ADVERTISEMENT
Minggu, Mei 25, 2025
Surabayastory.com
No Result
View All Result
  • HEADLINE
  • SURABAYA TODAY
    • SKETSA KOTA
  • CERITA KITA
  • RANA
  • FIKSI & PUISI
  • INSPIRASI PAGI
  • JEJAK
  • JENAKA
  • JELAJAH
  • LENSA
  • Login
  • Register
  • HEADLINE
  • SURABAYA TODAY
    • SKETSA KOTA
  • CERITA KITA
  • RANA
  • FIKSI & PUISI
  • INSPIRASI PAGI
  • JEJAK
  • JENAKA
  • JELAJAH
  • LENSA
No Result
View All Result
Surabayastory.com
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT

Sejarah dan Budaya dalam Sebilah Celurit Madura

by surabayastory
6 Agustus 2020
in Headline, Sketsa Kota
Reading Time: 4 mins read
0
A A
Celurit adalah bagian dari sejarah, budaya, dan tradisi masyarakat Madura. (surabayastory.com)

Celurit adalah bagian dari sejarah, budaya, dan tradisi masyarakat Madura. (surabayastory.com)

Madura sebenarnya akan kaya akan budaya, benda seni, dan menyimpan peradaban yang tinggi sejak dulu kala. Sayang, tak banyak yang menggali dan mengangkatnya ke dunia luar.

Celurit adalah bagian dari sejarah, budaya, dan tradisi masyarakat Madura. (surabayastory.com)

Surabayastory.com – Celurit memang tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Madura, Jawa Timur. Sebilah senjata tajam yang berbentuk melengkung ini begitu melegenda. Sejak dahulu kala hingga saat ini, hampir setiap orang di Tanah Air mengenal senjata khas etnis Madura ini.

Begitu populernya, celurit kerap diidentikkan dengan tindak kekerasan. Bahkan celurit juga digunakan untuk menakuti lawannya. Boleh jadi, begitu mendengar kata Madura, dalam benak sebagian orang bakal terbayang wajah yang keras, alam yang tandus,  dan perilaku kasar. Namun, bila menggali budaya dan peradaban Madura lebih jauh dan lebih dalam, semua itu hanyalah stigma yang ada di atas permukaan.

ArtikelTerkait

Mengenal Dongeng Cinderella dan Kisah Para Putri

Perkenalan Singkat dengan Buah Tin

Mengelola CSR Menjadi Community Development

Kesan itu seolah menjadi benar tatkala muncul kasus-kasus kekerasan yang menggunakan celurit dengan pelakunya orang Madura. Kendati demikian tak semua orang mengetahui sejarah dan proses sebuah celurit itu dibuat hingga dikenal luas. Di tempat asalnya, celurit pada mulanya hanyalah sebuah arit. Petani pun kerap menggunakan arit untuk menyabit rumput di ladang dan membuat pagar rumah. Celurit adalah alat, benda tajam yang dimanfaatkan untuk membantu kebutuhan sehari-hari. Tak beda dengan benda tajam di daerah lain dengan berbagai bentuk dan nama.

Dalam perkembangannya, arit itu diubah menjadi alat beladiri yang digunakan oleh rakyat jelata ketika menghadapi musuh. Demikian pula pendapat D. Zawawi Imron. Seniman sekaligus budayawan Madura ini menuturkan, kalangan rakyat kecil memperlakukan celurit sebagai senjata tajam biasa. Dengan kata lain, celurit itu bukan dianggap senjata sakti. Kini, masyarakat Madura masih memandang celurit sebagai senjata yang tak terlepas dari kehidupan sehari-hari.

Pusat Celurit

Tak mengherankan, bila pusat kerajinan senjata tajam itu banyak bertebaran di Pulau Madura. Tersebutlah sebuah desa kecil bernama Peterongan. Kampung ini terletak di Kecamatan Galis, sekitar 40 kilometer dari Kabupaten Bangkalan. Di sana, sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya sebagai pandai besi pembuat arit dan celurit.

