Tahun 1950, Korea Selatan salah satu negara termiskin di dunia, sama dengan sejumlah negara di Afrika dan Asia lainnya. Sekarang menjelma jadi kekuatan ekonomi dunia. Indonesia perlu belajar dan cepat bertindak.
.
.
Surabayastory.com – Keberhasilan Korea Selatan tidak terlepas dari perhatian besar pemerintah Korsel pada pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta investasi agresif di kegiatan penelitian dan pengembangan.
Para pemimpin Korea punya visi yang sangat maju dalam penyerapan dan pengembangan teknologi. Inilah kunci dari semua bangsa-bangsa termaju. Tahun 1959, pemerintah Korea sudah mendirikan Korean Atomic Energy Commision. Pertengahan tahun 1960, Kementerian Sains dan Teknologi dibentuk. Lalu Korea Institute of Science and Technology dibentuk untuk riset industrial.
Sejak awal tahun 1970-an, pemerintah telah memberikan lebih dari 20% anggarannya untuk bidang pendidikan. (Bayangkan kita melakukan hal itu baru pada tahun 2000-an). Untuk menciptakan generasi super cerdas, anak-anak Korea didorong untuk belajar ke kampus-kampus paling terkemuka dunia, Harvard, Princeton, MIT.
Sejak awal pemerintah telah berjuang agar anak-anak Korea memiliki nilai matematika dan sains yang tinggi. Mereka dipacu agar tidak hanya mampu bersaing di dalam negeri tapi juga di luar negeri. Karena itu pemerintah Korsel berusaha keras membangun sistem pendidikan terbaik.
Ahli-ahli pendidikan terbaik, pakar-pakar sains dan teknologi termaju didatangkan untuk membantu pembangunan sistem pendidikan Korea. Berbagai usaha dilakukan agar universitas-universitas di Korea bisa sejajar dengan Harvard dan MIT, terutama dalam advanced science dan teknologi.
Hasilnya, berdasarkan penelitian 2006 tentang Program Penilaian Pelajar Internasional dari OECD, Korea Selatan menempati urutan pertama dalam pemecahan masalah, urutan ketiga dalam matematika dan urutan kesebelas pada bidang sains. Teknologi pada pendidikan di Korea juga dikembangkan hingga ke seluruh daratan Korea dengan membuat jaringan akses internet berkecepatan tinggi di sekolah dasar dan lanjutan. Pemerintah Korea melalui Kementerian Pendidikan juga memberikan beasiswa bagi siswa-siswi yang berasal dari luar Korea hingga mencapai 100.000 siswa per tahun.
Proses pembelajaran sains dan teknologi dilakukan secara besar-besaran. Pemerintah berusaha menyerap habis-habisan ilmu dari pakar-pakar asing dan segala macam teknologi terbaru dari Barat. Persis seperti Jepang, riset dan penelitian digalakkan dan orang-orang serta badan-badan riset yang unggul diberi dana yang sangat besar oleh pemerintah. Industri-industri dengan potensi pasar masa depan yang bagus dianalisis dan dibantu habis-habisan oleh pemerintah.
Teknologi robot telah menjadi obyek riset dan pengembangan yang utama di Korea Selatan sejak 2003. Pada 2009, pemerintah mengumumkan rencana untuk membangun taman tematik robot di Incheon dan Masan dengan dana pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2005, Institut Ilmu Pengetahuan dan teknologi Korea Selatan mengembangkan robot humanoid kedua di dunia yang mampu berjalan. Institut Teknologi Industri Korea juga berhasil mengembangkan android Korea yang pertama, EveR-1 pada Mei 2006.
Selain “political will” pemerintah Korsel yang tinggi terhadap pembangunan bangsanya, rakyat Korea juga memiliki rasa nasionalisme yang tinggi yang berwujud rasa bangga dan cinta menggunakan produk lokal. Orang Korea paling tidak suka menggunakan produk dari negara yang pernah menjajahnya yakni Jepang. Untuk menggunakan produk canggih, secara bertahap dan mandiri, mereka memproduksi sendiri. Karakter bangsa yang cinta akan produk dalam negeri ini membuat perusahaan-perusahaan raksasa Korea berkembang dengan cepat di dalam maupun luar negeri.
Jalan-jalan Korea dipenuhi dengan mobil dan motor buatan Korea sendiri. Setiap orang menggunakan ponsel dan kamera bikinan negara mereka sendiri. Dan berbagi perabotan rumah tangga seperti televise, mesin cuci, AC, rice cooker kebanyakan produk Korsel sendiri.
Jarang sekali orang korsel yang memakai produk asing. Produk-produk Samsung Electronics, POSCO, Hyundai Motor, KB Financial Group, Shinhan Financial Group, Samsung Life Insurance, Korea Electric Power, LG Electronics, Hyundai Mobis, LG Chem menjadi pilihan utama warga Korea.
