Pernahkah kita sadar bila ada makhluk kecil yang punya peran besar dalam siklus rantai makanan dalam kehidupan ini? Ya, namanya plankton. Mari kita kenalan.
.
.
Surabayastory.com – Apa plankton itu? Plankton adalah makhluk (tumbuhan atau hewan) yang hidupnya mengapung, mengambang atau melayang didalam air yang berukuran mikroskopis dengan kemampuan renangnya (kalaupun ada) sangat terbatas hingga selalu terbawa hanyut oleh arus (Sidabutar, 2008).
Plankton terbagi dua yaitu zooplankton (plankton hewan) dan fitoplankton (plankton tumbuhan). Fitoplankton bersifat autotrofik yaitu dapat menghasilkan bahan organik makanannya sehingga berfungsi sebagai produsen primer. Zooplankton bersifat heterotrofik karena tidak dapat memproduksi bahan makanannya sehingga dia berfungsi sebagai konsumen.
Menengok sedikit sejarahnya, penelitian plankton dilakukan dari tahun 1676 oleh Antony van Leeuwenhoek yang menemukan mikroskop sederhana. Melalui penemuannya itu beliau berhasil membuktikan bahwa dalam air terdapat keankeragaman hayati yang berbentuk renik. Pada paruh abad ke 19 dilakukan pengkajian yang lebih serius oleh G.V Thompson yang pertama kali mengoleksi plankton dengan menggunakan jaring halus, dan melakukan pengamatan berkala di Irlandia tahun 1828. Kemudian disusul oleh Johannes Muller di Jerman yang mulai mengadakan kajian taksonomi, sekitar tahun 1845.
Istilah plankton sendiri baru diintroduksi oleh Victor Hensen tahun 1887, yang berakar dari bahasa Yunani (Planktos) yang bearti menghanyut atau mengembara. Dalam fase kehidupannya plankton memiliki dua daur hidup yaitu Holoplankton dan Meroplankton. Holoplankton adalah plankton yang menjalani seluruh daur hidupnya sebagai plankton. Fitoplankton dan sebagian zooplankton termasuk ke dalam holoplankton. Meroplankton adalah plankton yang menjalani kehidupannya sebagai plankton pada stadium larva dan telur, contohnya larva-larva ikan, cumi, kekerangan, dll.
Berdasarkan ukurannya plankton terdapat duagolongan yaitu net plankton dan non-net plankton. Net plankton adalah plankton yang dapat tertangkap oleh jarring. Net plankton terbagi atas mesoplankton P yang berukurun 0,2 – 200mm, makroplankton berukuran 2 – 20 mm, dan megaloplankton yang berukuran 20mm. Non-net plankton adalah plankton yang diambil dengan botol air (Nansen atau niskin botol). Non-net plankton terbagi atas ultra plankton yang berukuran 2µm , nanoplankton memiliki ukuran 2 – 20 µm, dan mikroplankton yang berukuran 20 – 200 µm.
Menurut habitatnya plankton terbagi atas 5 golongan. Haliplankton adalah plankton yang hidup di air laut, hipalmiroplankton adalah plankton yang dihidup di air payau, potamoplankton adalah plankton yang hidup di sungai, heleoplankton adalah plankton yang hidup di kolam, dan limnoplankton adalah plankton yang hidup di danau. Berdasarkan asal –usul plankton, plankton dibagi menjadi dua yaitu autogenic dan allogenik. Autogenik plankton, yakni plankton yang berasal dari perairan itu sendiri, sedangkan Allogenik plankton, merupakan plankton yang datang dari perairan lain.
Seiring berjalannya berkembang pesatnya ilmu pengetahuan, penelitian mengenai plankton pun banyak dilakukan.
Plankton terdiri atas 2 jenis yaitu fitoplankton (plankton berupa tumbuhan) dan Zooplankton (plankton berupa hewan). Kedua jenis memegang peranan penting dalam proses rantai makan yang ada di lautan. Fitoplankton merupakan produsen dalam rantai makanan di laut, kemudian di atasnya adalah zooplankton dan hewan – hewan lain seperti kepiting, ikan, reptil, burung bahkan mamalia seperti manusia.
.
.
