Surabayastory.com – Mangrove menjadi isu lingkungan yang paling menarik saat itu. Ternyata setelah didalami menjadi semakin menarik, dan terus dikembangkan hingga saat ini. Tema ini sangat relevan bagi wilayah yang berada di kawasan pesisir. Kawasan ini sejatinya tak terpisahkan dengan mangrove. Namun, habitat mangrove yang terhampar begitu luas banyak yang rusak atau justru lenyap dimakan pembangunan. Penanaman kembali mangrove untuk mengembalikan habitat dan ekosistem di sana adalah hal baik yang perlu didukung.
Tumbuhan mangrove atau biasa lebih dikenal sebagai ‘bakau’, merupakan tumbuhan daerah pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Tanaman ini memiliki banyak sekali manfaat seperti penahan abrasi pantai, penahan intrusi (peresapan) air laut, dan menurunkan kandungan gas karbon dioksida (CO2) di udara, dan bahan-bahan pencemar di perairan rawa pantai. Hutan mangrove di Indonesia luasnya sekitar 3,7 juta hektar, merupakan suatu ekosistem yang sangat penting sebagai salah satu sumberdaya wilayah pesisir karena fungsi dan manfaatnya yang beraneka ragam. Tetapi kondisinya terus mengalami kemunduran dan kerusakan yang diakibatkan oleh pemanfaatan yang kurang bijaksana.
Menipisnya ekosistem mangrove di banyak pesisir perlu mendapat perhatian. Ini bagian dari kenyataan bahwa pada daerah antara laut dan darat ini, mangrove memainkan peranan penting dalam menjinakkan banjir pasang musiman (saat air laut pasang, pada musim hujan) dan sebagai pelindung wilayah pesisir. Dengan melihat kondisi mangrove yang saat ini terdegradasi, maka perlunya diadakan penanaman mangrove oleh berbagai pihak yang peduli terhadap kelestariannya.
Untuk penanaman, ada beberapa faktor yang penting diperhatikan:
- Tipe Subtrat
Tipe subtrat merupakan faktor penting dalam penentuan jenis tanaman rehabilitasi lahan mangrove. Dalam satu daerah tertentu subtrat bisa 1 jenis atau terdiri dari beberapa jenis subtrat.
- Mud (Lumpur)
Karasteristik yang baik untuk tanaman mangrove adalah lumpur yang berasal dari komposisi organik dan anorganik. Tebal lumpur dalam suatu lokasi bisa mencapai beberapa meter. Jika lumpur tipis tidak disarankan untuk menanam kayu produksi. Jenis yang cukup baik untuk subtrat ini adalah Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnnorhiza, Ceriops tagal. Di lahan lumpur yang baunya busuk (seperti bau telur busuk) sebaiknya penanaman dihindari, karena kemungkinan lokasi ini mempunyai keasaman yang tinggi.
- Berbatu atau Koral
Pada lokasi ini sangat sedikit ditemukan lumpur atau sediment sehingga tidak disarankan untuk kayu produksi. Untuk perlindungan atau tujuan ekologi lainnya disarankan untuk menanam jenis Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba.
- Berpasir
Subtrat berpasir terdiri dari butir-butir kecil batuan atau koral dengan diameter < 2 mm. Seperti pada lumpur kedalam pasir bisamencapai beberapa meter. Jenis yang diasarankan pada lokasi ini adalah: Rhizophora stylosa, Rhizophora apiculata, Sonneratia alba.
- Muck (kotoran/serasah-serasah)
Muck adalah campuran dari Lumpur, serasah daun, dahan batang kayu yang telah membusuk. Serasah-serasah ini terletak di atas Lumpur yang kedalamannya mulai dari 10 cm sampai beberapa meter. Jenis yang disarankan pada tempat ini adalah: Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnnorhiza, Ceriops tagal. Seperti halnya pada lumpur, jika baunya busuk (seperti bau telur busuk) sebaiknya penanaman dihindari, karena kemungkinan lokasi ini mempunyai keasaman yang tinggi.
- Spesies Setempat
Pengetahuan tentang jenis di sekitar lokasi penting diketahui untuk pemilihan jenis yang sesuai di lokasi tersebut. Untuk mengetahui jenis yang ada bisa dilakukan dengan melakukan survey langsung ke sekitar lokasi atau dengan menanyakan pada masyarakat sekitar.
- Keberadaan Rumput Laut
Pada lokasi-lokasi yang terdapat keberadaan rumput laut biasanya tanaman mangrove biasanya tumbuh dengan baik.
- Tinggi Pasang Surut
Seperti halnya subtrat, pengetahuan tentang pasang surut sebagai faktor biofisik merupakan hal yang penting untuk diketahui. Hal-hal yang perlu diketahui adalah tinggi pasang surut harian (surut terendah, surut tertinggi, pasang terendah, dan pasang tertinggi. Penanaman dilakukan pada saat subtrat kelihatan (pada saat surut terendah) terutama pada jenis semai yang rendah (misalnya: Avicennia marina, Bruguiera cylindrica). Untuk jenis yang semainya tinggi, penanaman bisa dilakukan pada saat air setinggi ≤ 10 cm (misal jenis Rhizophora spp).
- Keberadaan Hama
Hama adalah organisme yang menyebabkan kerusakan pada suatu ekosistem. Hama yang sering menyerang bibit mangrove adalah kepiting, karena memotong tunas muda. Selain itu ada ulat daun yang menyerang daun mangrove, hama teritip yang melekat pada batang dan akar yang mengakibatkan tanaman mangrove. Hama lain yang sering menyerang adalah kutu lompat (mealy bug).
- Sejarah Penggunaan Lahan
Sejarah penggunaan lahan akan mempengaruhi teknik-teknik yang digunakan dalam rehabilitasi. Kondisi-kondisi tersebut bisa sebagi bekas komunitas piyai, nipah, tebangan hutan mangrove alam, pantai yang terabrasi, bekas tambak atau tanah timbul.
Itulah sepuluh hal utama yang perlu diperhatikan dalam usaha konservasi atau penanaman kembali mangrove di pesisir. Ketepayan pilihan akan mendukung suksesnya penanaman dan pertumbuhan mangrove pada wilayah yang dipilih. –sa