Bagaimanakah teka-teki hidup dan dunia yang absurd menurut Alebrt camus? Filsuf dan pemikir yang banyak mempengaruhi pemikiran dunia itu memberikan gambarannya.
.
.
Surabayastory.com – Gelombang cahaya matahari, dicurahkan dari puncak langit, memantul dengan garang di daerah pedalaman di sekitar kita. Semuanya terdiam dengan keriuhan ini, dan Gunung Luberon, di sebelah sana, hanyalah sebuah blok luas keheningan yang aku dengarkan tanpa henti. Aku mendengarkan dengan seksama, seseorang lari menghampiriku dari tempat yang jauh, teman-teman yang tak tampak memanggilku, kegembiraanku meningkat, kegembiraan yang sama seperti bertahun-tahun lalu. Sekali lagi, teka-teki yang membahagiakan membantuku untuk memahami segalanya.
Di mana absuditas dunia? Dalam kemenangan yang cemerlang ini, atau dalam kenangan dari ketiaadaannya? Bagaimana, dengan banyak matahari dalam kenanganku, aku dapat bertaruh pada omong kosong? Orang-orang di sekitarku heran; aku juga, kadang-kadang. Aku bisa memberi tahu mereka, seperti aku memberi tahu diriku sendiri, bahwa kenyataannya yang sangat padat membekukan semesta dan bentuk-bentuknya ke dalam kegelapan yang memesona. Tetapi ada cara lain untuk mengatakan ini, dan aku ingin, berhadapan dengan kejernihan putih dan hitam ini yang bagiku selalu merupakan kebenaran, menjelaskan dengan istilah-istilah sederhana apa yang aku rasakan mengenai absuditas ini yang aku kenal sangat baik sehingga aku mengizinkan siapa pun untuk berbicara mengenainya dengan cara yang terlalu disederhanakan. Terlebih lagi, berbicara tentangnya akan menuntun kita kembali ke matahari.
Tidak ada orang yang bisa mengatakan siapa dia. Namun kadang-kadang ia bisa mengatakan apa yang bukan merupakan dirinya. Orang-orang ingin ia telah mencapai kesimpulannya, padahal ia masih mencari. Seribu suara telah menceritakan padanya apa yang telah ia temukan, namun ia tahu bahwa ini tidak benar. Apakah ia harus terus mencari dan membiarkan mereka bicara? Tentu saja. Namun, kadang-kadang, kita harus membela diri sendiri. Aku tidak tahu apa yang sedang aku cari, aku menyebutnya dengan hati-hati. Aku menarik kembali apa yang aku katakana, aku mengulang diriku sendiri. Aku pergi mundur dan maju. Meskipun orang-orang memanggilku untuk menyampaikan nama, atau nama-nama, sekali dan untuk selamanya. Kemudian aku keberatan; bukankah benda-benda menghilang ketika mereka mendapatkan nama? Inilah, paling tidak, yang bisa aku coba untuk katakan.
Apabila aku harus memercayai satu di antara teman-temanku, seorang laki-laki selalu memiliki dua karakter miliknya sendiri, dan karakter yang dikira oleh isterinya dimilikinya. Apabila kita mengganti isterinya dengan masyarakat, kita akan mengerti bagaimana sebuah ungkapan tertentu, yang digunakan oleh seorang penulis untuk menggambarkan seluruh konteks emosi, dapat dipisahkan dengan cara bagaimana orang mengomentarinya dan menyajikan kepada pengarangnya setiap kali ia mencoba untuk berbicara mengenai hal lain. Kata-kata seperti tindakan: ‘Apakah kau ayah dari anak ini?’ ‘Ya’. ‘Maka ia adalah anakmu.’ ‘Ini tidak sesederhana itu, tidak sama sekali!’ Maka Gerard de Nerval, pada suatu malam yang kotor, menggantung dirinya sendiri karena ia tidak bahagia, dan yang kedua kali untuk legendanya, yang sekarang membantu sementara orang untuk hidup. Tak seorang pun bisa menulis tentang ketidakbahagiaan sebenarnya, atau saat-saat kebahagiaan tertentu, dan aku tidak seharusnya melakukan itu di sini. Tetapi, sejauh yang menyangkut legenda, kita dapat menggambarkannya, dan paling tidak untuk sejenak, percaya bahwa kita telah melenyapkannya.
.
