanagi pada tahun 1956 dan bercerai pada tahun 1962. Yoko lalu menikah dengan Anthony David Cox pada 28 Nopember 1962. Pernikahan mereka berakhir pada 1 Maret1963. Keduanya menikah lagi pada 6 Juni 1963. Mereka bercerai pada 2 Pebruari 1969. Yoko dan Anthony dikarunia anak perempuan bernama Kyoko Chan Cox, yang lahir pada 8 Agustus 1963 di Tokyo Jepang. Ia diasuh oleh Anthony. Sesudah kematian John Lennon, Yoko menikah lagi dengan Sam Havadtoy pada tahun 1981.
Pilihan John terhadap Yoko kurang lebih berdasarkan atas keinginannya untuk memberontak terhadap nilai-nilai konservatif masyarakat Inggris. John tidak ingin menyandang citra sebagai seorang gentleman Inggris yang mapan dan bahagia, seorang family man dengan istri (Cynthia Powell) serta seorang putra John, Charles Julian.
Pentolan Beatles ini menginginkan seseorang yang bisa dijadikan inspirasi, dapat mengimbangi jalan pikirannya dan ikut mewujudkannya. Ia menemukan kriteria tersebut pada Yoko, seorang seniman yang ditemuinya di sebuah galeri seni di London pada 1966. Saat itu Yoko sedang memamerkan karya seninya.
John tak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan seniman avant garde asal Jepang ini akan mengubah hidupnya secara drastis. John bukan saja jatuh cinta pada karya seni yang ditampilkan, tetapi juga jatuh cinta kepada sang seniman. John bahkan rela untuk meninggalkan Cynthia dan anaknya, Julian Lennon.
Umur Yoko yang delapan tahun lebih tua membuat John diberitakan mengidap Oedipus Complex, kelainan yang membuat seseorang memiliki kecenderungan menyukai orang yang jauh lebih tua. Sebuah keadaan psikologis yang didasarkan pada kisah cerita klasik tentang Raja Thebes, di mana Oedipus mengawini Jocasta, ibu kandungnya sendiri.
Tuduhan ini dikaitkan dengan trauma John saat kehilangan ibunya ketika ia baru berusia 16 tahun. John dikabarkan merindukan sosok wanita yang bisa berperan sebagai ibu dalam kehidupannya. Namun ia tidak peduli dengan tuduhan tersebut. Rasa cintanya pada Yoko melebihi semuanya.

Menciptakan Lagu Bersama
John dan Yoko merasa mereka telah saling melengkapi. Keunikan mereka sebagai seniman memang sangat terlihat. Mereka juga berkali-kali melakukan kolaborasi dalam musik.
Lennon dan Ono mengabadikan pernikahan mereka dengan merilis album kolaborasi antara keduanya pada Wedding Album, Live Peace in Toronto 1969, Some Time in New York City dan Double Fantasy.
Mereka berdua lalu meluncurkan album Two Virgins, yang sempat menjadi kontroversi karena menampilkan foto tanpa busana mereka di sampul album tersebut.
Tak lama setelah kegilaan album Two Virgins, John dan Yoko kembali menjadi pembicaraan dunia. Lima hari setelah menikah, John dan Yoko melakukan chek-in di Amsterdam Hilton Hotel di Kanada untuk memulai bulan madu. Mereka mengundang pers untuk datang ke kamar hotel. Keduanya menyambut pers di tempat tidur, hanya dengan mengenakan pakaian tidur.
Dalam kesempatan itu keduanya melancarkan kampanye perdamaian dunia. Lennon dan Ono meminta agar perang Vietnam segera dihentikan. Aksi mereka ini dikenal dengan nama ‘bed-in for peace’. Ribuan fotografer dan wartawan dari seluruh dunia tak mau melewatkan momen ini untuk diabadikan dan dijadikan bahan berita.
Sejak saat itu pernikahan mereka semakin dibicarakan publik dan tak jarang banyak pihak yang memuji aksi kampanye perdamaian mereka. Bahkan mereka mengatakan bahwa pernikahan mereka didedikasikan untuk perdamaian dunia.
Dua bulan kemudian pasangan Lennon-Ono menggelar acara Bed-In for Peace yang kedua di Montreal, yang juga menjadi berita mendunia. Di jendela kaca tepat di atas ranjang dipasang tulisan Bed Peace dan Hair Peace. Untuk mendapatkan perhatian dan menyebarkan pesan perdamaian dunia, mereka mengundang media ke kamar itu setiap hari selama 12 jam.
