Semarang 29 Juli 1956
“Mereka mengerti bahwa kita – atau mereka– jikalau ingin menjadi satu bangsa yang besar, ingin menjadi bangsa yang mempunyai kehendak untuk bekerja, perlu pula mempunyai “imagination”,: “imagination” hebat, Saudara-saudara!!!”
Surabayastory.com – INILAH pidato spektakuler Presiden Soekarno di Semarang 29 Juli 1956. Dalam pidato penting ini Bung Karno menekankan bagaimana cara, supaya Indonesia menjadi bangsa yang berpikir besar, punya impian-impian dan fantasi besar, tidak kalah dari Amerika.
Bung Karno terus memberi semangan, harapan, dan bersama-sama mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia. Soekarno membangun imajinasi masyarakat Indonesia untuk bisa menjadi bangsa yang bermartabat di mata dunia.
Inilah Soekarno dengan kata-katanya. Selamat membaca.
*****
“Saudara-saudara,
Juga saya pernah ceritakan di negara-negara Barat itu hal artinya manusia, hal artinya massa, massa.
Bahwa dunia ini dihidupi oleh manusia. Bahwa manusia di dunia ini, Saudara-saudara, “basically” –pada dasar dan hakikatnya– adalah sama; tidak beda satu sama lain. Dan oleh karena itu manusia inilah yang harus diperhatikan. Bahwa massa inilah akhirnya penentu sejarah, “The Makers of History”. Bahwa massa inilah yang tak boleh diabaikan -dan bukan saja massa yang hidup di Amerika, atau Kanada, atau Italia, atau Jerman, atau Swiss, tetapi massa di seluruh dunia.
Sebagai tadi saya katakan: bahwa “World Prosperity”, “World Emancipation”, “World Peace”, yaitu kekayaan, kesejahteraan haruslah kekayaan dunia: bahwa emansipasi adalah harus emansipasi dunia; bahwa persaudaraan haruslah persaudaraan dunia; bahwa perdamaian haruslah perdamaian dunia; bahwa damai adalah harus perdamaian dunia, berdasarkan atas kekuatan massa ini.
Itu saya gambarkan, saya gambarkan dengan seterang-terangnya. Saya datang di Amerika,- terutama sekali di Amerika- Jerman dan lain-lain dengan membawa rombongan. Rombongan inipun selalu saya katakan: Lihat, lihat, lihat, lihat!! Aku yang diberi kewajiban dan tugas untuk begini: Lihat, lihat, lihat!! – Aku membuat pidato-pidato, aku membuat press-interview, aku memberi penerangan-penerangan; aku yang berbuat, “Ini lho, ini lho Indonesia, ini lho Asia, ini lho Afrika!!”
Saudara-saudara dan rombongan : Buka mata, Buka mata! Buka otak! Buka telinga.
Perhatikan, perhatikan keadaan! Perhatikan keadaan dan sedapat mungkin carilah pelajaran dari pada hal-hal ini semuanya, agar supaya saudara-saudara dapat mempergunakan itu dalam pekerjaan raksasa kita membangun Negara dan Tanah Air.
Apa yang mereka perhatikan, Saudara-saudara? Yang mereka harus perhatikan, bahwa di negara-negara itu –terutama sekali di Amerika Serikat– apa yang saya katakan tempo hari di sini ” Hollandsdenken ” tidak ada.
“Hollands denken” itu apa? Saya bertanya kepada seorang Amerika. Apa “Hollands denken” artinya, berpikir secara Belanda itu apa? Jawabnya tepat Saudara-saudara “That is thinking penny-wise, proud, and foolish”, katanya.
“Thinking penny-wise, proud and foolish”. Amerika, orang Amerika berkata ini, “Thinking penny-wise” artinja Hitung……..satu sen……..satu sen……..lha ini nanti bisa jadi dua kenapa `ndak?…….. satu sen……..satu sen……… “Thinking penny-wise”………”Proud” : congkak, congkak, “Foolish”: bodoh.
Oleh karena akhirnya merugikan dia punya diri sendirilah, kita itu, Saudara-saudara, 350 tahun dicekoki dengan “Hollands denken” itu. Saudara-saudara, kita 350 tahun ikut-ikut, lantas menjadi orang yang berpikir “penny-wise, proud and foolish”.
Yang tidak mempunyai “imagination”, tidak mempunyai konsepsi-konsepsi besar, tidak mempunyai keberanian – padahal yang kita lihat di negara-negara lain itu, saudara-saudara, bangsa bangsa yang mempunyai “imagination”, mempunyai fantasi-fantasi besar: mempunyai keberanian; mempunyai kesediaan menghadapi risiko; mempunyai dinamika.