Ironi
Seorang penulis menulis agar dapat dibaca secara luas (bagi mereka yang mengatakan bahwa mereka tidak demikian, mari kita mengaguminya tetapi tidak memercayainya). Namun, semakin sering di Prancis, ia menulis agar mendapatkan pengabdian terakhir yang tidak menginginkan karyanya dibaca. Nyatanya, dari saat ia dapat menyajikan bahan untuk sebuah artikel yang indah di salah satu surat kabar kita yang luas peredarannya, ada kemungkinan bahwa ia akan dikenal oleh sejumlah orang yang cukup banyak yang tidak akan pernah membaca karya-karyanya karena mereka akan puas mengenal namanya dan membaca apa yang orang lain tuliskan tentangnya. Untuk selanjutnya, ia akan dikenal (dan dilupakan) bukan karena siapa ia, tetapi menurut citra yang terlalu terburu-buru diberikan oleh seorang jurnalis terhadapnya. Untuk mendapatkan nama dalam kesusastraan, akibatnya tidak perlu lagimenulis banyak buku. Cukup untuk diingat namanya di surat kabar sore, dan kemudian ia bisa beristirahat sampai akhir hidupnya.
Tidak diragukan lagi bahwa reputasi ini, besar atau kecil, tidak layak. Tetapi apa yang bisa diperbuat dengannya? Mari kita mengakui bahwa masalah ini dapat menjadi bermanfaat. Dokter tahu bahwa penyakit tertentu memang dikehendaki: penyakit itu memberikan, dengan dengan caranya sendiri, sebuah kompensasi bagi kekacauan fungsional yang kalau tidak ada, akan menyatakan dirinya sendiri dalam gangguan yang lebih serius. Karena itulah ada konstipasi yang menguntungkan dan serangan artritis yang berguna. Banjir kata-kata dan penilaian yang terburu-buru, yang sekarang menenggelamkan seluruh aktivitaspublik dalam lautan kesembronoan, paling tidak menganugerahi penulis Prancis dengan kerendahhatian yang terus ia perlukan dalam sebuah Negara yang lebih-lebih lagi, memberi tanggapan yang tidak sebanding terhadap seruannya. Mendapatkan namamu dalam dua atau tiga surat kabar menurutku adalah pengadilan yang begitu keras sehingga tak dapat dielakkan lagi itu melibatkan suatu keuntungan spiritual. Maka mari kita berterima kasih kepada masyarakat, yang bisa dengan begitu murahnya mengajar kita setiap hari, dengan penghormatannya, bahwa kemuliaan yang diberikannya tak berharga. Semakin keras suara, semakin cepat ia mati. Ini mengingatkan pada api yang oleh Alexander VI sering membakar di hadapannya untuk mengingatkan dirinya bahwa semua kejayaan dunia ini lenyap seperti asap.
Namun cukuplah ironi ini. Cukuplah, dalam hal ini, untuk mengatakan bahwa seorang seniman harus mengundurkan dirinya sendiri dengan senang hati untuk menunjukkan apa yang diketahuinya adalah citra yang tak berharga mengenai dirinya sendiri dalam terbitan yang tergeletak di ruang tunggu dokter gigi dan penata rambut. Aku ada di sana sehingga aku membaca mengenai seorang penulis modern yang dianggap menghabiskan setiap malam memimpin pesta-pora Bacchalian yang memabukkan, di mana para peri tidak mengenakan pakaian apapun kecuali rambut mereka dan para faun (manusia bertelinga, tanduk, ekor, dan kaki kambing –pen) memiliki kuku yang gelap dan mematikan. Orang pasti akan meragukan bagaimana ia menyisihkan waktu untuk menulis serangkaian buku yang mengisi rak-rak perpustakaan. Penulis ini, nyatanya, seperti banyak rekannya tidur di malam hari agar dapat menghabiskan waktu yang panjang setiap hari untuk bekerja di mejanya, dan minum air Vichy agar tidak merusak livernya. Ini membuat orangPrancis biasa, yang dikenal baik tidak pernah mabuk dan sangat pembersih, menjadi naik darah pada gagasan bahwa para penulis kita harus mengajar orang untuk minum dan tidak mandi. Contohnya sangat banyak. Aku sendiri dapat memberi resep yang hebat mengenai bagaimana menyelamatkan reputasi kecermatan dengan sangat mudah. Sebenarnya aku memiliki reputasi seperti ini, yang sangat membuat senang teman-temanku (sejauh yang aku sendiri rasakan, ini lebih sebagai hal yang memalukan, karena aku tahu bahwa aku tidak layak memperolehnya). Misalnya, satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah menolak makan malam dengan seorang editor surat kabar yang tidak kau nilai tinggi. Bahkan kesopanan yang sederhana bisa mengingatkan terhadap suatu penyakit jiwa yang sinting. Yang selalu terjadi adalah, tidak ada orang yang akan tahu bahwa, jika kau menolak makan malam dengan editor ini, ini bukan hanya karena kau tidak memiliki penilaian tinggi tentangnya, tetapi juga karena ketakutanmu yang paling besar di dunia ini adalah kebosanan –dan apa yang lebih membosankan daripada makan malam khas Paris?
