Pohon yang satu ini memang luar biasa. Daya hidupnya lentur beradaptasi di berbagai kondisi tanah dan cuaca. Sosoknya menjulang mengundang siapa pun untuk merasakan kenikmatan buahnya.
Surabayastory.com – Hampir tak ada penduduk bumi tak mengenal kelapa. Orang-orang di berbagai tempat di seluruh penjuru dunia menghargainya dengan banyak cara. Pohonnya tersohor sebagai Tree of Life, Pohon Kehidupan, Pokok Seribu Guna, hingga Kalpa Vriksha.
Umurnya yang panjang menandakan masa baktinya yang lama. Akar yang tertanam kuat menunjukkan teguh kehidupannya. Di manapun berada selalu memberikan banyak keuntungan bagi manusia.
Semua julukan terhormat ini karena pohon kelapa mendatangkan banyak kebaikan dengan menyediakan segenap kebutuhan hidup manusia, mulai dari makanan, minuman, bahan bangunan, perlengkapan rumah tangga, hingga kecantikan dan pengobatan. Bahkan dalam mitologi Hindu, kelapa disebut sebagai Tree of Heaven karena dipercaya dapat membawa kekuatan, kesehatan, umur yang panjang, dan kedamaian.
Dalam bahasa Sansekerta namanya adalah kalpa vriksha (pohon yang menyediakan segenap kebutuhan hidup). Saudara-saudara kita di negara Malaysia menyebutnya sebagai pokok seribu guna. Orang Filipina biasa menjulukinya dengan tree of life (pohon kehidupan). Semua sebutan istimewa dari berbagai tempat ini merujuk pada kegunaan dari setiap bagian pohon kelapa. Bukan sekadar berguna, namun juga bernilai ekonomis.
Kita sendiri tentu sudah sering memanfaatkannya. Sebagai penduduk negeri yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di bumi (setelah Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia), kita sangat familier dengan pohon kelapa. Pada sepanjang kurang lebih 95.181 km pantai di berbagai kepulauan Nusantara mudah ditemukan pohon nyiur. Walaupun pohon ini banyak juga dijumpai di daerah pegunungan, namun habitat aslinya adalah dataran rendah.
Klasifikasi Ilmiah
Kelapa (Cocos nucifera) termasuk jenis tanaman palma yang mempunyai buah berukuran cukup besar. Batang pohon kelapa umumnya berdiri tegak dan tidak bercabang, dan dapat mencapai 10-14 meter lebih. Kalaupun ada pohon kelapa yang bercabang, adalah keadaan yang abnormal, misalnya karena serangan hama. Daunnya berpelepah, panjangnya dapat mencapai 3 – 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian. Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok yang cukup kuat sehingga untuk memperoleh buah kelapa harus dikuliti terlebih dahulu. Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 – 10 buah kelapa setiap tangkainya.
Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tanaman dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos.
Akar tumbuhan kelapa berjenis serabut, tebal, dan berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif bahkan di lahan berpasir seperti di pantai. Batangnya beruas-ruas, namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna daun hijau kekuningan. Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal.
Ukuran buah kelapa berukuran besar, dengan diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat, tergantung pada varietasnya. Buah ini tersusun dari mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp. Esdospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fasa padatannya mengendap pada dinding endokarp ketika buah menua; embrio kecil dan baru membesar ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos).
Asal–usul dan Penyebaran
Sebagaimana kelapa dapat tumbuh di mana pun (kecuali di tempat-tempat yang suhunya terlalu dingin), tanaman ini memiliki namanya sendiri di berbagai kawasan. Dalam bahasa Inggris adalah coconut, atau cocotier di Perancis, dan orang Belanda menyebutnya kokosnoot, sementara orang Jawa biasa menyebutnya kambil atau krambil.
Nama coconut berasal dari bahasa Eropa, dan bukan India sesuai bukti sejarah yang tidak menunjukkan kemiripan istilah tersebut dengan bahasa kawasan timur, walaupun pertama kali ditemukan oleh pelaut Eropa di negeri ini. Coconut sendiri dalam bahasa Inggris merupakan bentuk kuno yang diambil dari bahasa Portugis dan Spanyol pada abad ke-16, cocos, yang berarti ‘tampang yang sedang meringis’. Kemungkinan sebutan ini berdasar dari tiga lubang kecil yang terdapat pada tempurung kepala yang menyerupai gambaran wajah manusia.
Sebuah sumber menyebutkan nama coconut pertama kali digunakan oleh awak kapal penjelajah Vasco da Gama saat singgah di India. Merekalah yang mula-mula membawa kelapa ke Eropa. Tempurung kelapa mengingatkan para awak kapal pada sosok hantu atau penyihir dalam dongeng Portugis yang bernama coco (atau côca). Catatan tertulis pertama kali yang menggunakan istilah ini berasal dari tahun 1555. Sebagaimana tercantum pada klasifikasi ilmiah, bahasa Latin untuk kelapa adalah nucifera yang berarti penyangga-biji.
