Indonesia sedang demam kopi saat ini. Tahukah Anda, jika kopi awalnya bukanlah minuman orang-orang kaya?
Surabayastory.com – Inilah kisah biji hitam yang menyemburkan semerbak aroma yang membius masyarakat dunia. Kini di Indonesia, hampir di semua tempat senggang, selalu dipenuhi oleh kopi. Dari pembicaraan, topik bahasan, seminar, workshop, perdebatan selera, hingga alasan untuk mencintai. Toko, kedai, warung, coffee shop, giras tersedia di berbagai tempat dan kelas. Mengisi ruang hoel berbintang, mal-mal mewah, swalayan kelas menengan, depan kasir minimarket, perempatan jalan yang panas dan berdebu, hingga lorong-lorong kampung yang sulit dipakai jalan berpapasan. Kopi telah banyak mengubah sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia.
Dari manakah kopi itu sebenarnya? Dikisahkan, di abad ke-11, seorang penggembala kambing di Ethiopia suatu pagi menemukan kambing-kambingnya bergerak lebih lincah dan energik dari biasanya di dekat pohon yang berbuah merah. Tingkah laku mereka yang tak biasa menimbulkan rasa penasaran di hati si penggembala. Tertarik, ia menyantap buah-buah kecil yang sekarang dikenal dengan nama kopi. Segera saja tubuhnya merasa lebih segar.
Tak lama, seorang sufi asal Yaman, Shaikh ash-Shadhili yang sedang berkeliling Ethiopia, kebetulan lewat. Melihat efek yang ditimbulkan dari buah-buah tersebut, ia lalu mengeksplorasi, mulai dari merebus hingga memanggangnya. Hasilnya, terciptalah minuman kopi yang menjadi obat penghilang kantuk sebelum sembahyang dan menjadi minuman favorit di masjid-masjid hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Kopi ternyata tidak begitu saja menjadi salah satu minuman favorit dunia yang digemari. Awalnya di Italia, melarang minum kopi dan menyatakan bahwa minuman kopi tersebut dimasukkan untuk menggantikan anggur. Bukan hanya melarang tetapi juga menghukum orang-orang yang minum kopi. Tidak hanya di Italia, di tahun 1656, Wazir dan Kofri, Kerajaan Usmaniyah, mengeluarkan larangan untuk membuka kedai-kedai kopi. Bukan hanya melarang kopi, tetapi menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk pada pelanggaran pertama.
Di Swedia, konon Raja Gustaff II pernah menjatuhkan hukuman terhadap dua orang saudara kembar. Yang satu hanya diizinkan meminum kopi dan yang satu lagi diizinkan hanya nyeruput teh. Siapa yang terlebih dahulu mati, maka dialah yang bersalah dalam satu tindak pidana yang dituduhkan terhadap mereka. Ternyata yang mati duluan adalah peminum teh pada usia 83 tahun. Gara-gara itulah, masyarakat Swedia menjadi sangat tergila-gila dengan kopi, bahkan paling fanatik di dunia. Sehingga sampai sekarang negara-negara Skandinavia kini peminum kopi tertinggi per kapita di dunia. Setiap orang bisa menghabiskan 12 kg lebih per tahun.
Banyak Sisi tentang Kopi
Beberapa penelitian ilmiah membuktikan, kalau minum kopi bermanfaat untuk kesehatan. Seperti yang dilakukan tim dari University of Houston, Texas. Penelitian yang dilakukan pada warga Irlandia yang suka minum kopi dengan ditambah whisky dapat menurunkan hingga 80% risiko serangan stroke. Kopi juga dapat menyembuhkan sakit kepala akibat ketegangan, seperti yang diungkap Dr. Seymour Diamond dari Diamond Headache Clinic, AS. Pakar lain berpendapat kandungan kafein Kopi dipercaya mampu meningkatkan libido seksual pria. Senyawa kafein bisa menghilangkan rasa lelah, kantuk, dan meningkatkan kewaspadaan saraf motorik.
Selain beragam manfaat tersebut, kopi juga memunyai sisi buruk terutama bagi para wanita. Laporan hasil penelitian rumah sakit Christchurch, Selandia baru mengungkap, sebagian besar wanita pecandu kopi akan melahirkan bayi yang sulit bernafas saat dilahirkan. Sedangkan penelitian Sven Cnattingius dari Karolinska Institute, Swedia, mengungkap; wanita yang mengonsumsi 100 mg kafein/hari akan lebih mudah mengalami keguguran. Pakar kesehatan juga berpendapat kalau minum kopi lebih dari 6 cangkir sehari dapat meningkatkan kadar LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida penyebab stroke.
Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu negara penghasil kopi terbaik di dunia, baik jenis Arabika maupun Robusta. Sayang, kualitas premium kopi asli Indonesia malah jarang bisa dinikmati karena kebanyakan langsung diekspor ke beberapa negara. Masyarakat Indonesia, hanya bisa menikmati kopi dengan kualitas kedua ataupun ketiga.
Tak banyak yang tahu kalau Indonesia memunyai kopi Arabika yang setara dengan Jamaica Blue Mountain Coffee, salah satu jenis kopi terbaik dan termahal di dunia. Jauh di ujung timur Indonesia, Wamena, Papua, di ketinggian 1600 meter di atas laut, terdapat kebun-kebun kopi milik penduduk asli Papua.
Biji kopi di Wamena itu sama kualitasnya dengan biji kopi dari Jamaica. Pada zaman kolonial, ada orang Belanda yang membawa biji kopi dari Blue Mountain dan ditanam di Papua. Dengan kontur tanah dan cuaca yang mirip, kopi ini bisa dan memiliki kualitas mirip dengan aslinya.
Jamaica Blue Mountain Coffee adalah kopi Arabika yang ditanam di daerah Blue Mountain di Jamaica. Kondisi pegunungan yang sejuk, berkabut dan tanahnya yang subur di ketinggian 1700 meter di atas laut menjadikan Blue Mountain sebagai tempat yang ideal untuk menghasilkan kopi kualitas premium.
Diantara kopi Arabika lainnya, kopi ini mengandung kafein paling sedikit, lembut, tidak terlalu pahit, kandungan rasa asam yang pas. Jadi, Indonesia patut berbangga karena mewarisi benih-benih kopi kualitas terbaik di dunia.
Kopi sendiri telah dikenal sejak abad ke-9 di dataran tinggi Ethiopia yang kemudian menyebar ke Mesir dan Yaman. Kopi mulai tersebar lebih luas pada abad ke-15 antara lain ke Persia, Mesir, Turki, hingga Afrika Selatan. Minuman ini mulai populer di Eropa pada abad ke-17 berkat orang-orang Belanda yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar ke Eropa. Bangsa Belanda inilah yang menanam banyak bibit tanaman kopi di Jawa, Indonesia.
Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Ethiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu empedu, dan berbagai penyakit jantung (kardiovaskuler).
Secara umum, terdapat dua jenis biji kopi, yaitu arabika(kualitas terbaik) dan robusta. Kafein dalam jumlah yang tinggi terdapat di dalam kopi, terutama jenis Robusta yang kadar kafeinnya dua kali lipat Arabika. Kafein sebagai stimulansia bermanfaat untuk menghilangkan kantuk, meningkatkan kewaspadaan, mengurangi sakit kepala karena pelebaran pembuluh darah atau yang dikenal dengan migrain, serta memberi rasa segar dan nyaman.
Dalam tubuh, kafein melewati saluran pencernaan dan diserap hampir 100% oleh darah. Puncak konsentrasi kafein dalam darah terjadi sekitar 15-20 menit setelah kopi diminum. Efek utama dari kafein adalah stimulansia dan ergogenik. Sebagai stimulansia, kafein mengurangi rasa mengantuk. Karena kafein menutup kerja adenosin yang membuat sel otak aktif dan pembuluh darah tidak melebar.
Efek ergogenik di dalam kafein bermanfaat untuk menurunkan rasa lelah otot, meningkatkan kontraksi otot karena efektivitas pertukaran ion kalsium dan meningkatkan penggunaan asam lemak bebas sebagai sumber energi. Sekitar 3-5 mg/kg yang masuk ke tubuh sebelum olahraga terbukti meningkatkan stamina.
Selain itu, kafein juga meningkatkan produksi adrenalin, yakni suatu hormon yang memengaruhi aktivitas seseorang. Peningkatan hormon ini otomatis meningkatkan tekanan darah dan melebarkan saluran pernapasan, serta menghilangkan nafsu makan. Berkat kafein pula, produksi dopamin di otak meningkat. Dopamin berfungsi sebagai neurotransmiter pengontrol emosi. Dalam jumlah besar, dopamin mampu memberikan rasa nyaman dan senang.
Manfaat kopi tersebut lebih berguna bagi orang-orang yang berkaitan dengan ilmu sosial, terutama untuk menghapal. Sebaliknya tidak terlalu dibutuhkan bagi mereka yang pekerjaannya memerlukan ketelitian, kerapian, dan ketepatan menghitung, seperti matematika, menggambar atau melukis.
