Surabayastory.com – Sekarang ini tampaknya makin banyak saja orang yang berminat menanam buah tin. Selain karena rasanya enak, buah tin juga memiliki kandungan nutrisi yang bagus. Mengkonsumsi buah ini merupakan salah satu jalan untuk bisa hidup lebih sehat. Itu karena buah tin kaya akan vitamin, mineral dan zat anti-oksidan. Sehubungan dengan berbagai manfaat kesehatannya, Dr. Oliver Alabaster, Pengarah Institut Pencegahan Penyakit di George Washington University Medical Centre menyatakan bahwa jika seseorang menkonsumsi buah ara/ tin, sebenarnya telah mendapatkan makanan yang menjamin kesehatan dirinya dalam jangka panjang.
Maka tak mengherankan jika Lembaga Penasehat Buah Tin di California (California Fig Advisory Board) telah menyebut buah tin/ara sebagai “Nature’s most nearly perfect fruit”, yaitu buah yang paling mendekati tahap kesempurnaan secara keseluruhan.
Buah tin merupakan salah satu dari tanaman pertama yang ditanam oleh manusia. Sembilan subfosil ara dari tipe parthenocarpic (dan karenanya steril) menunjuk pada masa 9400–9200 SM dan ditemukan di desa Gilgal I (di Lembah Jordan, 13 km utara Jericho) pada masa awal zaman Neolithic. Temuan itu mendahului penanaman gandum, jelai, dan kacang polong dan mungkin menjadi yang pertama dikenal dalam bidang agrikultur. Tanaman ini diperkirakan sudah ditanam dan dibudidayakan secara sengaja, seribu tahun sebelum tanaman selanjutnya dibudidayakan (gandum dan gandum hitam).
Buah Tin juga dapat dilacak sejarahnya pada masa yang paling awal tulisan-tulisan kuno dan kitab suci agama-agama samawi. Buah ini diduga pertama kali dibudidayakan di Mesir. Mereka menyebar ke Crete kuno dan selanjutnya, sekitar abad 9 SM, ke Yunani Kuno. Saat itu buah tin menjadi varian makanan pokok dalam menu tradisional. Buah tin mendapatkan penghormatan di Yunani Kuno sehingga diciptakanlah hukum yang melarang ekspor buah tin kualitas terbaik.
Di negeri kita sendiri masih jarang orang mengenal dan mengkonsumsi buah ara. Namun dengan mulai tumbuhnya kesadaran di kalangan masyarakat akan pentingnya hidup sehat, buah tin akan menjadi salah satu pilihan masyarakat. Karena itu tak heran kalau para pekebun mulai berancang-ancang membudidayakannya di negeri kita.
Di luar negeri seperti AS, Spanyol, Turki, Perancis, Australia dan banyak negara lainnya, buah tin sudah cukup populer. Selain dimakan dalam bentuk buah segar, buah tin juga diolah dalam bentuk kering, dijadikan bahan masakan untuk hidangan utama, kue-kue, salad, jus maupun smoothie. Buah tin bisa disantap untuk sarapan bersama oatmeal, gandum utuh, susu dan keju.
Manfaat kesehatan buah/daun buah tin sangat banyak. Dengan kandungan nutrisinya yang berlimpah, buah tin berpotensi mampu mencegah perkembangan kanker, menurunkan kadar kolesterol,
mencegah serangan jantung, menurunkan tekanan darah, mencegah osteoporosis, meluruhkan batu ginjal, sampai mengatasi masalah disfungsi seksual.
Dalam Bahasa Inggris, tanaman buah tin disebut fig. Tanaman yang telah ada sekitar ribuan tahun lalu ini dapat tumbuh subur dan berbuah lebat di tengah terik matahari, bahkan dipadang pasir sekalipun. Oleh karena itu, tanaman ini terkadang disebut dengan pohon kehidupan.
Buah ara tumbuh pada pohon Ficus (Ficus carica), yang merupakan anggota keluarga Mulberry. Pohon ara unik karena memiliki pembukaan, yang disebut “ostiole” atau “mata,” yang tidak berhubungan dengan pohon, tapi yang membantu perkembangan buah, membantunya dalam komunikasi dengan lingkungan.
Tanaman Ficus carica bisa tumbuh dengan ketinggian 7–10 meter. Daunnya yang harum memiliki panjang antara 12–25 sentimeter dan garis silang sekitar 10–18 sentimeter. Batang pohon tin berbentuk semak dan berkayu. Sebetulnya yang disebut sebagai buah tin adalah buah semu, bukan buah dalam pengertian biologi karena bagian yang biasa dimakan itu bukan buah sejati, melainkan bagian bunga yang terdiri dari ratusan tangkai sari dan putik.
