Janganlah takut bermimpi. Itulah kekayaan terbesar Anda untuk mengubah dunia.
Surabayastory.com – ILMU pengetahuan menyatakan sesungguhnya kita semua bermimpi. Ketika orang mengklaim dia tidak pernah bermimpi, itu hanyalah karena mereka tidak ingat terhadap mimpi mereka.
Tetapi sebagian mimpi memang layak untuk dibicarakan, apakah itu terdengar masuk akal atau tidak. Suatu malam, aku tengah memandangi bulan purnama yang indah bersama beberapa orang. Salah satu di antara mereka, Jim.
Dia menceritakan impiannya di waktu kecil. Dia mengatakan, ’’Ketika aku masih berusia 10 tahun, aku melihatnya dan menyatakan, suatu hari, aku akan berjalan di atas bulan!’’
Seperti yang dikisahkan Jim, ia meyakini mimpinya melakukan perjalanan ke dunia baru dan berjalan di atas bulan ketika belum ada orang yang memikirkan perjalanan ke ruang angkasa. Ketika dewasa ia punya cita-cita menjadi seorang pilot penguji yang menerbangkan pesawat-pesawat tercepat di dunia. Namun di samping tujuan baru ini, dia ingin mewujudkan mimpi masa kecilnya. Ya, tapi ia hanya mimpi hingga teknologi mewujudkannya.
Hal yang menarik tentang Jim adalah, dia tidak merasa sakit hati pada cemoohan keluarga dan teman-temannya ketika dia mengungkapkan mimpinya pada masa anak-anak. Dia bahkan tidak terganggu dengan adanya kecelakaan pesawat yang membuatnya harus dirumahsakitkan selama dua tahun. Saat itu ia nyaris menderita patah tulang di sekujur tubuhnya. Pada masa itu, perjalanan astronot sudah menjadi sebuah kenyataan, tetapi para dokter memupuskan harapannya untuk terbang lagi ….
Jika Jim tidak mempertahankan impiannya saat ia dirawat di rumah sakit, dia mungkin tidak akan bisa berjalan dengan normal lagi. Tapi suatu ketika sedang memandang bulan di langit, aku merasa kagum saat teringat bahwa Jim adalah orang ketujuh yang berjalan di sana. James Benson Irwin, pilot pesawat ke bulan, Apollo 15, adalah salah satu dari sedikit orang yang berdiri di sana dan memandang kembali ke planet kita.
Jim mengatakan, sebelum take-off, ketika mission control menanyakan apakah mereka telah siap, dia jadi tertawa. Karena sesungguhnya dia telah siap sejak masih berusia sepuluh tahun. Dia telah memiliki impian yang besar dan tidak pernah melepaskannya. Ia tidak peduli betapa mustahilnya hal itu bagi orang lain.
Pertemuanku dengan orang yang menginspirasi itu tetap tersimpan dalam ingatanku. Tampaknya yang penting bagi kita adalah bagaimana mimpi itu berakhir? Setidaknya Anda perlu memiliki sebuah mimpi, bukankah begitu? –Leo Ryzman