.
Melacak Kisah
Maka kita harus mengundurkan diri. Namun dari waktu ke waktu kau dapat mencoba untuk mengatur kembali pemandangan, dan mengulang bahwa kau tidak bisa selalu menjadi pelukis hal yang absurd dan bahwa tidak ada orang yang bisa percaya dalam kesusastraan keputusasaan. Tentu saja, selalu mungkin untuk menulis, atau pernah menulis, sebuah esai mengenai gagasan yang absurd. Namun, bagaimanapun, kau juga dapat menulis mengenai inses tanpa perlu mengganggu saudara perempuanmu yang malang; dan aku tidak pernah membaca di mana pun bahwa Sophocles pernah berpikir untuk membunuh ayahnya dan mencemari ibunya. Gagasan bahwa setiap penulis pasti menulis mengenai dirinya sendiri dalambuku-bukunya adalah salah satu gagasan konyol yang kita warisi dari Romantisme. Sebaliknya, sama sekali tidak mustahil, seorang penulis tertarik pertama kali dan terutama pada orang lain, atau pada zamannya, atau pada mitos-mitos yang dikenal. Bahkan apabila ia menaruh dirinya sendiri dalam gambaran itu, sangat merupakan perkecualian bahwa ia bicara mengenai apa yang benar-benar ia sukai. Karya seorang manusia sering melacak kembali kisah mengenai nostalgianya atau godaannya, hampir-hampir tidak pernah mengenai kisahnya sendiri, terutama ketika mereka mengklaim bahwa karyanya adalah otobiografi. Tidak ada orang yang pernah berani menggambarkan dirinya sendiri sebagaimana adanya.
Sepanjang hal seperti itu dimungkinkan, sebaliknya, aku akan suka menjadi seorang penulis yang obyektif. Apa yang aku sebut sebagai penulis yang obyektif adalah penulis yang memilih tema tanpa membuat dirinya sendiri sebagai subyek. Namun keranjingan modern yang mengidentifikasi penulis dengan subyek-materinya tidak memungkinkan dirinya menikmati kebebasan relative ini. Maka seseorang menjadi nabi absuditas. Namun apa yang telah aku lakukan kecuali memikirkan mengenai sebuah gagasan yang aku temukan di jalanan zamanku? Itu terjadi tanpa mengatakan bahwa aku dan seluruh generasiku telah mengatakan bahwa aku dan seluruh generasiku telah menyuburkan gagasan ini (dan sebagian dari diriku masih melakukan ini). Bagaimanapun, apa yang telah aku lakukan adalah mengamatinya dari jarak cukup jauh dari diriku untuk menganilsanya dan memutuskan logikanya. Apapun yang telah aku tulis sejak itu adalah bukti yang cukup mengenai ini. Tetapi lebih tepat untuk memanfaatkan klise daripada nuansa. Mereka memilih klise: maka aku absurd seperti sebelumnya.
Apa gunanya untuk mengatakan lagi bahwa dalam pengalaman yang menarik bagiku, dan yang pernah aku tuliskan, absuditas dapat dipandang hanya sebagai titik keberangkatan –meskipun kenangan dan perasaan mengenainya masih menyertai langkah-langkah selanjutnya dalam argument? Sama pula halnya, dengan seluruh pengertian akan proporsi, keraguan Cartesian, yang sistematis, tidak cukup untuk menjadikan Descartes seorang skeptic. Dalam hal apapun, bagaimana seseorang bisa melarang dirinya sendiri untuk mengatakan bahwa segalanya itu tidak berarti, dan bahwa kita harus terjun ke dalam keputusasaan mutlak? Tanpa menuju ke akar materi, paling tidak seseorang dapat mengamati bahwa tidak ada materialism mutlak, karena hanya untuk membentuk kata ini maka harus ada sesuatu di dunia ini yang di luar materi, sehingga dengan demikian tidak ada nihilism mutlak. Segera setelah kau mengatakan bahwa segala sesuatu omong kosong, kau menyatakan sesuatu yang memiliki arti. Dengan menolak untuk melihat dunia sebagai yang berarti sama dengan meniadakan semua pertimbangan nilai. Tetapi hidup dan makan, misalnya, dalam dirinya sendiri terdapat pertimbangan nilai. Kau memilih untuk tetap hidup pada saat kau tidak mengizinkan dirimu sendiri mati kelaparan, dan sebagai akibatnya kau mengenali bahwa kehidupan paling tidak memiliki nilai relatif. Sebenarnya, apa artinya kesusasteraan keputusasaan? Keputusasaan adalah diam. Lebih dari itu, bahkan kediaman itu berarti jika matamu berbicara. Keputusasaan yang sebenarnya adalah penderitaan kematian, kuburan atau jurang. Jika keputusasaan itu berbicara, jika keputusasaan itu berasio, turutama jika keputusasaan itu menulis, tiba-tiba seseorang menggapai tangannya, pohon dibenarkan, tiba-tiba seseorang menggapai tangannya, pohon dibenarkan, cinta dilahirkan. Kesusasteraan keputusasaan adalah sebuah kontradiksi dalam istilah.
