Life begins at 40? Life begins everyday!
Surabayastory.com – Menapaki bumi yang tak serba indah dan mudah ini, mengkondisikan kita bertegur sapa senantiasa dengan tantangan, ancaman dan godaan yang berkunjung silih berganti sepanjang hari. Setiap hembusan angin seakan menghantarkan kecemasan, kekhawatiran, bahkan ketakutan yang kerap mengetuk pintu kalbu kita. Perubahan tidak selalu mengarah seperti yang kita harapkan. Hal-hal yang terjadi seakan siap menerkam eksistensi kita.
Tetapi seharusnya ada jalan untuk mengatasinya. Harus ada strategi logis untuk menghadapinya. Di mana hidup berbahagia atau setidaknya meminimalisir kedukaan bukanlah mimpi-mimpi kosong atau janji-janji imajinatif yang menjulang ke langit. Memang ada yang belum mampu menuntaskan persoalan yang terbawa dari hari kemarin. Ada pula yang hidup dengan cabikan luka masa lalu. Namun tak sedikit yang telah mampu memutuskan kenangan pahit dan menggelar hidup baru penuh rancangan akan masa depan yang berjejal harapan.
Maka sebenarnya hidup dapat dipahami bermula kapan saja. Hari baru adalah penawaran baru untuk berseru: “Life begins everyday”.
Kapankah kehidupan itu bermula? Ternyata sebagai makhluk berakal cerdas, kita sering memaknai kehidupan ini secara filosofis. Maka jawaban atas pertanyaan ini menjadi beragam. Ada yang menyatakan: “Saat kita dilahirkan”, karena melihat kenyataan akan kehadiran seorang generasi baru di muka Bumi. Sementara mereka yang berpijak pada material-sains akan mengatakan bahwa kehidupan itu bermula sejak di dalam kandungan.
Yang lain berseru: ”Life begins at 40!”, karena berasumsi bahwa seseorang mulai matang secara psikologis dan seharusnya mulai mapan secara finansial adalah pada saat memasuki usia 40 tahun. Sementara yang lain melihat pernikahan sebagai wahana “menempuh hidup baru”. Para remaja (biasanya remaja putri) akan merayakan ulang tahunnya yang ke-17 secara spesial dan memaknainya sebagai sweet seventeen, karena biasanya “tradisi” telah memperbolehkan dirinya untuk memiliki kekasih.
Orang yang terbebas dari hutang menumpuk pun bisa mengalami kelegaan luar biasa dan merasa siap menata hidup barunya dengan lebih terencana. Dan bagi sebagian orang, kehadiran anak-anak dalam keluarganya serta melihat mereka tumbuh dewasa, dapat dirasakan sebagai “kelahiran kembali” atau “kesempatan kedua” guna memenuhi harapan yang dahulu belum tercapai.
Menjadi kaya secara mendadak, entah karena memperoleh warisan ataupun “rezeki nomplok”, juga dapat membuat seseorang merasa memulai hidup baru. Bahkan seperti halnya Rene Descartes, banyak pula orang yang menghayati bahwa dengan “Aku berpikir, maka aku ada”. Bagi mereka itulah wujud dimulainya kembali kehidupan yang tentu saja terjadi berulang kali setiap kali mereka sadar tengah berpikir. Karena begitu mereka berpikir, maka seketika mereka menyadari akan eksistensi diri. Walau bagi orang lain terasa sangat subyektif, namun bagi mereka: “Kesadaran itulah keberadaan”. Dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat disebut sebagai awal kehidupan, termasuk bertobat dari segala perbuatan yang dirasakan telah melanggar hukum Tuhan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “kehidupan dapat dimulai kapan saja”. Lebih tegas lagi: “Kehidupan yang kita inginkan dapat dimulai kapan saja kita mau!” Kesempatan memulai kehidupan baru datang setiap hari, setiap saat.
Kitalah yang menentukan. Kita yang memaknai kesempatan yang datang setiap hari sebagai awal kehidupan. Kita yang memutuskan kapankah kita bersedia memulai kehidupan baru yang lebih baik, lebih terencana, lebih cerah dan lebih berbahagia. Oleh karenanya kita dapat dengan gembira berseru : Life begins everyday! — hs