Surabayastory.com –
Kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan
ada yang berani kawin, lekas berani kawin
ada yang takut kawin. Ada yang berkata:
Ah, saya belum berani kawin
tunggu dulu gaji 500 Gulden
Kalau saya sudah mempunyai rumah gedung
sudah ada permadani
sudah ada lampu listrik,
sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul,
sudah mempunyai sendok-garpu perak satu kaset,
sudah mempunyai ini dan itu,
bahkan sudah mempunyai kinder-uitzet
barulah saya berani kawin
Ada orang lain yang berkata:
Saya sudah berani kawin
kalau saya sudah mempunyai satu meja
kursi empat, “meja makan”
lantas satu zitje, lantas satu tempat tidur
Ada yang lebih berani dari itu
yaitu saudara-saudara Marhaen!
Kalau dia sudah mempunyai gubuk saja
dengan satu tikar
dengan satu periuk
dia kawin
Marhaen dengan satu tikar, satu gubuk: kawin
Lantas satu zitje, lantas satu tempat tidur: kawin
Sang nara yang mempunyai rumah gedung
Electrische kookplaat, tempat tidur,
uang bertimbun-timbun kawin
Belum tentu mana yang lebih gelukkig
belum tentu mana yang lebih bahagia
Sang ndara dengan tempat tidurnya yang mentul-mentul
atau Sarinem dengan Samiun yang mempunyai
satu tikar satu periuk, saudara-saudara!
Tekad hatinya yang perlu
tekad hatinya Samiun kawin
dengan satu tiker dan satu periuk
dan hati Sang nDara yang baru berani kawin
kalau sudah mempunyai gerozilver satu kaset
plus kinderuitzet – buta 3 tahun lamanya
=======================================
—Materi dinukil dari Soekarno: Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945