Selain menjadi unsur dekorasi, tanaman kelapa yang tumbuh di kawasan tropis mendatangkan manfaat baik dari sisi kuliner maupun yang lain. Semua bagian tanaman dapat digunakan dalam berbagai cara. Kegunaan pohon kelapa ini menimbulkan inspirasi untuk penyebutannya secara khusus.
Ada 1001 manfaat kelapa dapat dilihat di berbagai tempat, misalnya rumah tangga, perdagangan, dan industri. Buah kelapa menjadi bagian pola makan yang memanfaatkan bagian daging buah. Pemanfaatan daging muda bisa langsung dinikmati, sementara apabila dilakukan proses pengeringan akan menjadi kopra. Minyak dan santan yang dihasilkan biasa digunakan dalam memasak dan menggoreng. Selain di dapur, minyak kelapa juga diproses menjadi sabun dan bahan kosmetika. Cairan jernih yang ada di dalam buah merupakan minuman penyegar yang dapat langsung dikonsumsi atau dilakukan proses lebih lanjut. Penduduk di banyak tempat memanfaatkan bagian dari pohon kelapa sebagai pelengkap ritual budaya dan keagamaan.
Kelapa di Berbagai Negeri
Sepanjang catatan tertulis, salah satu naskah tertua yang menyebutkan istilah kelapa adalah buku cerita dari abad ke-16 yang berjudul “Seribu Satu Malam” dengan tokoh Sinbad sang Pelaut. Sinbad dikisahkan melakukan aktivitas jual-beli kelapa pada pelayarannya yang kelima. Dalam buku “Itinerario” karya Ludovico di Varthema yang diterbitkan tahun 1510, juga dalam bukunya yang lain “Hortus Indicus Malabaricus” digunakan kata tenga untuk secara terinci menggambarkan buah kelapa.
Pepohonan kelapa di kawasan Dhofar di Oman (Timur Tengah) juga disebutkan oleh penjelajah asal Maroko, Ibnu Batutah, di dalam bukunya yang berjudul “Al Rihla” (catatan perjalanan dunia terlengkap dari abad ke-14). Yang lebih awal lagi adalah istilah nux indica yang digunakan oleh Marco Polo pada tahun 1280 ketika menyinggahi pulau Sumatera. Istilah ini merupakan terjemahan dari sebutan yang diberikan oleh orang-orang Arab yang menyertai pelayarannya. Artinya kira-kira ‘biji (dari) Hindia’.
Yang paling dulu menuliskan tentang pohon kelapa kemungkinan adalah Cosmas (atau Cosmos) dari Alexandria. Ahli geografi dari Mesir yang hidup pada abad keenam ini melakukan pelayaran sebagai pedagang ke Etiopia, India, Sri Lanka, dan sebagian besar kawasan Asia timur, sebelum akhirnya menuliskan “Topographia Christiana” sebanyak 12 volume. Di dalamnya disebutkan tentang pohon Argell dengan buahnya, yang diistilahkan sebagai biji besar dari India.
Kelapa di Indonesia
Di Indonesia, tanaman kelapa telah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Bahkan bisa jadi Indonesia termasuk salah satu tempat asli tumbuhnya pohon kelapa sesuai catatan perjalanan Marco Polo yang mampir ke Sumatera sekitar abad ke-13. Berbagai resep masakan atau jamu-jamuan tradisional warisan turun-temurun dari nenek moyang juga menunjukkan bahwa kelapa sudah dimanfaatkan sejak jaman kerajaan Nusantara.
Bersama dengan rempah-rempah yang menjadi daya pikat Nusantara di mata investor asing, sejak abad ke-19, hasil dari pohon kelapa (yaitu minyak kelapa) mulai diperdagangkan dari Asia ke Eropa. Perdagangan minyak kelapa antara Sri Lanka dengan Inggris maupun antara Indonesia dan Belanda dimulai sejak berdirinya VOC (Verenigde Oost Indische compagnie). Karena perdagangan minyak kelapa dan kopra terus meningkat, maka para penanam modal asing di Indonesia, terutama Belanda, mulai tertarik untuk membuat perkebunan kelapa sendiri.
Sekitar tahun 1886, Belanda membuka perkebunan kelapa di Indonesia, tepatnya di pulau Tallise dan Kikabohutan. Disamping itu, kebun-kebun kelapa milik rakyat ternyata sudah lama diusahakan, misalnya sejak tahun 1880 kopra rakyat dari daerah Minahasa sudah mulai diekspor ke Eropa. Pada tahun 1939, sebelum perang dunia kedua, ekspor kopra di Indonesia menduduki urutan ke empat sesudah minyak bumi, gula, dan karet.
