Batik dipercaya semakin berkembang di zaman Majapahit. Kerajaan ini memperlihatkan tingginya peradaban dan estetika.

Surabayastory.com – Sejarah batik Indonesia memiliki perjalanan yang sangat panjang. Dari catatan historis, batik yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad ke-12. Ini bisa dilihat dari relief Candi Penataran yang memperlihatkan adanya tokoh-tokoh yang menggunakan kain panjang dengan motif batik. Sementara untuk gambar motif-motif batik yang dipakai dalam ornament-ornamen relief, juga banyak dijumpai di Candi Borobudur yang dibangun abad ke-9.
Pada awalnya, batik digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan agar tampak lebih menarik. Seiring perkembangan interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa asing, maka mulai dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional, khusus digunakan di kalangan ningrat keraton.
Berbagai sumber tertulis menyebutkan bahwa sejarah batik di Indonesia sering dikaitkan dengan Kerajaan Majapahit dan penyebaran Islam di Pulau Jawa. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya, raja pertama Majapahit (1294-1309), memakai kain batik bermotif kawung.
Dari Kitab Negarakertagama, disebutkan ibukota Majapahit dipenuhi dengan keindahan. Mulai dari ukiran, pahatan, komposisi ruang, komposisi bidang, warna, hingga semuanya menyatu dalam estetika utuh.

Berkembangnya batik dari masa ke masa di setiap daerah di Pulau Jawa terciptalah banyak jenis, motif, serta corak (style) batik. Di setiap daerah selalu lekat dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Luasnya khasanah budaya Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik tradisional yang unik dengan ciri khas yang otentik.

Penyebaran batik di Pulau Jawa sudah bisa dilihat sejak zaman Kerajaan Majapahit. Di zaman ini batik bukan lagi sekadar kain penutup, tetapi sudah menjadi kebudayaan dan barometer peradaban. Keadaan ini bisa ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit, karena pusat Kerajaan Majapahit di Trowulan yang menjadi bagian dari Mojokerto.
Kain dan Warna
Batik di Mojokerto saat ini terdapat di daerah Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Di akhir abad ke-19 batik masih sangat dikenal di Mojokerto. Bahan-bahan dasar yang dipakai disiapkan sendiri. Kain mori putih ditenun sendiri dan pewarna menggunakan warna-warna di lingkungan sekitar, seperti mengkudu, nila tom, soga jambal, kulit pohon tinggi dan sebagainya.
Bahan pewarna kimia baru dikenal sesudah Perang Dunia I yang dijual oleh pedagang-pedagang Cina di Mojokerto. Dengan masuknya pewarna kimia, batik cap mulai berkembang. Besi untuk pola batik cap banyak diproduksi di daerah Bangil, dan para pengusaha batik Mojokerto membelinya di pasar Porong, Sidoarjo. Di Pasar Porong ini juga kain-kain batik produksi Kedungcangkring dan Jetis Sidoarjo banyak dijual.
Sementara Tulung Agung adalah daerah pengembangan pembatikan. Kala itu wilayah Tulungagung masih berupa rawa-rawa dan dikenal dengan nama Bonorowo. Saat Majapahit berkembang, daerah tersebut dikuasai oleh Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada Majapahit. Akhirnya dalam sebuah serbuan, Adipati Kalang tewas. Pertempuran kemudian dikenal dengan Pertempuran Kalangbret. Setelah itu banyak tentara dan keluarga kerajaan Majapahit yang tinggal di Bonorowo (Tulungagung) dan membawa kesenian membuat batik.
Batik dari daerah Kalangbret utamanya ada di Desa Majan dan Simo. Batik di sini punya ciri-ciri hampir sama dengan batik-batik Jogjakarta. Rata-rata mempunyai dasar putih dan motif bercorak coklat muda dan merah dari kulit mengkudu (sogan) dan biru tua dari tom. Sebagai batik setra sejak dahulu terkenal juga didaerah desa Sembung. Di akhir abad ke-19, para pengusaha batik dari Solo datang ke Tulungagung. Sekarang masih terdapat beberapa keluarga pembatikan dari Solo yang menetap di daerah Sembung. Selain dari tempat-tempat tesebut juga terdapat daerah pembatikan di Trenggalek dan Kediri. Tetapi sifatnya sebagian kerajinan rumah tangga.
Kejayaan kerajaan Majapahit di masa lampau telah membuat seni batik tertancap kuat selama berabad-abad sebagai warisan budaya nusantara. Kenyataan tersebut membuktikan bahwa kegiatan membatik telah ada sejak ratusan tahun silam. Kejayaan majapahit yang memiliki wilayah kekuasaan sangat luas, batik makin dikenal oleh masyarakat. –sa