Tentu saja, optimism tertentu bukanlah kekhususanku. Seperti semua laki-laki seumurku, aku tumbuh dalam suara genderang Perang Dunia Pertama, dan sejarah kita sejak saat itu terdiri dari pembunuhan, ketidakadilan atau kekejaman. Namun pesimisme yang sebenarnya, yang memang ada, adalah menambahkan sesuatu kepada semua kekejaman dan hal yang memalukan ini. Mengenai diriku, aku tidak pernah berhenti bertarung melawan aib ini, dan aku hanya membenci yang kejam. Dalam nihilism kita yang paling gelap aku hanya mencari alasan untuk pergi lebih jauh darinya. Aku akan menambahkan,tidak melalui kebaikannya, ataupun peningkatan jiwa, tetapi dengan kesetiaan instingtif kepada cahaya di mana aku lahir, dan di mana untuk ribuan tahun manusia telah belajar untuk menyambut kehidupan bahkan dalam penderitaan. Aeschylus sering penuh dengan keputusasaan; namun ia memancarkan cahaya dan kehangatan. Di pusat semestanya, kita tidak menemukan omong kososng yang tak berwujud melainkan sebuah teka-teki, yaitu sebuah arti yang sukar untuk diuraikan karena itu memesona kita. Dan, dengan demikian, putera-putera Yunani tak berguna namun keras kepala yang tetap bertahan hidup dalam abad yang kerontang ini akan tetap mendapati sejarah ini terlalu panas mendidih, namun mereka menanggung rasa sakit karena mereka ingin mengertinya. Di pusat kerja kita, meskipun gelap nampaknya, di sana bersinar matahari yang tak kenal lelah, matahari yang sama yang berseru hari ini melalui perbukitan dan dataran.
Setelah ini, api dapat membakar; apa artinya citra dan perampasan kekuasaan kita? Siapa kita, bagaimana kita seharusnya, cukup untuk mengisi hidup kita dan mengisi kekuatan kita. Paris adalah gua yang mengagumkan dan manusianya, yang melihat bayangan mereka sendiri dipantulkan di dinding yang jauh, menganggapnya sebagai satu-satunya realitas yang ada. Hal yang sama berlaku mengenai kemasyhuran yang aneh dan cepat berlalu yang dihadiahkan kota ini. Namun kita sudah belajar, jauh dari Paris, bahwa ada cahaya di belakang kita, dan bahwa kita harus berbalik dan melemparkan rantai kita jika kita ingin menatapnya secara langsung; bahwa tugas kita, sebelum kita mati, adalah mencari semua kata-kata yang kita bisa untuk menyebutnya. Setiap seniman pasti mengejar kebenarannya. Apabila ia adalah seniman besar, setiap kerja membawanya lebih dekat kepada kebenaran itu, atau paling tidak, kebenaran itu sendiri mengayun lebih dekat kea rah pusatnya, matahari yang terkubur ini di mana segalanya harus terbakar pada suatu hari. Apabila ia biasa-biasa saja, setiap kerja membawanya lebih jauh dari kebenaran itu, maka pusat ada di mana saja, cahaya berpencar. Namun satu-satunya yang dapat menolong seniman itu dalam pertanyaannya yang tanpa henti adalah mereka yang mencintainya, dan mereka, para pencinta atau pencipta sendiri, yang menemukan dalam gairah mereka sendiri ukuran untuk semua gairah, dan kemudian dapat menulai.
Ya, semua keributan ini… ketika kedamaian akan dicintai dan diciptakan dalam keheningan! Tetapi kita harus belajar untuk bersabar. Satu kali lagi, matahari menyegel mulut kita.
###