Nasihat terbaik untuk seseorang yang ingin sukses adalah mengenali diri sendiri, dan mengenali waktu.
Surabayastory.com – Rasa-rasanya kita tak memiliki cukup waktu dan cukup kekuatan untuk menangani semua itu dengan baik. Namun para ahli menunjukkan bahwa jika kita bisa mengelola waktu dengan baik, maka kita tidak akan kekurangan waktu dalam menyelesaikan tuntutan dan masalah yang ada di hadapan kita.
Dalam mengelola waktu hendaknya kita jangan sampai menjadi budak waktu tetapi jadilah pengendali waktu. Dalam bukunya How to Get Control of Your Time and Your Life, Alan Lakein, seorang konsultan manajemen waktu terkenal dari Amerika Serikat menjelaskan arti kata mengendalikan (control), yang menekankan pada makna “keseimbangan”. Artinya bahwa dalam mengendalikan waktu atau kehidupan, kita tidak boleh terlalu ketat ataupun terlalu longgar (neither too tight nor to loose).
Jadi jelasnya manajemen waktu yang baik adalah menggunakan waktu yang kita miliki secara seimbang antara bekerja/studi, istirahat, refreshing, menjalani hobi, dan bersosialisasi agar kita tetap sehat secara fisik maupun mental.
Perencanaan waktu seharusnya tidak menjadi gagasan abstrak tentang bagaimana “hidup di masa depan. Tentang waktu, banyak kebiasaan buruk yang bisa mengganggu focus masa depan Anda. Setiap orang memiliki kebiasaan buruk, namun bagaimana kita mengendalikannya dan mengubahnya.
Satu kebiasaan buruk yang kita miliki bisa memancing kebiasaan buruk yang lain dan itu akan berpengaruh pada evaluasi kinerja kita dan bahkan kemampuan kita mengerjakan sesuatu. Salah satu nasihat terbaik untuk seseorang yang ingin sukses adalah lebih mengenali diri sendiri dan kebiasaan mengenali waktu secara utuh.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tentang waktu yang bisa merusak karir, integritas, dan profesionalisme, diantaranya adalah:
Keterlambatan
Ada banyak sekali kebiasaan buruk yang sangat berisiko bagi kelangsungan karir maupun kinerja perusahaan secara keseluruhan. Sebagaimana dikutip dari forbes.com, di antara kebiasaan buruk itu adalah keterlambatan.
Sikap kita yang sering datang terlambat ke kantor atau saat kembali dari istirahat makan siang, mencerminkan karakter mementingkan diri sendiri dan ketidakpedulian. Untuk itulah, sebisa mungkin kita usahakan datang tepat waktu atau bahkan sedikit lebih awal untuk menunjukkan komitmen kita terhadap perjanjian kerja yang sudah disepakati. Pasalnya, disengaja atau tidak, keterlambatan tersebut akan mencitrakan kita sebagai orang yang mengabaikan kontrak kerja.
Selain membahayakan karir, jelas keterlambatan menjalankan pekerjaan bisa menyebabkan banyak kerugian pada perusahaan. Bagi mereka yang ingin perusahaannya tetap kompetitif dan sehat, janganlah memelihara budaya terlambat masuk kerja atau terlambat menyelesaikan tugas sesuai deadline.
Di masyarakat kita telah tumbuh apa yang disebut dengan budaya jam karet. Budaya jam karet seakan sudah mengakar dan menjadi kultur yang sudah sangat dekat dengan kehidupan di Indonesia.
Jam karet bisa muncul di kantor pelayanan pajak pemerintah di mana para pegawai baru duduk kembali di mejanya setelah istirahat siang pada pukul 13.15, padahal mestinya jam istirahat hanya sampai pukul 13.00 saja. Jam karet itu bisa juga muncul dalam acara seminar. Seminar yang rencananya dimulai jam 9 pagi, bisa molor sampai jam 10 kurang. Bisa jadi itu karena panitianya belum siap membuka acara, pembicara ada yang belum datang atau karena banyak peserta yang tidak datang tepat waktu. Semua itu bermuara pada satu hal: jam karet.