Washington Monument, didirikan tahun 1884.
George Washington Monument misalnya,
tugu nasional Washington di Washington, Saudara-saudara: Masya Allah!!! Itu bukan bikinan tahun ini; dibikin sudah abad yang lalu, Saudara-saudara. Tingginya! Besarnya! Saja kagum arsiteknya yang mempunyai “imagination” itu, Saudara-saudara.
Bangsa yang tidak mempunyai “imagination” tidak bisa membikin Washington Monument. Bangsa yang tidak mempunyai “imagination”………ya, bikin tugu, ya “rongdepo”, Saudara-saudara. Tugu “rong depo” katanya sudah tinggi, sudah hebat.
“Penny-wise” tidak ada, Saudara-saudara. Mereka mengerti bahwa kita –atau mereka– jikalau ingin menjadi satu bangsa yang besar, ingin menjadi bangsa yang mempunyai kehendak untuk bekerja, perlu pula mempunyai “imagination”, “imagination” hebat, Saudara-saudara.
Perlu jembatan? Ya, bikin jembatan……tetapi jangan jembatan yang selalu tiap-tiap sepuluh meter dengan cagak, Saudara-saudara, Ya, umpamanya kita di sungai Musi…….Tiga hari yang lalu saja ini di tempatnya itu lho Gubernur Sumatera Selatan –Pak Winarno di Palembang–. Pak Winarno, hampir-hampir saja kata dengan sombong, menunjukkan kepada saya “Ini lho Pak! Jembatan ini sedang dibikin, jembatan yang melintasi Sungai Musi”– Saya diam saja – ”Sungai Ogan” – Saya diam saja, sebab saya hitung-hitung cagaknya itu. Lha wong bikin jembatan di Sungai Ogan saja kok cagak-cagakan !!
Kalau bangsa dengan “imagination” zonder cagak, Saudara-saudara !!
Tapi sini beton, tapi situ beton !! Satu jembatan, asal kapal besar bisa berlalu di bawah jembatan itu!! Dan saya melihat di San Fransisco misalnya, jembatan yang demikian itu; jembatan yang panjangnya empat kilometer, Saudara-saudara. yang hanya beberapa cagak saja.
Satu jembatan yang tinggi dari permukaan air hingga limapuluh meter; yang kapal yang terbesar bisa berlayar di bawah jembatan itu. Saya melihat di Annapolis, Saudara-saudara, satu jembatan yang lima kilometer lebih panjangnya, “imagination”, “imagination” “imagination”!!!Ciptaan besar!!!
Jembatan raksasa Golden Gate di San Francisco,sudah berdiri sejak tahun 1937.
Kita yang dahulu bisa menciptakan candi-candi besar seperti Borobudur, dan Prambanan, terbuat dari batu yang sampai sekarang belum hancur; kita telah menjadi satu bangsa yang kecil jiwanya, Saudara-saudara!! Satu bangsa yang sedang dicandra-cengkalakan di dalam candra-cengkala jatuhnya Majapahit, sirna ilang kertaning bumi!! Kertaning bumi hilang, sudah sirna sama sekali. Menjadi satu bangsa yang kecil, satu bangsa tugu “rong depa”.
Candi raksasa Borobudur di Indonesia, sudah berdiri sejak abad 9 Masehi!
Saja tidak berkata berkata bahwa Grand Canyon tidak cantik. Tapi saya berkata: Tiga danau di Flores lebih cantik daripada Grand Canyon. Kita ini, Saudara-saudara, bahan cukup bahan kecantikan, bahan kekayaan. Bahan kekayaan sebagai tadi saya katakan: “We have only scratched the surface”– Kita baru nggaruk di atasnya saja.
Kekayaan alamnya, Masya Allah subhanallahu wa ta’ala, kekayaan alam. Saya ditanya: ada besi di tanah-air Tuan? – Ada, sudah ketemu: belum digali. Ya, benar! Arang-batu ada, Nikel ada, Mangan ada, Uranium ada. Percayalah perkataan Pak Presiden. Kita mempunyai Uranium pula.
Kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara, berdasarkan atas “imagination”, jiwa besar, lepaskan kita ini dari hal itu, Saudara-saudara.
Gali! Bekerja! Gali! Bekerja! Dan kita adalah satu Tanah Air yang paling cantik di dunia.
Soekarno