Bermula di Afrika
Era penemuan biji kopi dimulai sekitar tahun 800 SM. Pada saat itu, banyak orang di Benua Afrika, terutama bangsa Ethiopia, yang mengonsumsi biji kopi yang dicampurkan dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi. Penemuan kopi sendiri terjadi secara tidak sengaja ketika penggembala bernama Khalid mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga bahkan setelah matahari terbenam setelah memakan sejenis beri-berian. Ia pun mencoba memasak dan memakannya. Kebiasaan ini kemudian terus berkembang dan menyebar ke berbagai negara di Afrika, namun metode penyajiannya masih menggunakan metode konvensional. Barulah beberapa ratus tahun kemudian, biji kopi ini dibawa melewati Laut Merah dan tiba di Arab dengan metode penyajian yang lebih maju.
Kopi di Arab
Bangsa Arab yang memiliki peradaban yang lebih maju daripada bangsa Afrika saat itu, tidak hanya memasak biji kopi, tetapi juga direbus untuk diambil sarinya. Pada abad ke-13, umat kopi banyak dikonsumsi agar tubuh tetap terjaga. Kepopuleran kopi pun turut meningkat seiring dengan penyebaran ke daerah Afrika Utara, Mediterania, dan India.
Pada masa ini, belum ada budidaya tanaman kopi di luar daerah Arab karena bangsa Arab selalu mengekspor biji kopi yang infertil (tidak subur) dengan cara memasak dan mengeringkannya terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan budidaya tanaman kopi tidak memungkinkan. Barulah pada tahun 1600-an, seorang peziarah India bernama Baba Budan berhasil membawa biji kopi fertil keluar dan menumbuhkannya di berbagai daerah di luar Arab.
Kopi Mencapai Pasar Eropa
Biji kopi dibawa masuk pertama kali ke Eropa secara resmi pada tahun 1615 oleh seorang saudagar Venesia. Ia mendapatkan pasokan biji kopi dari orang Turki, namun jumlah ini tidaklah mencukupi kebutuhan pasar. Oleh karena itu, bangsa Eropa mulai membudidayakannya. Bangsa Belanda adalah salah satu negara Eropa pertama yang berhasil membudidayakannya pada tahun 1616. Kemudian pada tahun 1690, biji kopi dibawa ke Pulau Jawa untuk dikultivasi secara besar-besaran. Pada saat itu, Indonesia masih merupakan negara jajahan Kolonial Belanda.
Pada sekitar tahun 1714-an, Raja Perancis Louis XIV menerima sumbangan pohon kopi dari bangsa Belanda sebagai pelengkap koleksinya di Kebun Botani Royal Paris, Jarden des Plantes. Pada saat yang sama, seorang angkatan laut bernama Gabriel Mathieu di Clieu ingin membawa sebagian dari pohon tersebut untuk dibawa ke Martinique. Akan tetapi, hal tersebut ditolak oleh Louis XIV dan sebagai balasannya, ia memimpin sejumlah pasukan untuk menyelinap masuk ke dalam Jardin des Plantes untuk mencuri tanaman kopi.
Keberhasilan Gabriel Mathieu di Clieu membawa tanaman kopi ke Martinik merupakan suatu pencapaian yang sangat besar. Hal ini dikarenakan budidaya tanaman kopi di sana cukup baik. Hanya dalam kurun waktu 50 tahun, telah terdapat kurang lebih 18 juta pohon kopi dengan varietas yang beragam. Progeni inilah yang menjadi salah satu sumber dari kekayaan jenis kopi di dunia.
Bunga Kopi Untuk Brazil
Pada tahun 1727, pemerintah Brazil berinisiatif untuk menurunkan harga pasaran kopi di daerahnya, karena pada saat itu kopi masih dijual dengan harga tinggi dan hanya bisa dinikmati oleh kalangan elit. Oleh karena itu, pemerintah Brazil mengirimkan agen khusus, Letnan Kolonel Francisco de Melo Palheta, untuk menyelinap masuk ke Perancis dan membawa pulang beberapa bibit kopi. Perkebunan kopi di Perancis memiliki penjagaan yang sangat ketat sehingga hal tersebut tidak memungkinkan. Palheta pun mencari jalan lain dengan cara mendekati istri gubernur. Sebagai hasil kerja kerasnya, ia membawa pulang sebuah buket berisi banyak bunga kopi yang diberikan oleh istri gubernur seusai jamuan makan malam. Dari pucuk-pucuk inilah bangsa Brazil berhasil membudidayakan kopi dalam skala yang sangat besar sehingga bisa dikonsumsi oleh semua orang.
Kopi yang telah mendunia sejak berabad lamanya tetap menjadi pilihan dan gaya hidup masa kini. Nusantara membuktikan diri telah mencatatkan namanya menjadi bagian dari peradaban dunia yang maju sejak dulu kala. –sa, dari berbagai sumber