Keahlian mereka adalah warisan leluhur sejak ratusan tahun lampau. Tak salah memang, bila desa ini
menjadi kondang. Maklum, celurit buatan para perajin di Desa Peterongan itu dikenal kokoh dan halus pengerjaannya.

Selain membuat celurit secara umum dan massal, para perajin celurit juga memerima pesanan khusus. Bahasa keren sekarang adalah custom. Salah satu yang banyak diminta adalah mengerjakan sebilah celurit berjenis bulu ayam. Bagi para perajin logam, membuat celurit adalah bagian dari napas kehidupannya. Celurit tak hanya sekadar dimaknai sebagai benda tajam yang digunakan untuk melukai orang. Akan tetapi celurit adalah karya seni yang mesti dipertahankan dari warisan leluhurnya. Celurit itu di sini biasanya berbahan besi tua yang dibeli pengepul besi bekas di sudut Desa Peterongan. Di antara tumpukan besi itu, besi bekas rel kereta api dan per bekas jip dibuat sebagai bahan baku membuat celurit pesanan Sunarto.

Besi pilihan itu lantas dibawa menuju bengkel pandai besi yang biasanya menyatu dengan halaman rumah. Batangan besi tersebut kemudian dibelah dengan ditempa berkali-kali untuk mendapatkan lempengannya. Setelah memperoleh lempengan yang diinginkan, besi pipih itu lantas dipanaskan hingga mencapai titik derajat tertentu.

Logam yang telah membara itu lalu ditempa berulang kali sampai membentuk lengkungan celurit yang diinginkan. Beberapa padepokan silat di Madura adalah salah satu pelanggan celurit dengan permintaan khusus. Pesanan padepokan silat tersebut dengan penuh ketelitian. Sebab dia memandang celurit harus mencirikan sebuah karya seni. Tak sekadar sepotong besi yang ditempa berkali kali, melainkan harus memiliki arti dan makna bagi yang memilikinya.

Lantaran itulah, sebelum mengerjakan sebilah celurit, para perajin biasa berpuasa terlebih dahulu. Bahkan saban tahun, tepatnya pada bulan Maulid, sering dilakukan ritual kecil di bengkelnya. Ritual ini disertai sesajen berupa ayam panggang, nasi dan air bunga. Sesajen itu kemudian didoakan. Baru setelah itu, air bunga disiramkan ke bantalan tempat menempa besi. Mereka memercayai ritual ini untuk menghalau para pengganggu. Hingga kini, tombuk atau bantalan menempa besi pantang dilangkahi terlebih diduduki oleh orang.

Keahlian para perajin membuat celurit tak bisa dilepaskan dari warisan orang tua dan leluhur kakeknya. Semenjak kecil dirinya sudah dilibatkan cara membuat celurit yang benar. Untuk mengerjakan sebuah celurit besar, dibutuhkan waktu sekitar dua hingga empat hari. Adapun harga celurit tergantung dari bahan dan ukuran motifnya.

Meski sudah ribuan celurit yang dihasilkan dari tempaan dari desa ini, namun kini semakin sedikit orang yang memahami filosofi celurit. Minimnya pemahaman inilah yang mengakibatkan celurit lebih banyak digunakan untuk tindak kejahatan. Sebaliknya, bagi yang mengerti, celurit itu tentunya digunakan lebih berhati-hati. Pendapat itu memang beralasan. Soalnya celurit juga diartikan sebagai lambang ksatria. Dan, bukan malah untuk sembarang menyabet orang.