Jika dilihat dari penampilan fisiknya, tanaman buah tin sepertinya bukan tanaman istimewa. Helai daunnya menjari, ukuran buahnya sebesar bola pingpong. Ada yang bentuknya lonjong, ada yang bulat, warnanya bermacam-macam seperti hijau dan ungu tergantung verietasnya. Namun yang menjadikan tanaman ini memiliki nilai jual tinggi bukanlah tampilan fisiknya, melainkan kandungan gizi dan kelangkaannya.
Sekilas buah tin memiliki rasa dan aroma yang mirip dengan jambu biji. Aromanya harum, teksturnya empuk, rasanya keset, manisnya sedang, sedikit mengandung air, dan berbiji kecil banyak. Jika tergigit, biji kecil-kecil ini akan menimbulkan sensasi menyenangkan di dalam mulut. Selain sebagai buah meja, buah tin juga sangat lezat dijadikan juice, campuran pudding, isi cake, manisan kering seperti kurma, atau dikalengkan dalam sirup gula.
Tingginya kandungan pectin menjadikan buah ini sangat cocok dijadikan sebagai bahan baku selai, jelly, maupun marmalade dengan rasa lezat dan keharuman semerbak. Buah tin mengandung zat sejenis alkalin yang mampu menghilangkan keasaman pada tubuh, mengobati luka luar, merangsang pembentukan hemoglobin darah, serta mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi tanpa menyebabkan diabetes. Buah yang kaya manfaat ini disukai hewan sejenis unggas, kelelawar, monyet, dan burung. Penyerbukan bunganya pun khas, terjadi dengan bantuan tawon.
Buah ara segar begitu lezat dan mudah rusak. Tak heran kebanyakan ara diolah menjadi bentuk kering, baik melalui cara pengeringan dengan sinar matahari atau melalui proses artifisial. Dengan begitu buah yang manis dan penuh gizi itu bisa dinikmati sepanjang tahun. Selain itu beberapa pesonanya justru muncul dari kelangkaannya ini.
Persebaran di Dunia
Pohon ara awalnya berasal dari daerah-daerah beriklim sedang seperti Asia Kecil atau Turkey, dan saat ini, tumbuh sebagai buah komersial yang penting di iklim Mediteranian timur USA, dan Spanyol. Tanaman ini juga dibudidayakan sebagai pohon buah di taman-taman rumah di banyak wilayah lain juga. Setiap musim, pohon tin menghasilkan ratusan buah berbentuk pir dua kali dalam setahun, yang bervariasi dalam ukuran dan warna, tergantung pada varietasnya.
Tin secara luas tumbuh di seluruh dunia mulai di Iran dan utara India, dan juga di seluruh wilayah Mediterania dan daerah-daerah lain di dunia dengan iklim yang sama, termasuk Louisiana, California, Oregon, Texas, South Carolina, dan Washington di Amerika Serikat, Nuevo León dan Coahuila di timur laut Meksiko, juga Australia, Chili, dan Afrika Selatan. Ara/tin juga dapat ditemukan di iklim kontinental dengan musim panas seperti utara Hungaria, dan bisa menghasilkan panen dua atau tiga kali per tahun.
Laporan FAO tahun 2005 menyebutkan produksi ara/tin mencapai 1.057.000 ton. Turki adalah produser ara terbesar (285.000 ton), diikuti oleh Mesir (170.000 ton) dan negara-negara Mediterania lainnya.
Buah ara bervariasi secara dramatis dalam hal warna dan juga tekstur tergantung pada varietasnya, yang mencapai lebih dari 150 jenis. Beberapa varietas yang populer di antaranya:
- Black Mission: kulit ungu kehitaman dan dagingnya berwarna merah muda.
- Kadota: kulit hijau dan daging ungu.
- Calimyrna: kulit kuning kehijauan dan daging berwarna kuning alami.
- Brown Turkey: kulit ungu dan daging merah.
- Adriatic: jenis yang paling sering digunakan untuk membuat kedai ara, yang memiliki kulit hijau terang dan daging merah muda-sawo matang.
Buah Tin dapat dimakan segar atau kering, dan digunakan dalam pembuatan selai. Sebagian besar produksi komersial dikeringkan atau diproses juga dalam bentuk lain, karena buah yang matang dengan transportasi yang tidak baik, akan cepat rusak.
Peringatan
Bila Anda memiliki riwayat gangguan ginjal yang serius, ada baiknya konsultasikan dengan dokter. Buah ara mengandung oksalat, suatu bahan alami yang bisa berbahaya jika menumpuk di dalam darah. Ginjal biasanya menyaring bahan ini, tetapi ginjal yang tidak sehat tidak mampu melakukannya.
Itulah sekilas perkenalan tentang buah Tin yang bisa memberi nuansa baru dalam wawasan keseharian kita. –sa