Coba tengok fakta berikut ini:
- Orang Korsel membeli mobil Hyundai, KIA, Daewoo atau Sangyong sebagai kendaraannya. Hanya sedikit sekali yang membeli Toyota, Honda, BMW, Mercy atau yang lainnya.
- Orang Korsel membeli dan memakai HP bermerek Samsung atau LG. Sangat sedikit sekali orang Korsel yang menggunakan Motorola, Sony atau Nokia.
- Orang Korsel membeli motor yang bermerek Daelim, Hyosung. Jarang sekali ditemukan motor bermerek Honda, Yamaha, Suzuki atau Harley.
- Di rumah-rumah orang Korsel dipenuhi perabotan elektronik bermerek Samsung dan LG. Baik TV, DVD, mesin cuci, kulkas, komputer, pemanas, AC, hingga setrika.
Dari mobil, motor, ponsel dan peralatan elektronik di Korsel hampir 95% adalah produk-produk sendiri. Ini berbeda dengan masyarakat di negeri kita, yang sebagian besar menggunakan kendaraan, peralatan rumah tangga, barang-barang elektronik dan gadget, produk luar negeri. Bahkan untuk mobil dan motor 100% menggunakan produk luar negeri. Coba Anda simak adakah warga Indonesia mengendarai mobil dalam negeri? Tak ada karena memang tak ada mobil buatan dalam negeri. Yang ada adalah produk-produk asing seperti Toyota, Honda, Nissan, Daihatsu, BMW, Hyundai, dan Mercy. Maksimal rakitan mobil impor.
Sampai sekarang kita masih kesulitan mendapatkan HP, mobil/motor dan barang-barang elektronik buatan dalam negeri. Sehingga mau tidak mau kita menggunakan HP impor. Kalau mobil kita pakai produk Jepang dan Eropa/AS. Motor kita menggunakan buatan Jepang, Eropa, atau Amerika. Di rumah, produk rumah tangga yang kita pakai juga merek asing.
Dianggap remeh dan tak berdaya oleh bangsa lain justru menjadi cambuk bagi Korsel untuk memacu diri menjadi lebih kompetitif dan unggul di segala bidang. Prinsip-prinsip berikut ini merupakan rahasia kemajuan Korea Selatan:
- Tak Berpijak pada Sumber Daya Alam
Sumber Daya alam (SDA) tidak selalu menjadi faktor yang menentukan bagi kemajuan suatu bangsa. Indonesia dikenal sebagai negara yang tanahnya sangat subur. Kita sudah terbiasa mendengar orang berkata, “Indonesia adalah negeri yang kaya raya, gemah ripah loh jinawi.” Pada tahun 70-an, Koes Plus menciptakan lagu yang sangat popular yang berjudul “Kolam Susu”. Lagu ini menggambarkan betapa suburnya Indonesia sehingga tongkat kayu pun bisa tumbuh menjadi tanaman. Dan betapa mudahnya hidup karena “tiada badai tiada ombak kau temui, ikan dan udang menghampiri dirimu”.
Di Korea kenyataan seperti itu sangat sulit ditemukan. Tapi terbukti dengan keterbatasan sumber daya alam, membuat orang-orang Korea berpikir dan bekerja lebih keras agar bisa berkembang lebih cepat.
- Adanya Ancaman dari Negara Tetangga
Sebuah acara di Channel History mengupas tentang kemajuan Korea Selatan. Negara yang terletak di semenanjung Asia Timur, yaitu di antara Cina (sebelah Barat) dan Jepang (sebelah Timur), itu membahas tentang kemajuan Korsel yang menakjubkan dunia internasional. Negara yang masih berstatus ‘perang’ dengan negara saudaranya di sebelah utara (Korea Utara) telah membuat kemajuannya menjadi sebuah fenomena paradoks. Muncul teori kemajuan itu disebabkan ketakutan akan mendapatkan serangan dari Utara di kalangan bangsa Korsel. Bayang-bayang perang pada tahun 1950-1953 yang berakhir dengan gencatan senjata masih menggoreskan trauma bagi Korsel.
Gambaran tentang sikap merasa terancam dari warga Negara Korea Selatan ternyata membuahkan semangat membela habis-habisan kepentingan negaranya. Semangat ini mewujud dalam semangat kerja keras dan pengorbanan total untuk dapat bertarung dalam perdagangan dan pengembangan segala jenis industri ringan dan industry berat. Ya, memang kahirnya kemajuan bangsa dan negara merupakan pertahanan yang paling baik terhadap serangan musuh.
