Apa itu malu? Apa itu introvert? Bisakah malu dan introvert disembuhkan? Adakah tokoh pemalu dan introvert bisa sukses?

Surabayastory.com – Sebelum bicara lebih jauh, mari kita perkuat landasannya. Kita coba gali makna dasar dan terdalamnya. Kita mulai dengan lihat kamus. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, introvert adalah “orang yang lebih tertarik pada kehidupan mentalnya sendiri daripada dunia di sekitarnya.” Kamus lain menunjukkan, introversion adalah “mengarahkan kepentingan diri sendiri lebih besar daripada obyek eksternal.” Lawan katanya, extrovert, adalah “orang yang ketertarikannya lebih besar pada lingkungannya dan pada orang lain daripada pada dirinya sendiri.”
Karena ini kamus umum, maka banyak kelemahannya jika ditilik dari sisi kejiwaan anak. Definisi ini seperti Mengubah Malu jadi Berani membuat ‘watak introversi’ terdengar seperti hanya untuk orang yang berfikiran sempit. Padahal, banyak pemikir dunia yang disebut-sebut introvert: Charles Darwin, Thomas Carlyle, Isaac Newton, Michael Faraday, Paul Cezanne, Johann Heinrich Pestalozzi, Martin Luther hingga Albert Einstein. Dalam kenyataan, seorang extrovert bisa sangat self-centered dan orang introvert bisa juga altruistik (mementingkan orang lain). Itu semua bergantung pada individu masing-masing.
Introversi sering disama-samakan dengan pemalu, karena secara fisik memang mereka punya banyak kesamaan penampilan. Namun, secara kepribadian, mereka berbeda. Si introvert memang suka kesendirian dan sengaja menghindari situasi-situasi banyak orang misalnya dalam pesta. Sebaliknya, si pemalu sebenarnya ingin berada di antara orang namun ia memiliki keterbatasan internal sehingga tidak bisa bergaul. Itu karena rasa malunya lebih kuat daripada hasrat untuk bersosialisasi. Maka, si pemalu takut mendatangi suasana banyak orang –misalnya di pesta– sehingga akhirnya terpaksa memilih tinggal sendiri di rumah.
Introversion
Si introvert menikmati kondisi kesendirian, dan mungkin bisa berbahagia dengan dirinya apa adanya, tanpa merasa berhasrat membentuk hubungan baru dengan pihak lain. Sebaliknya, si pemalu sering kali sangat ingin berhubungan dengan orang lain namun takut melakukannya atau tidak tahu bagaimana melakukannya.
Tidak seperti introversion, rasanya shyness bukan pilihan cara untuk menjalani hidup. Tak seorang pun ingin hidup terkucil. Pendeknya, introversion terjadi saat orang secara sadar memilih untuk hidup sendiri dan shyness terjadi saat orang terpaksa hidup menyendiri.
Tentu, si introvert mungkin memiliki unsur-unsur yang dimiliki si pemalu, dan si pemalu mungkin juga memiliki unsur-unsur introversion. Namun, dalam bentuk yang paling murni, menjadi “shy” dan menjadi “introvert” adalah hal yang cukup berbeda. Mungkin saja seseorang menjadi introvert tapi tidak pemalu, yakni; menikmati kesendirian namun tidak terlalu bermasalah dalam membina interaksi dengan orang lain jika situasi menuntut demikian. Mungkin seseorang menjadi pemalu tanpa benar-benar menjadi introvert, yakni; lebih menikmati hubungan dengan orang lain daripada dengan diri sendiri, namun tidak benar-benar tahu bagaimana meraihnya.
Bahkan, pakar kejiwaan Dr Philip Zimbardo dari Shyness Institute di Palo Alto, California, mencatat sejumlah kasus extrovert pemalu, yakni; orang yang gampang bergaul dengan orang lain, bisa diterima orang lain, bahkan menjadi populer, namun di lubuk hatinya selalu ada rasa nervous. Meski tahu bagaimana bergaul, ia harus berjuang keras mengalahkan masalah internalnya itu. Orang-orang terkenal yang mengaku pemalu ini antara lain; Johnny Carson, John Travolta, Carol Burnett, Jimmy dan Rosalynn Carter, dan bahkan Elizabeth Taylor. –est