Kehidupan diciptakan dalam keseimbangan. Ketika berkembang, kerusakan mulai datang. Untuk kembali harmoni, butuh kepedulian.
.
.
Surabayastory.com – Inilah kehidupan. Digambarkan pada masa demi masa. Dicatat secara sederhana selama berabad-abad. Diisi oleh peristiwa-peristiwa selama bertahun-tahun. Namun, secara perlahan harmoni dan keindahan alam secara perlahan tergerus zaman. Ketika sikap toleran tak lagi ada, dan budaya instan menyeruak di mana-mana, alam seakan semakin merana.
Semakin berkembangnya zaman dan teknologi, menjadikan lingkungan salah satu yang mengalami dampak buruk. Eksploitasi dilakukan secara besar-besaran, tanpa memperhatikan efeknya terhadap lingkungan. Banyak hutan yang ditebangi, lalu diganti dengan mengganti dengan hutan-hutan beton atau tanaman yang tak semestinya. Ekosistem yang terbentuk pun rusak. Keanekaragaman hayati perlahan musnah. Setelah itu, daerah sekitar tidak mempunyai peresapan air yang cukup, dan akhirnya bencana tanah longsor dan banjir pun datang. Setelah musibah datang, kita hanya bisa menyesal dan meratap. Dan tak mungkin hutan itu dilahirkan kembali dalam waktu singkat.
Keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi kehidupan, dari berbagai semua makhluk hidup; tanaman, hewan, dan organisme mikro dan ekosistem yang mereka bentuk. Keanekaragaman hayati bisa dieksplorasi pada tingkatan keanekaragaman genetik, keanekaragaman spesies dan keanekaragaman ekosistem. Ketiganya saling terkait dan bersama-sama menciptakan ragam kehidupan di bumi.
Istilah keanekaragaman hayati dikenalkan pertama kali oleh Raymond F. Dasmann, seorang ilmuwan satwa liar dan penggiat konservasi lingkungan di tahun 1968. Istilah ini diadopsi secara luas setelah lebih dari satu dekade, ketika pada tahun 1980 itu datang ke dalam penggunaan umum dalam ilmu dan kebijakan lingkungan. Thomas Lovejoy, dalam kata pengantar untuk buku Biologi Konservasi, memperkenalkan istilah bagi komunitas ilmiah. Sampai saat itu istilah “keanekaragaman hayati” mulai banyak dipergunakan.
.
Manusia dan Kebutuhannya
Di tengah sibuknya kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhannya, banyak hutan dan lingkungan lainnya yang menjadi korban dari tangan-tangan manusia. Hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah ikut menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kita, seperti ikut menjaga kebersihan lingkungan, ikut menyerukan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, dan melestarikan keanekaragaman hayati yang semakin berkurang saja dari hari ke hari. Agar pada akhirnya alam tidak berbalik menyerang kita.
Sebagai orang yang bijak, sudah sepantasnya kita bisa merasakan fenomena yang sedang terjadi ini. Untuk melestarikan lingkungan demi anak dan cucu kita di masa yang akan datang. Walaupun demikian, syukurlah saat ini sudah banyak pihak yang menyadari akan fenomena yang sedang terjadi ini. Seperti UU tentang pencemaran lingkungan yang telah diterbitkan yaitu, Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982: Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Selain itu juga ada penghargaan-penghargaan seperti adipura atau pun kalpataru, yang kaitanya dengan kebersihan dan pelestarian lingkungan. Dan masih banyak lagi, kesadaran dari banyak pihak untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga akan ada keseimbangan paling tidak antara pencemaran dan pencegahannya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai pantai terpanjang di dunia dan hutan terluas ketiga di dunia dengan berbagai kekayaan flora, fauna, dan plasma nutfah yang sangat beragam sehingga dikenal sebagai mega-biodiversity country. Dalam dokumen “Biodiversity Action for Indonesia” yang disusun pada tahun 1993 tercatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 10% jenis tumbuhan berbunga dunia (25.000 jenis), 12% jenis mamalia dunia (515 jenis, 36% merupakan jenis endemic, 16 % dari jenis reptile dunia, 17 dari jenis burung dunia (1.531 jenis dan 20% merupakan jenis yang endemik), dan sekitar 20% jenis ikan dunia (Bappenas 2003).
.
Keanekaragaman Hayati Indonesia
Keanekaragaman hayati yang melimpah dan tidak terhitung nilainya tersebut merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia dan modal dasar pembangunan yang harus dijaga keberadaan dan manfaatnya secara berkesinambungan. Bertolak dari perannya yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia (sandang, pangan, papan, obat-obatan) serta penjaga keseimbangan ekosistem maka merupakan suatu tantangan bagi kita semua untuk turut serta melestarikan berbagai kekayaan keanekaragaman hayati lainnya agar tidak punah oleh proses pembangunan yang terus berjalan. Namun demikian, kita belum mampu menjaga kelestarian keanekaragaman hayati tersebut. Eksploitasi terhadap keanekaragaman hayati, penebangan liar, konversi kawasan hutan menjadi areal lain, perburuan dan perdagangan satwa liar adalah beberapa faktor yang menyebabkan terancamnya keanekaragaman hayati. Pada saat ini kondisi keanekaragaman hayati Indonesia sangat mengkhawatirkan.
Indonesia juga merupakan daerah penghasil ozon dunia, karena kebetulan berada di daerah ekuator. Tetapi di lain sisi, Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat penebangan dan kerusakan hutan tertinggi di dunia. Kerusakan hutan terjadi di mana-mana, tanpa memperhatikan kelangsungan ekosistem dan satwa yang ada di dalamnya. Laju kerusakan hutan pada tahun 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada tahun 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Lalu, bagaimana dengan saat ini? Tahun 2007 tercatat,ada 574 kasus kejahatan terhadap hutan. Di tahun berikutnya, jumlah kasus turun menjadi 404 kasus. Dari kasus-kasus yang tercatat ini ternyata, hanyalah pelaku kecil saja yang banyak diperiksa.Yang memprihatinkan lagi adalah sebanyak 64-83 persen kayu hasil tebangan adalah berstatus illegal logging.
Kita baca perlahan karya sastra di bawah ini:
.
Sekarang matahari muncul dari balik puncak gunung,
dan menyepuh ujung-ujung pepohonan, kemilau menebar keindahan.
Aku menikmati keindahan ini dan bertanya pada diriku sendiri:
Mengapa manusia harus menghancurkan keindahan yang telah dibangun oleh alam?
Kahli Gibran, Alam dan Manusia
.
Dengan tingginya laju kerusakan hutan yang terjadi ini, turut menjadi salah satu penyebab turunnya keanekaragaman hayati yang kita miliki. Keanekaragaman hayati merupakan salah satu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karena itu, begitu pentingnya masalah pelestarian saat ini. Ada beberapa satwa atau pun tumbuhan di Indonesia yang dilindungi oleh undang-undang dan saat ini kondisinya dalam keadaan hampir punah.
Inilah kehidupan. Inilah alam Indonesia sekarang. Apa kita tergerak untuk peduli? –sa