Sesudah perang dunia kedua, ekspor kopra Indonesia semakin meningkat dan termasuk urutan ketiga dari enam komoditas ekspor utama. Dengan demikian, tanaman kelapa memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian rakyat dan sumber devisa bagi Negara. Pada catatan tahun 2009, Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia setelah Filipina dalam jumlah produksi kelapa.
Bukan sekadar kebutuhan makanan dan minuman yang ditawarkan buah kelapa. Dagingnya dijuluki wonder food. Air kelapa sudah terbukti dalam dunia medis sebagai cairan pengganti infus, sehingga terkenal dengan sebuat fluid of life karena komposisinya yang serupa dengan cairan dalam tubuh manusia.
Air kelapa dianggap cairan paling murni setelah air salah satunya berkat ‘segel’ alami berupa tempurung yang sangat keras. Tempurung ini melindungi bagian air dan daging buah kelapa sehingga terjamin kebersihan dan kandungan alaminya dalam waktu cukup lama dibandingkan buah-buah lain.
Air kelapa muda yang mengandung gula alami sehingga segar dinikmati secara langsung ini mengandung banyak mineral dan vitamin yang berguna bagi tubuh kita. Istimewanya lagi secara tradisional dan dengan dukungan penelitian ilmiah, air kelapa muda terbukti mampu menyembuhkan berbagai jenis penyakit mulai dari yang ringan hingga yang dikategorikan berat.
Pamor buah kelapa sempat menurun ketika olahannya berupa minyak kelapa murni dinilai tidak sebanding kualitasnya dengan promosinya yang gencar. Ini disebabkan informasi yang kurang tepat mengenai kandungan asam lemak jenuh dalam daging buah kelapa yang dinilai merugikan dan dapat menaikkan kadar kolesterol jahat dalam darah.
Informasi keliru di atas sudah diklarifikasi oleh para ilmuwan. Kadar asam lemak jenuh dalam daging kelapa adalah dari jenis asam lemak rantai sedang yang mudah dicerna dan diserap oleh tubuh. Daging kelapa muda juga mengandung asam lemak tak jenuh jenis omega 9 dan omega 6. Dua jenis ALTJ ini sering tercantum pada produk-produk yang menawarkan peningkatan kecerdasan otak.
Para produsen minuman kesehatan sudah mengeluarkan produk sport drink yang terinspirasi dari kandungan air kelapa muda. Namun demikian kita tetap bisa memilih air kelapa muda dalam keadaan segar, apalagi kondisi alam sekitar kita masih menyediakan banyak buah kelapa muda untuk kita nikmati. Ayo, jaga kesehatan dengan bahan-bahan alami!
Tempat Asal Kelapa
Tak ada yang bisa memastikan asal tanaman kelapa. Banyak ahli percaya kawasan Indo-Pasifik atau kepulauan di Samudera Hindia adalah tempat asal kelapa. Sedangkan yang lain menerima bahwa tanaman ini berasal dari Amerika Selatan. Tanaman kelapa dibudidayakan di sekitar lembah Andes di Kolombia, Amerika Selatan, sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Catatan lain menyatakan tanaman kelapa berasal dari kawasan Asia Selatan atau Malaysia, atau mungkin Pasifik Barat.
Cara tertua dalam budidaya kelapa ditemukan di daerah Filipina dan Sri Lanka. Di situ tanaman kelapa dikenal sejak 300 tahun SM. Di India bahkan sudah dikenal sejak 300 tahun lalu. Fosil tertua kelapa berasal dari periode sekitar 37 hingga 55 juta tahun lalu dan ditemukan di Australia dan India.
Saat ini pohon kelapa tumbuh di pan-tropika, terutama sepanjang pinggir pantai. Tanaman kelapa menyebar dari pantai satu ke pantai lain terutama setelah dibawa oleh para awak kapal yang sedang berlabuh di suatu pelabuhan untuk dibawa ke tempat lain. Selain itu, karena ringan sehingga dapat mengapung, sekaligus tahan air, buah kelapa bisa terbawa aliran sungai atau lautan menuju tempat-tempat yang jauh dari asalnya.
Misalnya di kepulauan Hawaii, kelapa dianggap diperkenalkan oleh orang-orang Polinesia, terutama para pelautnya yang mula-mula datang ke pulau ini dari kampung halaman mereka di Oseania. Kelapa ditemukan di Karibia dan pantai-pantai Atlantik di Afrika dan Amerika Selatan tak lebih tua daripada 500 tahun. Namun demikian di sisi pantai Pasifik di Amerika Selatan, ditemukan bukti bahwa kelapa sudah ada sebelum kedatangan Christopher Columbus di benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Sekarang tanaman nyiur mudah didapatkan nyaris di semua kawasan di bumi, terutama dalam rentang garis lintang 26oLU dan 26oLS, kecuali pedalaman Afrika dan Amerika Selatan. –vit