Dia adalah seorang pengusaha yang banyak menginspirasi kalangan anak muda. Dia juga eksperimental dan sukses di banyak bidang bisnis. Kita baca strategi dan kebijakakannya tentang bisnis.
.
Surabayastory.com – Namanya Sir Richard Branson. Jika melihat sosoknya yang terkesan sederhana, namun cukup modis dengan rambut gondrong khas anak muda, agak sulit membayangkan kalau ia adalah sosok pengusaha sukses. Namun jangan melihat tampilan luarnya, perhatikan jejaknya yang luar biasa.
Richard Branson lahir di London, Inggris, pada 18 Juli 1950. Ia sudah mencoba berbisnis saat usia muda. Namun langkah paling drastis dimulai saat ia memutuskan keluar dari SMA saat usianya menginjak 15 tahun.
Dia menderita disleksia, sebuah penyakit keturunan yang menyebabkan seseorang sulit mengeja atau mengolah kata dalam otaknya pada umur 16 tahun. Penyakit ini juga membuatnya sulit untuk mengerti pelajaran, dan perlu diketahui, penyakit ini tidak bisa disembuhkan secara total. Ini berarti sampai saat ini Richard Branson masih mengalaminya walaupun tidak terlalu sering.
Branson keluar dari sekolahnya pada umur 15 tahun karena penyakit tersebut. Dia tidak bisa konsentrasi terhadap apa yang dipelajarinya. Gurunya sendiri mengira bahwa Branson adalah anak yang malas, karena dia selalu gagal dalam menjalani sebuah test. Sebelum dia keluar dari sekolah, kepala sekolahnya sempat berkata kepadanya bahwa dia mungkin akan berada di penjara atau menjadi seorang miliarder sukses karena penyakitnya tersebut.
Namun drop out sekolah ada juga hikmahnya. Saat berkunjung ke Indonesia tahun lalu dan berceramah di depan sejumlah pengusaha, ia mengungkapkan dengan tak “dilabeli” sebagai produk sekolahan yang sukses, ia jadi nothing to lose untuk melakukan sesuatu. Gagal tak apa-apa, sukses tentu luar biasa. Apalagi dengan usia yang masih muda, jika gagal ia masih ada waktu untuk bangkit. Karena menurutnya, kehidupan sebenarnya dimulai saat usia seseorang berusia 24 tahun.
.
Bermula Keberanian
Meski begitu ia tak menyarankan agar setiap anak muda keluar dari sekolahnya untuk memulai bisnis. Poinnya adalah “keberanian“. Ia menguji keberaniannya dengan keluar sekolah di usia muda. Tetapi orang lain bisa melakukan cara berbeda. Mungkin sekolah jalan, keberanian juga tumbuh. Terlepas dari hal itu, apa yang dilakukannya sangat inovatif.
Setelah memutuskan drop-out, di usianya yang ke-16 tahun, Branson mendirikan majalah bernama Student. Majalah ini ia dirikan untuk menyuarakan anti perang Vietnam. Empat tahun kemudian, pada tahun 1970, ia mendirikan perusahaan yang menjual rekaman musik yang dijual dengan cara order via mail. Tahun berikutnya membangun gerai Virgin Records and Tapes, yang ia dirikan di lantai dua 24 Oxford Street, London. Gerai ini kemudian menjadi Virgin Megastore yang menjual aneka rekaman musik.
Setelah itu ia mendirikan Virgin Music yang kelak menjadi andalan sejumlah pemusik dunia untuk merekam lagu-lagu mereka dan mengedarkannya ke seluruh dunia. Di antara musisi yang mempercayakan pada perusahaannya adalah grup kenamaan Inggris Genesis dan Phil Collins, Janet Jackson, The Rolling Stones, dan sebagainya.
Sukses dengan dunia musik, Branson melirik dunia penerbangan dengan mendirikan Virgin Atlantic Airways. Sempat hampir bangkrut, namun perusahaan ini sekarang menjadi maskapai kenamaan di Inggris.