Selama Bed-in for Peace di Montreal, Lennon ketika ditanya apakah pesan perdamaian itu efektif, Lennon menjawab: “Yeah, berpikirlah tentangnya. Tapi mereka mendapatkannya, engkau tahu, maksudku itu pasti. Suara kami pasti keluar setiap seperempat jam sekali. Dan apabila itu bukan nyanyian, itu berbicara, dan mereka mengulang yang terjadi pada bulan Mei di Montreal,” tegasnya tanpa ragu.
Saat perang Vietnam berkecamuk, Lennon dan Ono menyadari bahwa demonstrasi publik non-kekerasan yang muncul hanya sedikit. “Kau tahu, dan ada sangat sedikit. Mata coklatku dan Paulus … kau tahu? Maksudku, aku melakukannya untuk orang-orang yang membutuhkannya. Sebagian besar itu hanya, mari kita bersama-sama, dan harus keluar sekarang seperti mantra. Kami mencoba untuk membuat sebuah mantra, mantra perdamaian, dan memasukannya di kepala mereka. Ini akan bekerja,” ujar pria kelahiran Liverpool Inggris itu.
Lennon sebenarnya ingin tetap menyelenggarakan acara Bed-In for Peace kedua di New York, bukan Montreal, tapi ia tidak diizinkan masuk ke negara itu karena punya masalah dengan mariyuana.
Gambar-gambar dan video yang direkam dari kedua acara Bed-In tampak memiliki dampak yang jauh lebih besar. Akan tetapi itu bukanlah kesalahan Lennon atau Ono. Sebaliknya, itu adalah refleksi dari ketidakmampuan media menggunakan taktik brilian mereka secara serius.
Juga mungkin bahwa aktivisme politik Lennon memiliki impak yang negatif terhadap fakta bahwa pemerintah AS mulai tidak menyukainya dan berusaha untuk mendeportasi dia ke Inggris beberapa tahun kemudian.

Kambing Hitam
Dunia menyaksikan pernikahan antara John Lennon dan Yoko Ono bukan hanya sebagai ritual tapi juga sebagai bagian dari sejarah musik dunia. Pernikahan itu bahkan disebut-sebut sebagai penyebab bubarnya The Beatles, band paling fenomenal sepanjang sejarah dunia musik.
Kisah cinta Yoko dan John mendapat tantangan dari rekan-rekan John di Beatles khususnya Paul. Yoko sering bergabung di dalam sesi latihan dan rekaman untuk album The White Album. Ini membuat para personel Beatles lainnya semakin tidak menyukai Yoko. Permasalahan di dalam Beatles semakin parah saat Paul, Ringo dan George secara terang-terangan tak setuju jika John Lennon menjalin hubungan asmara dengan Yoko Ono. Permasalahan ini diakui John sendiri kepada awak media di beberapa kesempatan.
“Mereka menghina dia. Sepertinya saya harus memilih antara The Beatles dan Yoko dan saya memilih Yoko,” ungkap John Lennon, yang dikutip dari Contact Music.
John pada akhirnya memang lebih memilih Yoko dibanding Beatles. Sebuah fakta yang membuat wanita asal Jepang ini dibenci mayoritas dunia karena dianggap menghancurkan sebuah band paling besar di dunia. Para penggemar Beatles benar-benar mengkambing-hitamkan Yoko. Mereka menganggap Beatles tidak akan pernah bubar jika John tidak pernah bertemu Yoko.
Namun Yoko Ono tentu saja membantah dia sebagai penyebab bubarnya The Beatles. Dalam suatu interview pada tahun 1987, Yoko menyebut perpecahan itu disebabkan perasaan para anggota Beatles yang ingin merasakan kebebasan. Ia juga mengatakan bahwa ide berpisahnya Beatles bukan diawali John.
“Tiap orang jadi sangat bebas. John sebenarnya bukan orang pertama yang mau meninggalkan The Beatles,” katanya Yoko yang dikutip dari Huffington Post.
“Kami melihat Ringo suatu malam dengan Maureen (istrinya) dan dia datang ke John dan saya dan bilang ingin keluar. Lalu George dan baru kemudian John. Paul McCartney adalah satu-satunya yang mau mempertahankan The Beatles. Tapi tiga lainnya berpikir Paul menganggap The Beatles sebagai band-nya. Mereka jadi seperti band-nya Paul, mereka tidak suka,” lanjut Yoko.