Memang susah sekali jika jam karet sudah jadi bagian dari masyarakat. Apapun yang sudah kita jadwalkan, pasti mundur pelaksanaannya. Ini membuat kita semua jadi sulit mengelola waktu. Kita butuh membuat jadwal semua kegiatan penting kita, tapi seringkali tidak dapat berjalan karena lingkungan kita akrab sekali dengan jam karet.
Orang-Orang yang Suka Menunda
Ya, suka menunda adalah penyebab utama dari budaya jam karet ini. Tak bisa dipungkiri, ada cukup banyak orang yang kerap menunda melakukan sesuatu. Misalnya menunda pertemuan. Tentu saja hal semacam ini akan mempengaruhi waktu orang lain. Dan jika waktu seseorang sudah terganggu maka dampaknya bisa meluas ke berbagai hal lain. Mau tak mau, keterlambatan akan sering terjadi.
Budaya yang Salah
Banyak orang yang merasa benar untuk mengikuti sebuah budaya yang salah. Tidak merencanakan waktu, dan menyepelekannya akan membuat waktu Anda cepat tergerus dengan sia-sia. Ketika masalah dating di saat waktu yang telah habis, berikutnya adalah budaya mencari pembenaran, dan mencari alasan.
Kebiasaan Memaklumi Keadaan
Di Indonesia bukanlah hal yang tabu untuk memaklumi sesuatu, misalnya seseorang terlambat ke kantor. Ketika ditanya oleh atasannya, ‘kenapa kamu terlambat?’, umumnya karyawan menjawab ‘Di jalan tadi macet pak..’.
Ya hal semacam ini tidaklah asing bagi kita semua. Akan selalu ada saja alasan agar kita dimaklumi. Kebiasaan memaklumi ini jika terlalu sering akan membuat kita permisif terhadap keterlambatan. Pemakluman yang terlalu sering akan mengakibatkan kita kurang tegas, dan kalau tidak tegas disiplin pun jadi susah untuk diterapkan.
Akan tetapi keterlambatan tidak selalu karena unsur kesengajaan. Seperti yang dipaparkan oleh Ira Hyman Ph.D. dalam artikel “Sorry I’m Late, Again” di psychologytoday.com. Ia mengaku selalu merasa optimis tentang berapa banyak pekerjaan yang bisa ia selesaikan. Baginya tenggat waktu tidak masalah. Ia punya prediksi optimis bahwa ia akan bisa menyelesaikan pekerjaan hari ini, minggu ini, deadline akademis, dan itulah yang benar-benar terjadi dalam hidupnya. Ia mengaku sebagai orang yang suka membawa pulang banyak pekerjaan di akhir pekan. Kebanyakan berupa paper mahasiswa yang harus ia periksa.
Hyman berpikir ia telah membuat estimasi yang memadai ketika hendak menyelesaikan proyek. Tapi ternyata kemudian ia menemukan banyak perkiraannya yang terlalu optimis dan bahwa ia butuh tiga kali lebih lama untuk benar-benar menyelesaikan pekerjaan.
Ia jadi ingat beberapa saran yang pernah ia terima tentang cara untuk membuat prediksi yang tepat tentang jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Pertama, buatlah perkiraan terbaik Anda, lalu lipatgandakan, dan akhirnya tingkatkan juga unit pengukuran anda. Sebagai contoh, jika perkiraan Anda adalah satu jam, kemudian buatlah menjadi dua jam, dan akhirnya dua hari. Mengapa kita begitu takut dalam membuat perkiraan?
Kegagalan ini begitu sering disebut sebagai kekeliruan perencanaan. Jenis kegagalan perencanaan ini juga bisa sangat merepotkan dan mahal. Dari kegagalan tentang waktu, tentu tak bisa lagi diulang. Yang benar-benar keren adalah bahwa kita semua tahu bahwa kita telah salah di masa lalu, lalu berusaha keras memperbaikinya.
Bila kebiasaan-kebiasaan buruk di atas sering muncul akan menjadi penghalang yang serius bagi pelaksanaan manajemen waktu yang sudah dibuat. Berbagai rencana jadi berantakan karena kita tidak bisa mengendalikan kebiasaan-kebiasaan buruk, terutama tentang waktu. –drs