Sepeda onthel sudah menjadi keseharian masyarakat Indonesia. Dari Surabaya, ada jejak pabrik sepeda onthel Hima yang nyaris terlupa.
Surabayastory.com – Semua cerita itu diawali tahun 1895. Pada sebuah potret tua menggambarkan orang-orang Belanda sudah naik sepeda onthel di Indonesia. Potret itu tergores tahun 1895. Sepeda yang ada di Indonesia berasal dari Belanda. Menjelang tahun 1900-an, mulai banyak sepeda yang masuk ke Indonesia. Beberapa diantaranya adalah Fongers dan Simplex.
Memasuki tahun 1910, sepeda onthel semakin banyak masuk ke Indonesia sebagai alat transportasi. Di periode awal ini sepeda digunakan oleh pegawai kolonial, bangsawan, misionaris, dan saudagar kaya. Militer Belanda menggunakan sepeda untuk patroli.
Sepeda kemudian berkembang pesat di Indonesia. Selain Batavia, kota lain yang turut berkembang adalah Semarang dan Surabaya. Semarang hingga punya event balap sepeda dan punya velodrome sendiri.
Seiring dengan semakin populernya sepeda, permintaan pasar pun tinggi. Kemudian mulailah berdiri pabrik-pebrik sepeda di kota-kota di Jawa. Di Jawa Timur, pabrik sepeda (rijwielfabriek) yang mahsyur adalah Hima. Nama Hima juga dipakai sebagai merek sepeda.
Cerita ini diberitakan Middelburgsche Courant, sebuah surat kabar Belanda. Jauh sebelum sampai di Surabaya, pabrik sepeda Hima (Hima Rijwielfabriek) berasal dari Amsterdam, Belanda. Perusahaan yang menaungi adalah SL Manson & Co. Hima (De Hollandsche Industrie Maatscapai) memindahkan pabrik ke Hindia Belanda dengan pertimbangan mendapatkan pasar baru. Kala itu perusahaan ini sedang diambang kebangkrutan. Ditambah persaingan industri sepeda di Belanda yang sebagian dipegang oleh raksasa industri sepeda semacam Gazelle, Batavus, Fongers, Burgers dan lainnya. Ditambah lagi biaya gaji pegawai yang tinggi. Di Hindia Belanda, mereka mencari peruntungan baru. Kota yang dipilih adalah Bandung.
Dalam menjalankan bisnis sepeda di Hindia Belanda, Hima pun menggandeng sekolah-sekolah teknik di Bandung. Para lulusan teknik ini direkrut oleh Hima untuk menjadi pekerja pabrik sepeda asal Belanda itu dengan upah yang rendah.
Kemudian hari juga diketahui bila kepindahan pabrik Hima ke Hindia Belanda karena saat itu industi metal (metalurgi) berkembang pesat dan produk metal dari Indonesia banyak diekspor ke Eropa dan Amerika.
Meskipun para karyawan ini mendapat upah rendah, mereka menyambut baik dengan berdirinya pabrik sepeda Hima di Bandung ini, sehingga para lulusan teknik dapat berpraktik menerapkan ilmunya di Hima. Pendirian pabrik Hima di Bandung ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Hindia Belanda.
Kemudian secara bertahap muncul tenaga-tenaga profesional dari kalangan pribumi. Mereka kemudian naik kelas menjadi pengawas teknik.
Secara structural, pabrik Hima adalah anak perusahaan baru dari SL. Manson & Co di Bandung. Di Bandung, sepeda yang dihasilkan memakai merek Janco. Di Malang juga berdiri pabrik sepeda dengan nama Martens. Kala itu fungsi sepeda sudah memiliki ornament lain, bukan sekadar alat transportasi tetapi juga sebagai simbol status sosial masyarakat kota.
Pabrik sepeda Hima di Surabaya berdiri di Rungkut Surabaya di awal 1934. Ini berangkat dari semakin berkembangnya industri sepeda Hima di Bandung. Untuk memperluas pangsa pasar, perusahaan SL Manson & Co membuat pabrik sepeda Hima ini ke Surabaya.
Kemudian transportasi sepeda di Surabaya mengalami proses transisi dari kendaraan kelas atas (elit) menjadi kendaraan strata sosial menengah (middle class) setelah munculnya dua jenis kendaraan bermesin seperti motor dan mobil.
Detil Sepeda Hima
Sepeda produksi Hima punya banyak ciri khas. Salah satu yang terlihat menonjol adalah warna stang-nya. Warnanya hitam, dan bukan warna krome yang dicat. Stang stir juga pendek, ini adalah ciri khas sepeda-sepeda Belanda.
Untuk melehat mereknya, logo Hima terlihat jelas di bagian depan kerangka (frame) sepeda. Di sana terlihat lambang burung dengan kepala menoleh ke kanan, plus tulisan “Hima Rijwiel Fabriek Amsterdam”.
Bagian lain yang terlihat jelas adalah tulisan Hima yang besar di jari-jari piringan tempat rantai bertengger. Di bagian pedal juga ada tulisan Hima, tapi sangat tipis.
Tulisan Hima juga terlihat jelas di tempat duduk alias sadel. Sadel itu bertuliskan “Hima Made In Holland”, dari bahan kulit yang nyaman untuk diduduki dalam jangka lama.
Di Indonesia, dulu sepeda Hima menjadi sepeda khusus kepolisian untuk patroli keliling daerah. Sepeda Hima itu menjadi bagian dari sejarah awal politie (polisi) Hindia Belanda. Sepeda ini banyak dipakai polisi sebelum zaman kemerdekaan. Sepeda Hima yang dipakai polisi ini adalah produksi pabrik Hima di Surabaya.
Sebagai catatan, sepeda Hima polisi ini dilengkapi tas kulit yang dikaitkan di boncengan sepeda. Di dalam tas ini terselip golok bermerk Milsco sebagai senjata. Waktu itu polisi belum bersenjata pistol. Selain golok, polisi bersepeda ini njuga dilengkapi dengan helm baja.
Kembali ke pabrik Hima. Dengan sambutan yang baik dari pasar, perusahaan SL Manson & Co ini juga mendirikan pabrik sepeda merek Janco di Bandung dan merek Marten di Malang. Dari waktu ke waktu, kemudian banyak merk sepeda lain yang masuk ke Indonesia, dari Belanda maupun Inggris. Persaingan pasar pun semakin ketat. Hima sudah cukup lama beroperasi di Surabaya, dan membentuk penggemar tersendiri. Setelah melewati banyak masa, akhirnya di tahun 1975 Hima harus menutup pabrik sepedanya di kota pahlawan itu. Penyebabnya tak pasti, yang jelas pasar sepeda onthel di Surabaya dan Indonesia kala itu sangat beragam. Bagi para onthelis (penggemar sepeda onthel), nama Hima punya posisi tersendiri dalam koleksi mereka. –sa