Yoko juga mengatakan bahwa perpecahan The Beatles justru menimbulkan ketegangan pada hubungannya dengan Lennon. Ia menceritakan bahwa John sangat merindukan rekan-rekannya di Beatles dan menuntut Yoko untuk mengisi kekosongan tersebut dalam kehidupan John.
Puluhan tahun kemudian pernyataan Yoko mendapatkan pembenaran dari Paul McCartney. Paul sendiri mengakui bahwa Yoko bukan penyebab bubarnya Beatles. “Dia tidak membuat grup bubar, saat itu grup memang sedang pecah,” kata McCartney, seperti dikutip dari The Guardian.
MacCartney bahwa ada ataupun tidak ada Ono, grup ini rawan bubar. “Ia tentu saja tidak membubarkan grup, tapi gruplah yang bubar. Saya tidak ingin Anda berpikir menyalahkannya untuk apapun,” kata McCartney kepada Frost.
Pria berusia 71 tahun yang sudah menghasilkan 24 solo album itu menambahkan, “Dengan pengalaman dalam seni pertunjukan avant-garde-nya, Ono memiliki pandangannya tentang berbagai hal, sehingga ia menunjukkannya cara lain, yang sangat menarik baginya (Lennon). Sehingga ketika tiba saatnya, ia (Lennon) pasti akan pergi dengan atau tanpa Ono,” terang MacCartney.
Pada akhir tahun 2013 dalam wawancaranya dengan majalah musik Rolling Stone, Paul McCartney mengatakan ia telah membuang dendam lamanya terhadap janda sesama anggota the Beatles, John Lennon.
“Saya pikir apabila John mencintainya, pasti ada sesuatu di sana. Ia tidak bodoh. Itu seperti apa yang akan kau lakukan. Apakah kau akan terus memendam rasa dendam yang tidak pernah nyata?”
Saat berusia 71 tahun, kepada Rolling Stone McCartney mengatakan bahwa almarhum George Harrison, anggota The Beatles yang lain, mendorongnya untuk memaafkan. “George berkata kepada saya, Jangan biarkan hal-hal seperti itu mengganggu hidup Anda.”
Setelah The Beatles bubar, perselisihan antara Paul McCartney dan John-Yoko terus berlanjut. Bahkan setelah John mati, mereka berdua tak kunjung berdamai. Perselisihan berlanjut di seputar pengarang lagu untuk album-album The Beatles. Perselisihan mereka sering muncul dalam media.
Menanggapi pernyataan Paul McCarney bahwa ia bukan penyebab bubarnya The Beatles, Yoko pun menyatakan lega. Menurut Yoko, butuh waktu yang sangat lama bagi Paul untuk mengatakan hal tersebut secara jujur. “Ia mengetahui saya, kami mengetahui satu sama lain selama 30-40 tahun atau sekitar itu, tetapi tidak tahu cara untuk mengatakan hal seperti itu karena orang-orang hanya menyukai gagasan bahwa kami sedang bertarung seperti orang gila di ring tinju,” katanya saat menjadi tamu dalam acara Woman’s Hour di BBC Radio 4 dalam rangka mempromosikan Meltdown Festival di Southbank Centre, pada Juni 2013 yang telah dikurasi olehnya, seperti diwartakan NME.
Ono mengaku sempat terkejut karena Paul baru mengatakan hal itu 40 tahun setelah the Beatles bubar. “Saya sangat, sangat berterima kasih,” tutur Ono yang kini berusia 87 tahun kepada surat kabar Inggris The Times. “Artinya, Saya kaget, Saya bertanya-tanya, Sekarang dia mengatakannya? Sekarang, sesudah 40 tahun? Itu sangat bagus. Dalam lingkungan bahwa dunia tercipta untuk kita, itu tidak mudah baginya untuk mengatakan sesuatu seperti itu,” papar Yoko.
Yoko mengakui sulit menjadi istri dari salah satu personel The Beatles. “Iya, itulah mengapa saya memiliki rasa hormat dan cinta yang besar kepada istri-istri personel The Beatles yang lain. Ini merupakan hal yang paling sulit bagi saya. Saya pikir ini lebih sulit daripada menjadi istri politisi, karena hal ini tak ada habisnya. Kami memiliki posisi yang tak pernah berakhir,” ungkapnya. –sa
If some one wishes expert view concerning blogging after that i propose him/her to
go to see this blog, Keep up the good job. https://menbehealth.wordpress.com/
Super-Duper site! I am loving it!! Will come back again. I am bookmarking your feeds also.