Sebenarnya hal terbesar yang memengaruhi prestasi ada dalam diri kita sendiri, tetapi tak pernah disadari.
.
.
Surabayastory.com – Banyak hal yang bisa memengaruhi prestasi seorang pelajar di sekolah. Misalnya saja seorang siswa berhasil masuk ke SMPN favorit dengan nilai rata-rata unas SD-nya 9. Dia berhasil mencapai prestasi yang membanggakan itu karena memang memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi. Indikasinya, ia selalu rajin sekolah dan tidak pernah membolos sekolah dan rajin mengerjakan PR, berusaha meluangkan waktu minimal 2 jam sehari untuk belajar di rumah, jarang menonton televisi, dan tidak pernah main game.
Selain itu dengan didukung kekuatan keuangan orangtuanya, ia mengikuti bimbingan belajar di lembaga bimbel tiga kali sehari rata-rata 1,5 jam. Bahkan sebulan sebelum Unas ia mengambil program bimbel intensif setiap hari rata-rata 1,5 jam. Ia juga aktif mengikuti program-program try-out, memiliki cukup banyak memiliki koleksi buku-buku pelajaran tambahan di luar yang digunakan di sekolah, dan memiliki koleksi soal-soal Unas sangat lengkap.
Dalam kasus yang lain seorang anak SD yang memiliki IQ tinggi sejak kelas IV–V gagal mendapatkan ranking di kelasnya. Padahal sebelumnya ia selalu mendapatkan ranking minimal 3 besar. Ini tejadi sejak kedua orangtuanya sibuk bekerja sampai malam sehingga tak bisa mengawasi dan menemani anaknya belajar. Sejak itu sang anak mulai sering membolos dan keluyuran dengan kelompok anak nakal.
Banyak juga siswa yang berminat melanjutkan jenjang studi ke perguruan tinggi tapi tak kesampaian karena orangtua tidak mampu membiayainya. Namun seorang siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk meraih masa depan akhirnya berhasil membiayai sendiri kuliahnya di perguruan tinggi dengan cara bekerja.
Lalu ada lagi seorang siswa yang bercita-cita menjadi insinyur terpaksa membatalkan keinginannya masuk ke jurusan teknik mesin karena nilai-nilai pelajaran eksaktanya kurang. Selain itu menurut hasil psikotes ia tidak cocok dengan bidang itu. Ia terpaksa memilih masuk ke fakultas hukum.
Seorang siswa tak bisa lolos ke SMU Negeri yang diinginkannya karena nilai Unasnya pas-pasan. Ini karena selama menempuh pendidikan di SMP, ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk menonton televisi, dan main game, serta sering pergi keluar rumah dengan teman-temannya untuk bersenang-senang. Hanya sedikit waktu yang bisa ia sediakan untuk belajar.
Kasus yang sering terjadi banyak siswa yang prestasinya buruk karena guru yang kurang tegas, tidak disiplin, dan cara mengajarnya kurang menarik. Dengan performa guru seperti ini, murid-muridnya sibuk bicara dan bercanda dengan teman-temannya, baca komik, tidur di kelas, melamun sendiri, bermain HP, malas mengerjakan PR, dan tidak aktif mengajukan pertanyaan, saat guru memberikan pelajaran
Proses belajar menjadi sia-sia karena sebagian besar bahan pelajaran yang disampaikan guru tidak dapat dicerna dengan baik oleh para siswa. Ini berbeda misalnya kalau guru mengajar dengan cara yang menarik, bersikap tegas kepada siswa yang tidak fokus pada pelajaran maupun yang tidak mengerjakan PR, dan selalu keliling dari bangku ke bangku sehingga murid merasa diawasi.
Ada juga siswa yang gagal melanjutkan studi dan secara otomatis gagal meraih prestasi karena sakit yang mengharuskan ia tak bisa beranjak dari pembaringan. Berawal dari cedera kaki usai berrmain sepak bola dengan teman-temannya, seorang siswa SMK jadi mengalami gangguan berjalan. Karena tak segera diobati, cederanya bertambah parah dan akhirnya ia tak bisa berjalan. Ia sehari-harinya hanya bisa berbaring dan tidak dapat masuk sekolah.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
- Faktor fisiologis
Faktor ini berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam: Pertama, kesehatan tubuh. Kehatan seseorang pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajarnya. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena kondisi kesehatan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka diperlukan usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara lain adalah:
- Menjaga pola makan yang sehat dengan memperhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh. Kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
- Rajin berolahraga agar tubuh selalu bugar dan sehat
- Istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, kondisi pancaindra. Selama proses belajar berlangsung, pancaindra sangat memengaruhi hasil belajar. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
- Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang dapat mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut:
- Kecerdasan/inteligensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang paling penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan sebagai faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa sangat menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluangnya untuk meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensinya, semakin sulit baginya dalam mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, siswa perlu mendapatkan pemahaman tentang kecerdasan ini agar ia bisa menentukan sekolah dan jurusan yang kelak akan dipilih secara tepat.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Melalui jasa psikolog, dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata rata, atau mungkin lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan siswa merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajarnya. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan ini perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat menyesuaikan cara mengajarnya dengan kemampuan siswanya.
- Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
- Motivasi intrinsik
adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya sekedar kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan, tapi telah menjadi kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik). Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:
- Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas;
- Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
- Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat pengakuan dari orang-orang yang ada di sekitarnya seperti orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
- Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
- Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, yang diberikan oleh guru, orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif dapat membuat semangat belajar seseorang menjadi lemah.
- Minat
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, bisa memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan kurang bersemangat atau bahkan tidak mau belajar sama sekali. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
- Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan- tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.
Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diasuhnya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi para siswa.
- Bakat
Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang yang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri. –drs