Di Madura, banyak dijumpai perguruan pencak silat yang mengajarkan cara menggunakan celurit. Dan celurit menjadi bagian dari seorang ksatria Madura. Pperguruan -perguruan silat di Madura banyak mengorbitkan atlet pencak silat nasional itu secara rutin berlatih meneruskan citacita dan semangat leluhurnya, Joko Tole. Padepokan silat di Madura selama ini cukup kesohor di kalangan pencak silat di Tanah Air. Terutama dalam mengajarkan penggunaan senjata tradisional celurit. Walaupun hanya sebuah benda mati, celurit memiliki beragam cara penggunaannya. Ini tergantung dari niat pemakainya. Di perguruan silat, misalnya. Celurit tidak sekadar diajarkan untuk melumpuhkan lawan. Namun seorang pemain silat harus memiliki batin yang bersih dengan berlandaskan agama.

Sebagian masyarakat menganggap celurit tak bisa dipisahkan dari tradisi carok yang dianut oleh sebagian orang Madura. Sayang, hingga kini, belum satu pun peneliti yang bisa menjelaskan awal mula carok menjadi bagian hidup orang Madura. Yang terang, pada dasarnya carok biasa dilakukan ketika seseorang merasa dipermalukan dan harga dirinya dilecehkan. Maka, penyelesaian yang terhormat adalah dengan berduel secara ksatria satu lawan satu.

Latar belakang perkelahian seperti itu diakui Zawawi Imron. Budayawan ini menerangkan, ada adagium Madura yang mengatakan: Dibandingkan dengan putih mata lebih bagus putih tulang. Artinya, daripada hidup malu lebih baik mati. Dengan kata lain, ketika orang Madura dipermalukan, maka ia berbuat pembalasan dengan melakukan carok terhadap yang menghinanya itu.

Namun dalam perkembangannya, arti carok sendiri menjadi tidak jelas. Terutama bila dihubungkan dengan nyelep, yakni menyerang musuh dari belakang atau ketika lawan sedang lengah. Dan, hal itu semakin tidak jelas manakala banyak kasus kekerasan yang bermotifkan sosial-ekonomi.
Jadi, untuk mengubah stereotip itu, orang Madura harus berani mengangkat sendiri tradisi, budaya, serta peradaban tinggi yang sebenarnya telah dipunyai sejak lama. Ini seperti kerinduan budayawan sekaligus penyair Madura, Zawawi Imron dalam puisi berjudul Celurit Emas:

Bila musim melabuh hujan tak turun

kubasahi kau dengan denyutku.

Bila dadamu kerontang,

kubajak kau dengan tanduk logamku.

Di atas bukit garam kunyalakan otakku.

Lantaran akutahu, akulah anak sulung yang sekaligus anak bungsumu.

Aku berani mengejar ombak.

Aku terbang memeluk bulan.

Dan memetik bintang gemintang di ranting-ranting roh nenek moyangku.

Di bubung langit kuucapkan sumpah.

Madura, akulah darahmu.

–sa

Bagikan tulisan ini:
Tags: budaya MaduraCelurit Emascelurit MaduraZawawi Imron
Previous Post

Mensyukuri Kebahagiaan

Next Post

Kasih Tak Sampai

Artikel Terkait

Universalisme dongeng juga bisa dilihat dari satu kisah yang punya kemiripan di berbagai penjuru dunia. (Surabayastory.com)
Fiksi & Puisi

Mengenal Dongeng Cinderella dan Kisah Para Putri

8 bulan ago
Manfaat kesehatan buah/daun buah tin sangat banyak. Dengan kandungan nutrisinya yang berlimpah, buah tin berpotensi mampu mencegah banyak penyakit. (surabayastory,com)
Cerita Kita

Perkenalan Singkat dengan Buah Tin

8 bulan ago
CSR dalam konteks Community Development (pengembangan dan pemberdayaan masyarakat) merupakan salah satu bentuk investasi sosial demi peningkatan kualitas kehidupan dan lingkungan. (istimewa)
Cerita Kita

Mengelola CSR Menjadi Community Development

8 bulan ago
Waktu menjadi relatif tergantung kepada kerangka acuan yang digunakan. Dalam wacana fisika, waktu tidak memiliki kecepatan yang real, tempo yang terukur dan tidaklah mengalir. (surabayastory,com)
Cerita Kita

