Surabayastory.com –
Tetapi pikiran saya
terus melayang
melayang satu soal
soal wanita
Kemerdekaan!
Bilakah Sarinah-Sarinah mendapat kemerdekaan
Tetapi, ya, kemerdekaan yang bagaimana?
Kemerdekaan seperti yang dikehendaki
oleh pergerakan feminisme-kah
yang hendak menyamaratakan
perempuan dalam segala hal dengan laki-laki
Kemerdekaan ala Karini?
Kemerdekaan ala Khalidah Hanum?
Kemerdekaan ala Kollontay?
Oleh karena soal perempuan
adalah soal masyarakat
maka soal perempuan
adalah sama tuanya dengan masyarakat
soal perempuan adalah
sama tuanya dengan kemanusiaan
atau lebih tegas:
soal laki-laki dan perempuan
adalah sama tuanya
dengan kemanusiaan
Sejak manusia hidup
di dalam gua-gua dan rimba-rimba
dan belum mengenal rumah
sejak “zaman Adam dan Hawa”
kemanusiaan itu pincang
terganggu oleh soal ini
Manusia zaman sekarang
mengenal “soal perempuan”
Manusia zaman purbakala
mengenal “soal laki-laki”
Sekarang kaum perempuan duduk di tingkatan bawah
di zaman purbakala kaum laki-laki duduk di tingkatan bawah
Sekarang kaum laki-laki berkuasa
di zaman purbakala kaum perempuanlah yang berkuasa
Kemanusiaan,
di atas lapangan soal laki-laki perempuan
selalu pincang
dan kemanusiaan akan terus pincang
selama saf yang satu menindas saf yang lain
Harmoni hanya dapat dicapai
kalau tidak ada saf satu di atas saf yang lain
tetapi dua “saf” itu sama derajat
– berjajar – yang satu di sebelah yang lain
yang satu memperkuat kedudukan yang lain
Tetapi masing-masing menurut kodratnya sendiri
sebab siapa melanggar kodrat alam ini
ia akhirnya niscaya digilas remuk redam
oleh alam itu sendiri
Alam benar adalah “sabar”
alam benar tampak diam
tetapi ia tak dapat diperkosa
ia tak mau diperkosa
ia tak mau ditundukkan
ia menurut kata Vivekananda adalah “berkepala batu”
Keterangan:
– Kollontay : seorang tokoh pergerakan wanita di Rusia, pada permulaan revolusi 1917
– Vivekananda : seorang pejuang kemerdekaan India sebelum masa Mahatma Gandhi
=======================================
—Materi dinukil dari Soekarno: Sarinah