Dia adalah satu-satunya entrepreneur yang sudah membangun delapan perusahaan berbeda bernilai milyaran dolar dalam delapan industri berbeda, dan dia melakukan semua itu tanpa latar belakang pendidikan bisnis.
“Saya akan selalu penasaran dengan apa yang akan terjadi pada hidup dan karir saya sekarang jika saya mengejar pendidikan cukup lama untuk mempelajari apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam bisnis.” Seperti yang ditulisnya dalam buku barunya, Like a Virgin: Secrets They Won’t Teach You at Business School.
Namun tahukah selama menjalankan bisnis Richard Branson mengalami kendala dengan penyakit disleksianya. Penyakit ini membuatnya harus sedikit mengubah cara komunikasinya kepada para pelanggannnya. Ketika dia mendirikan sebuah perusahaan baru, dia ingin memastikan bahwa dia mengerti bagaimana iklan dan strategi marketing dari perusahaan barunya itu.
Dia pun menyuruh karyawannya untuk membaca presentasi dari kampanye marketing-nya dengan suara keras. Jika dia dapat menangkap dengan cepat strategi marketing yang dibacakannya tersebut, dia yakin orang biasa yang akan menjadi calon pelanggannya di luar sana juga pasti akan mengerti dengan mudah.
Sampai saat ini, Richard Branson masih melakukan hal yang sama pada iklan marketingnya. Dia pun lebih memilih kata-kata biasa dibanding jargon-jargon sulit di dunia industri. Misalnya untuk bank miliknya, Virgin Money, bank tersebut tidak memakai kata-kata “financial service” atau “leading industry intelligence” sebagai taglinenya, melainkan “better bank for everyone”. Kesederhanaan dan kejelasan dari tujuan perusahaan yang telah dimilikinya telah menciptakan sebuah nilai positif dari Virgin Group.
Bahkan akibat disleksianya tersebut, sampai saat ini Branson belum paham apa perbedaan dari “net profit” dan “gross profit” yang seharusnya dimengerti oleh para pengusaha sekarang ini. Tapi dengan penyakitnya ini, dia menjadi lebih dekat dengan para karyawannya, karena dia mempercayai mereka untuk melakukan tugas yang sulit dipahami oleh Richard Branson.
Keterbatasannya ini membuat dia belajar untuk menghormati orang lain yang lebih mampu melaksanakan tugas spesifik yang dia tidak bisa lakukan. Branson juga telah berhasil merekrut orang -orang yang mampu menjalankan bisnisnya tersebut dan dapat berpikir kreatif dan strategis serta mampu bekerja sama dengan baik.
.
Kukurangan Bukan Halangan
Dia pun menyadari bahwa penyakitnya tersebut mampu mendorongnya menuju kesuksesan. Branson juga menemukan fakta bahwa satu dari tiga pengusaha Amerika menderita disleksia, seperti Thomas Edison, Henry Ford, Ted Turner, dan juga Charles Schwab.
Agatha Christie juga menderita penyakit yang sama. Kenyataannya, ia malah menulis lebih dari 73 judul buku yang membuatnya menjadi pengarang novel misteri nomor satu.
Bahkan seorang Albert Enstein juga mempunyai masalah dalam mengerti sebuah pelajaran. Namun Richard Branson ingin meyakinkan bahwa anda harus berani untuk menerima bahwa diri anda berbeda. Anda juga harus percaya dengan insting Anda dan siap untuk jawaban dari sebuah pertanyaan yang orang lain belum mengetahuinya.
Saat ini Virgin Group memiliki 360 perusahaan yang bergerak di berbagai unit bisnis seperti layanan panyedia jasa seluler, broadband, TV, radio, keuangan, kesehatan, wisata, dan perjalanan. Bahkan salah satu perusahaannya menyediakan jasa penerbangan ke luar angkasa.
Dalam perhitungan majalah Forbes, kekayaan Richard Branson ditaksir mencapai US$ 4,2 miliar. Jika dihitung dengan kurs rupiah saat ini, berarti sekitar Rp 35,7 triliun! Dalam segala keterbatasannya, sungguh luar biasa prestasi yang telah diukir Richard Branson selama 46 tahun ini. –sa
.