- Mau Berkorban Demi Negara
Para pengamat yang berkomentar dalam tayangan itu mengungkapkan betapa luar biasa pengorbanan warga Korea Selatan ketika terjadi krisis keuangan yang melanda Asia pada tahun 1997. Rakyat Korea bersatu padu mengumpulkan seluruh perhiasan emasnya, yang ditotal berjumlah 227 ton untuk disumbangkan kepada negaranya. Sehingga akhirnya dalam tenggat tiga tahun sebelum jatuh tempo, seluruh hutangnya kepada IMF dapat dilunasi seluruhnya.
- Kualitas SDM Lebih Penting
Itu terbukti dari fakta bahwa sejak tahun 70-an, Pemerintah Korea telah menganggarkan 20% APBN-nya untuk pendidikan. Selain mendirikan berbagai lembaga riset yang saling bekerjasama, pemerintah juga banyak mendatangkan orang asing untuk membangun sistem pendidikannya. Pemerintah juga mengirim siswa berprestasi ke universitas-universitas terbaik di luar negeri. Tak ketinggalan pemerintah memberikan penghargaan yang tinggi sekali kepada warganya yang berprestasi sehingga mereka tak lari ke luar negeri.
- Litbang Jadi Investasi Utama
Tidak ada organisasi, perusahaan atau bangsa yang bisa maju tanpa didukung dengan aktivitas riset dan penelitian. Perusahaan dengan divisi litbang yang aktif dan produktif mampu menggenjot kinerja perusahaan itu sehingga lebih mampu bersaing dan profitable.
Di Korsel baik pemerintah maupun perusahaan sangat peduli dengan pengembangan riset dan penelitian. Pemerintah mempunyai badan riset pemerintah (GRI/Government Research Institute) yang aktif melakukan penelitian dalam bidang permesinan dan kimia. Dan ini sudah dilakukan sejak tahun 1970-an.
Untuk mengantisipasi fenomena Brain Drain (eksodusnya warga negara yang pintar ke negara lain karena kesejahteraan dan kerja keras mereka lebih dihargai di negara asing), Korsel mendirikan banyak lembaga riset (hingga kini mencapai 22 lembaga). Dan hebatnya, mereka saling berkoordinasi, tidak bekerja sendiri-sendiri dan memiliki spesialisasi.
- Pemerintahan yang Bersih
Hukuman yang berat yang dijatuhkan pada dua mantan Presiden Korsel, Chun Coo Hwan dan Roh Tae Woo menunjukan kebijakan pemerintah untuk menciptakan pemerintahan bersih tidak main-main. Kedua mantan Presiden itu dihukum berat oleh pengadilan. Setelah mendapatkan keringanan, masing-masing mendapatkan hukuman seumur hidup dan hukuman penjara 17 tahun.
Hukuman ini menimbulkan shock teraphy yang sangat dahsyat. Para pemimpin dan pejabat pemerintahan menjadi takut korupsi. Tak heran jikai Roh Moo Hyun, mantan presiden Korsel periode 2003-2008 yang dituduh terlibat dalam skandal korupsi memilih bunuh diri.
- Dukungan Penuh Pemerintah:
Lain dari kondisi di Indonesia, pemerintah Korsel tidak berorientasi kepada kepentingan pribadi. Di Korsel pemerintahan benar-benar digunakan untuk memajukan bangsa dan negara. Pemerintah Korsel sangat mendukung perusahaan-perusahaan swasta untuk berkembang di antaranya dengan memberikan pinjaman modal lunak dan keringanan pajak. Meski demikian kalau ada pejabat yang terbukti menerima suap akan dihukum berat. Dan pemerintah tak direcoki bisnis keluarga pejabat yang berkolusi dengan pengusaha.
- Dukungan Konglomerat
Para konglomeratnya,Hyundai, Samsung, dan LG adalah pejuang yang sangat nasionalis. Mereka berjuang mati-matian menembus pasar dunia demi kemajuan bangsa Korea dengan atau tanpa bantuan dari pemerintah.
Mungkin cerita-cerita tentang rintisan para konglomerat yang berawal dari perusahaan telah melegenda. Perusahaan-perusahaan Korea Selatan memiliki prinsip memasuki wailayah-wilayah yang belum tersentuh oleh para pesaingnya, terutama dari Jepang, untuk mengembangkan dan memperluas sayap perdagangan dan industrinya.
Sikap berani menantang ketidakpastian itu disebut-sebut melebihi keberanian investor dari Jepang, yang pada awal kebangkitan Korea Selatan merupakan negara tempat para ahlinya belajar sekaligus ‘mencuri’ rahasia kehebatan otomotif nya.
- Etos Kerja
Ada yang bilang etos kerja orang Jepang adalah 5 kali lipat dari etos kerja orang Indonesia , sedangkan etos kerja penduduk Korea Selatan adalah 3 kali lipat dari etos kerja penduduk Jepang. –drs, dari berbagai sumber