Di lingkungan kita kaya akan aneka fitoplankton (plankton berupa tumbuhan) dan Zooplankton (plankton berupa hewan). Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.
Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.
.
Peranan Plankton
Melalui penelitian yang telah dilakukan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Bandung (Paper Peranan-Peranan Plankton, 2013), terungkap manfaat-manfaat di perairan yang terdapat pada plankton. Beberapa manfaat itu adalah:
- Plankton adalah pakan alami bagi biota air karena mengandung banyak karbohidrat dan protein untuk pertumbuhannya. Ukuran plankton yang sesuai dengan ukuran mulut ikan kebanyakan. Kandungan protein dan karbohidrat yang terkandung dalam plankton juga tinggi. Juga perkembangan plankton yang tergolong cepat.
- Plankton bisa menjadi peneduh yang melindungi biota air karena dapat merasa aman dari sifat kanibalisme. Semua biota air memakan fitoplankton sebagai produsen primer. Jika fitoplankton berjumlah sedikit atau sama sekali tidak ada, maka konsumen di perairan akan menjadi kanibalisme. Kehidupan plankton yang mengambang bisa meneduhkan perairan karena sinar matahari sebagian terserap oleh fitoplankton yang akan digunakannya untuk berfotosintesis.
- Fitoplankton dapat menambah kadar oksigen terlarut dalam air (DO) yang diberikan melalui proses fotosintesis. Fotosintesis menghasilkan oksigen dengan reaksi : 6H2O + 6CO2 à C6H1206 + 6 O2 sehingga kadar oksigen terlarut bertambah. Namun hal itu hanya terjadi pada siang hari. Pada saat malam hari proses fotosintesis tidak terjadi karena tidak adanya cahaya matahari sehingga suplai oksigen berkurang. Dalam kondisi ini bakteri pengurai bekerja secara anaerob. Zat -zat yang dihasilkan bersifat toksik yang berakibatkan buruk bagi organisme perairan. Namun pada siang hari pun terdapat kemungkinan proses fotosintesis tidak berjalan dengan baik karena nilai TDS (ukuran zat terlarut baik bahan organic maupun anorganik yang terdapat pada sebuah larutan) yang tinggi. Jika nilai TDS tinggi maka penetrasi cahaya akan berkurang akibatnya proses fotosintesis juga akan berkurang.
- Beberapa plankton dapat menurunkan zat beracun. Dengan cara mengikat zat-zat beracun juga timbal logam yang terkandung di perairan tersebut lalu mengendapkannya di bawah.
- Plankton dapat menjaga kestabilan suhu air. Plankton hidup mengambang dan juga plankton tersebut menutupi permukaan di perairan sehingga biota laut yang ada di dalamnya terlindungi karena fitoplankton membutuhkan sinar matahari untuk berfotosintesis, sehingga sinar matahari tidak langsung masuk ke dalam air, jadi suhunya dapat distabilkan.
- Plankton sebagai katalisator penyerap karbon. Phytoplankton berada dalam berbagai bentuk dan simbion, sehingga perannya sangat vital dalam kehidupan dan rantai energi di laut. Misalnya,phytoplankton jenis zooxanthellae melakukan simbiosis dengan binatang karang dan mampu menyerap CO2 menjadi karbonat yang selanjutnya tersimpan dalam bentuk kerangka kapur. Sebagian besar phytoplankton akan segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi. Jika bisa dikendalikan, sejumlah besar phytoplankton yang sudah menyerap CO2, bisa dikirim ke dasar laut sebagai karbon. Saat ini banyak penelitian para ahli untuk mengembangkan cara menampung CO2 melalui phytoplankton dan menyimpan di dasar laut.
- Secara tidak langsung plankton membantu proses terciptanya awan. Para ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak langsung dapat membuat awan yang dapat menahan sebagian sinar matahari yang merugikan. Ketika matahari menyinari lautan, lapisan atas laut (sekitar 25 meter dari permukaan laut) memanas, dan menyebabkan perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan laut di bawahnya. Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak saling tercampur. Plankton hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi.
Akibat kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang dapat merusaknya. Karena rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara. Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan. Jadi, secara tidak langsung, plankton membantu menciptakan awan. Awan yang terbentuk menyebabkan semakin sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas dari gangguan sinar ultraviolet. B. –sa