Apa yang membuat ulama Islam dan penyair sufi Turki, Maulana Jalaluddin Rumi punya kelas yang berbeda dibanding penyair lainnya di dunia ini?
Surabayastory.com – Memahami Jalaluddin Rumi memang perlu waktu dan energi khusus. Rumi memang berbeda. Dia berada dalam suatu ruang dan frekuensi yang sama sekali tak sama dengan para penyair lainnya. Rumi adalah penyair yang juga sufi, seorang sufi yang juga penyair.
Ruang tersendiri itu terbentuk salah satu sebabnya mungkin karena pendekatan rasionalnya dalam menjalani kesufiannya. Namun ia tetap mengimbangi rasionalisme itu dengan pandangan mata batin dan intuisi sebagai ciri khas kalangan sufi. Hal ini bisa kita simak dalam syair-syair yang ia tulis dalam karya-karyanya yang sudah mendunia. Selain itu Rumi tidak mengasingkan diri seperti yang dilakukan para sufi lainnya, melainkan terjun dan menyatu dengan masyarakat.
Nama langkapnya adalah Muhammad bin Muhammad bin Hosein Hoseini Khatibi Bakri Balkhi (Jalaluddin Muhammad Balkhi). Kemudian dalam perjalanan waktu dikenal sebagai Mowlana, Molavi, dan Jalaluddin Rumi. Bahasa utamanya adalah bahasa Persia. Ayah Molavi adalah Muhammad bin Hosein Khatibi (dikenal sebagai Baha Al-Din-e Valad). Ia adalah salah satu penyair Persia (sekarang wilayah tersebut bernama Iran) yang paling terkenal.
Jalaluddin Rumi dikenal juga sebagai pemimpin tarekat yang memiliki banyak murid di Turki. Dan muridnya itu tidak hanya datang dari kalangan muslim tapi juga dari kelompok lain.
Sebagai seorang pengajar sufi, Rumi meminta murid-muridnya tidak hanya sibuk mengolah batin untuk mencari kebenaran Tuhan saja. Tapi mereka harus tetap terlibat dalam kerja produktif untuk mencapai kesempurnaan sebagai manusia.
Sejak menjadi sufí, Rumi memang telah mengalami perubahan pandangan keagamaan yang besar sekali. Ia berubah bersikap netral dan merangkul semua agama, dan pandangannya menjadi universal, sebagaimana tercermin dari puisi-pusinya. Rumi mengedepankan humanisme.
Tak heran bila karya-karyanya tidak hanya disukai di dunia Islam tapi juga digemari negara-negara Barat.
Rumi memulai perjalanannya menjadi seorang guru dan penceramah agama Islam, hingga ia berkenalan dengan sufi pengembara Shams Tabrizi. Dia menjelaskan Tuhan, cinta, dan rasionalitas kepada Rumi dengan cara yang sama sekali berbeda. Pertemuan dengan teman baru ini telah menjungkirbalikan pandangannya, sehingga ia memutuskan menjadi seorang sufi dan menjadi penyair. Pengaruh sahabatnya itu besar sekali pada karya-karyanya. Dan tentu saja mengubah peta jalan hidupnya.
Syair Sejak Kecil
Sejak kecil kemampuan menulis syair Jalaluddin Rumi sebenarnya sudah tampak menonjol. Tak heran bila penyair sufi, Fariduddin Athar ketika bertemu dengan Rumi kecil bersama keluarganya di Nishapur berkomentar, “Anakmu tidak lama lagi akan menjadi api yang membakar para pecinta Allah di seluruh dunia.”
Gurunya, Burhanuddin juga melihat bakat besar pada diri Rumi. Ketika hendak mengakhiri pelajaran, sang guru berkata pada muridnya, “Anakku, sekarang engkau sudah selesai. Dalam cabang-cabang ilmu itu tak ada orang yang akan dapat menyamaimu. Engkau telah menjadi singa ilmu. Saya sendiri singa dan kita berdua tidak diperlukan di sini, itulah sebabnya saya akan pergi.”