Mencari dan Memahami Makna Waktu

8 bulan ago
Dalam karya Wallace tentang Borneo ini, kita seakan diajak untuk berpetualang keliling Borneo dan Celebes, serta berkenalan dengan masyarakat dan alam lingkungan di sekelilingnya.(surabayastory.com)
Cerita Kita

Sejarah Awal Peradaban Borneo

8 bulan ago
Nenek moyang bangsa Nusantara menurunkan banyak warisan, ilmu pengobatan merupakan tradisi warisan. Minum jamu berkhasiat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, mengobati, dan mempercantik tubuh. (surabayastory.com)
Cerita Kita

Jamu Jawa, Tradisi Penyembuhan Nenek Moyang Nusantara

8 bulan ago
Next Post

Kasih Tak Sampai

ITS menyelenggarakan Lomba Esai SMA 2020 sebagai rangkaian dari ITS Technovation Festival. (its)

Lomba Esai ITS Tingkat SMA/ Sederajat

Negosiasi adalah proses yang bisa dipelajari dan dipraktikkan langsung. (clio)

Memahami dan Memenangkan Negosiasi

Comments 58

  1. BradleyLef says:
    4 minggu ago

    Kamagra pharmacie en ligne: acheter kamagra site fiable – achat kamagra

    Balas
  2. Billiepotly says:
    4 minggu ago

    Kamagra pharmacie en ligne: acheter kamagra site fiable – kamagra oral jelly

    Balas
  3. BernardFloap says:
    4 minggu ago

    pharmacie en ligne pas cher: pharmacie en ligne – Pharmacie sans ordonnance pharmafst.com

    Balas
  4. Peterfooke says:
    4 minggu ago

    Pharmacie en ligne Cialis sans ordonnance Cialis generique prix Tadalafil 20 mg prix en pharmacie tadalmed.com

    Balas
  5. RobertCex says:
    4 minggu ago

    https://kamagraprix.shop/# acheter kamagra site fiable

    Balas
  6. BernardFloap says:
    4 minggu ago

    vente de mГ©dicament en ligne: pharmacie en ligne – pharmacies en ligne certifiГ©es pharmafst.com

    Balas
  7. BradleyLef says:
    4 minggu ago

    Tadalafil sans ordonnance en ligne: Tadalafil achat en ligne – cialis prix tadalmed.shop

    Balas
  8. Billiepotly says:
    4 minggu ago

    Cialis sans ordonnance 24h: cialis prix – Cialis sans ordonnance pas cher tadalmed.shop

    Balas
Next

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BERITA POPULER

  • Inilah Sistem Pencernaan Manusia yang Hebat  (info visual)

    Mengenal Sistem Pencernaan Manusia yang Hebat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sampah Kulit Kerang di Kenjeran Surabaya yang Tak Terselesaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Cara Belajar Membaca Not Angka dan Tangga Nada

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jamu Jawa, Tradisi Penyembuhan Nenek Moyang Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Warna Merah di Bulan Februari

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Kurs

Kurs USD: Ming, 25 Mei.

RajaBackLink.com
">
Surabayastory.com

© 2024 Surabaya Story - Let's Make Story, Let's Make History

KATEGORI

  • HEADLINE
  • SURABAYA TODAY
  • CERITA KITA
  • RANA
  • FIKSI & PUISI
  • INSPIRASI PAGI
  • JEJAK
  • JENAKA
  • JELAJAH
  • LENSA

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • HEADLINE
  • SURABAYA TODAY
    • SKETSA KOTA
  • CERITA KITA
  • RANA
  • FIKSI & PUISI
  • INSPIRASI PAGI
  • JEJAK
  • JENAKA
  • JELAJAH
  • LENSA
  • Login
  • Sign Up

© 2024 Surabaya Story - Let's Make Story, Let's Make History

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist