Puncak curah hujan tinggi pada Januari dan Februari. Ayo siap-siap.
Surabayastory.com – Memasuki bulan Desember ini, Surabaya setiap hari diliputi mendung. Langit menjadi putih-abu-abu. Sejak pagi, dan mungkin hingga dini hari. Kadang, di siang hari mentari bersinar sebentar, lalu pulang lagi ke haribaannya.
Awal musim hujan di Kota Surabaya sudah terjadi November lalu. Potensi hujan cenderung terjadi pada sore atau malam hari. Namun, meski sudah musim hujan, namun bukan berarti suhu udara menurun drastis. Udara Surabaya masih terasa sumuk (gerah) karena suhu masih 34-35 derajat Celsius dan angin bertiup kecil sekali.
Hal yang ditunggu saat musim hujan tiba adalah puncak musim hujan. Di titik kulminasi ini, kesiapan kota dan warganya akan diuji. Jika merunut data dalam 10 tahun ke terakhir, puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari. Di tahun 2018, puncak hujan Surabaya dan daerah sekitarnya (Sidoarjo dan Gresik) juga terjadi Januari-Februari mendatang.
Waspada Banjir, Pohon Tumbang, Longsor
Dengan datangnya musim hujan, bagian utama yang mendapat perhatian di sebuah kota adalah munculnya beberapa risiko. Kewaspadaan lain yang harus disiapkan, yang paling besar dan paling sering terjadi adalah risiko banjir. Beberapa titik yang rawan terjadi banjir adalah Jl Mayjen Sungkono, Jl Prof dr Moestopo (depan SMAN 4), sekitaran viadukKertajawa, Jl Darmawangsa, Jl Embong Malang dan Jl Kedungdoro.
Dari pantauan awal sejak turun hujan November 2018, semua titik rawan ini masih sangat aman. Pemerintah Kota Surabaya sudah sejak lama mengantisipasi hal ini. Pompa-pompa pengendali banjir disiapkan dan ditambah, saluran dan drainase dikeruk, beberapa saluran air baru dibuat untuk memperlancar jalannya air menuju Kali Mas yang nantinya berhilir di laut.
Taman-taman kota serta perluasan ruang terbuka hijau (RTH) di Surabaya juga mendorong bertambahnya penyerapan air ke dalam tanah. Air tak lagi meluber ke jalan ketika selokan tak mampu lagi mendukung. Program-program kebersihan kampung dan lingkungan turut memberi sumbangsih terkendalinya aliran air hujan.
Pembuatan lubang resapan biopori di banyak tempat di taman-taman kota, terbukti juga punya manfaat untuk mengantisipasi banjir di Surabaya. Juga lubang-lubang biopori yang dibuat di kampung-kampung menjadikan tidak ada genangan sisa air hujan. Dengan taka da lagi genangan, maka lingkungan menjadi lebih sehat, karena saat musim hujan dan banjir, biasanya banyak penyakit seperti leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri dari tikus menjalar ke mana-mana mengikuti genangan air. Dengan terkendalinya banjir maka terlihat upaya nyata meningkatkan kualitas lingkungan hidup masyarakat dalam lingkungan tersebut.
Potensi Surabaya diguyur hujan deras di sore hari juga akan diikuti dengan angin kencang. Masyarakat perlu waspada, terutama saat di sekitar bangunan semi permanen, di bawah pohon tua, atau di bawah baliho.
Saat puncak musim hujan curah hujan akan mengalami peningkatan. Meningkat signifikan dari sebelumnya. Untuk wilayah Surabaya dan Sidoarjo hujan bisa terjadi setiap hari. Bisa mulai pagi, siang, sore, dan malam.
Risiko lain yang dikendalikan adalah melakukan identifikasi dan pemotongan pada pohon-pohon tua. Di beberapa wilayah, termasuk di jalan-jalan utama Surabaya, pemangkasan dahan serta ranting-ranting yang punya risiko akibat angin kencang dan hujan juga sudah dilakukan. Jika melihat perkembangan yang ada, dua risiko yang kerap terjadi di kota ini sudah dapat diantisipasi dengan baik.
Sejumlah lokasi sudah mulai terkena imbas dari intensitas hujan yang cukup tinggi di awal musim ini. Salah satunya adalah ambrolnya plengsengan di bibir Kali Mas yang ada di sisi Jl Karet, di seberang Gang Bibis III, Kelurahan Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya. Bangunan turap penyangga itu mabrol cukup panjang, sekitar 30 meter.
Akibat yang ditimbulkan tiang listrik tertarik masuk sungai. Akhirnya tiang penyangga gardu, tiang travo dan kabel, terpaksa di bongkar untuk menghindari putusnya kabel listrik. Mengingat kondisinya yang rawan karena berhubungan dengan arus listrik, maka arus lalu lintas yang berjalan kea rah itu sementara dialihkan. Arus lalu lintas dari Jalan Kebon Rojo menuju Jalan Karet terpaksa ditahan, kendaraan roda 4 atau lebih diarahkan lurus ke Jalan Stasiun Kota (Pasar Atom).
Koordinasi Masyarakat
Meskipun risiko banjir di Surabaya sudah mampu dikendalikan, kemungkinan masih ada beberapa lokasi yang rawan genangan air. Karena itu masyarakat diharapkan turut menjaga lingkungan dengan memantau situasi di sekitar tempat tinggalnya, terutama kebersihan, aliran air di selokan dan sungai.
Banjir yang terjadi sebagian besar dikarenakan intensitas hujan yang tinggi, sementara di saluran air banyak sampah yang menumpuk dan menghambat jalannya air. Peran serta masyarakat menjadi penting agar Surabaya benar-benar bias bebas banjir di puncak musim hujan dua bulan mendatang. –sa