Rumi telah mewarisi bakat ayahnya yang ditunjuk Raja Konya Alauddin Kaiqubad untuk menjadi pengajar di sekolah agama di ibukota negara sekaligus sebagai penasihat raja karena keahliannya dalam bidang teologi. Sang ayah ternyata juga seorang sufi.
Berkat posisi terhormat ayahnya, Rumi bisa belajar berbagai ilmu: tata bahasa dan sastra Arab, sejarah, logika, matematika, astronomi, filsafat dan tasawuf. Dan bakatnya pun menjadi kian terasah.
Ramalan Athar dan Burhanuddin kemudian terbukti. Karya-karya puisi Rumi digemari di seluruh dunia hingga sekarang. Bahkan di Amerika Serikat bukunya menjadi buku puisi yang paling laris.
Jalaluddin Rumi adalah sang pujangga dari tanah Persia. Selain penyair dia juga tokoh sufi yang berpengaruh di zamannya. Terkenal dengan liriknya dan epik, yang secara luas mempengaruhi pemikiran mistik dan sastra di seluruh dunia muslim. Rumi, ia mengekspresikannya tulisannya dalam bahasa cinta yang syarat makna. Sajak, puisi, syair, dengan pendekatan cinta dan humanisme.
Karya-karya Rumi
Karya-karya Rumi dapat dibagi menjadi dua kategori: puisi dan prosa.
Karya Puisi
- Masnavi: Ini adalah buku didaktik tentang mistisisme, prinsip tasawuf, moral, dan pendidikan. Memang, Rumi berhutang ketenarannya pada buku ini. Orang-orang melantunkan Masnavi di pesta dansa sejak awal. Bahkan muncul beberapa orang yang disebut “Pembaca Masnavi,” yang membaca buku itu dengan atraktif.
- Lirik: Bagian dari tulisan Jalaluddin Rumi ini dikenal sebagai Divane Shams. Alasannya adalah: Rumi menyebut nama Syams-e Tabriz-i di akhir sebagian besar puisinya. Kumpulan puisi Rumi sekitar 2500 lirik.
- Rubaiyat: Kita bisa mengamati tema mistik dan metafisik dalam koleksi ini. Mereka sepenuhnya cocok dengan metode berpikir Rumi, tetapi Rubaiyat secara keseluruhan tidak sebanding dengan Masnavi dan Lirik.
Karya Prosa
- Fih Ma Fihi: Buku ini adalah kumpulan laporan Rumi yang diucapkan dalam khotbahnya. Buku ini memiliki banyak kemiripan dengan Masnavi, tetapi lebih jelas dan lebih mudah dipahami.
- Makatib: Buku ini dalam bentuk prosa; itu adalah kumpulan surat-surat Rumiuntuk orang-orang se-zamannya.
- Majalese Sab’e: Buku itu adalah kumpulan khotbah Rumi.
Pernikahan Jalaluddin Rumi
Jalaluddin Muhammad menikah dengan Gowhar Khatoun, putri Khaje Lalaye Samarqandi. Hasil pernikahan itu adalah tiga putra dan satu putri. Setelah kematian ayahnya, Rumi mulai membimbing banyak orang dan mengabdikan hidupnya untuk tugas itu.
Kematian Rumi
Jalaluddin Rumi akhirnya beristirahat dengan damai pada 672 H. Dia meninggal karena penyakit yang tidak dapat disembuhkan oleh dokter.
Karya-karya Rumi adalah ekspresi pengalaman mistis yang paling manusiawi, di mana pembaca dapat menemukan ide dan perasaan favorit mereka sendiri, dari penjelajahan menuju surga hingga deskripsi kehidupan sehari-hari yang sebenarnya. Kisah hidup dan karya-karya Jalaluddin Rumi ini bisa menjadi sumber inspirasi dan pencerahan bagi kita semua untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. –sa