Surat Alfred Russel Wallace dari Ternate kepada Charles Darwin itu kemudian dikenal sebagai Letter from Ternate. Surat itu menjadi terkenal karena disertai makalah.
.
.
Surabayastory.com – Kebiasaan Alfred Russel Wallace selain mencatat lingkungan sekitarnya, juga mengirimkan catatannya ke Inggris melalui pos kapal-kapal dagang Eropa. Ia juga mengabarkan ketika ia terserang malaris ketika berada di Ternate (Maluku Utara), 8 Januari-25 Maret 1858. Catatan itu lalu dikirimkannya kepada ilmuwan pujaannya, Charles Darwin di Inggris.
Surat Wallace dari Ternate kepada Darwin itu kemudian dikenal sebagai . Surat itu menjadi terkenal karena disertai makalah yang diberi judul On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitelty from the Original Type.
Dari makalah itu, Wallace mengemukakan pemikirannya mengenai proses seleksi alam mempertahankan suatu spesies di dunia. Spesies yang mampu bertahan disebut Wallace sebagai hasil survival of the fittest by Means of Natural Selection (yang paling memiliki kemampuan bertahan tidak akan punah).
Itulah kerangka dasar pemahaman seleksi alam yang diletakkan Wallace saat itu. Akhirnya pemikiran itu menunjang teori evolusi yang dipopulerkan Darwin melalui bukunya The Origin of Species tahun 1859, satu tahun setelah penulisan makalah Wallace.
Di antara Darwin dan Wallace, kenyataan menunjukkan, nama Darwin lebih tenar sebagai pencetus teori evolusi. Nama Wallace kian dilupakan.
Dalam penjelajahannya di bumi Nusantara, tulis Wallace, juga menemukan sebuah garis imajiner yang membagi flora dan fauna di Indonesia menjadi dua bagian besar. Garis ini dikemudian hari dikenal sebagai Garis Wallace, di mana di satu bagiannya, bentuk flora dan faunanya masih mempunyai hubungan dengan flora dan fauna dari Australia dan memiliki ciri-ciri yang sangat mirip. Sedangkan di bagian yang lainnya sangat mirip dengan flora dan fauna dari Asia. Ia dianggap sebagai ahli terkemuka di abad ke-19 dalam bidang penyebaran spesies binatang dan terkadang dikenal sebagai Bapak dari Biogeografi Evolusi, sebuah kajian tentang spesies apa, tinggal di mana dan mengapa. Ia adalah salah seorang dari pemikir revolusioner pada abad ke-19 dan memberikan banyak masukan kepada pembangunan “teori evolusi” selain juga salah seorang penemu dari “teori seleksi alam”.
Termasuk didalamnya adalah konsep keanekaragaman warna dalam dunia fauna, dan juga “Efek Wallace”, sebuah kesimpulan tentang bagaimana seleksi alam dapat memberikan kontribusi pada keanekaragaman fauna.
Wallace mengajak kita menelusuri kembali jejak Nusantara. Tentang kekayaan alam, kekayaan hayati, flora-fauna, serta peristiwa sejarah yang selalu mengikutinya.
.
Jatidiri Wallace
Wallace dikenal sebagai naturalis dari Inggris. Pertengahan tahun 1846, ia memulai menjelajah dunia. Awal sekali, masih 23 tahun, ia menelisik pedalaman Amazon. Ketika itu ia mengoleksi aneka serangga dari ekspedisi Amazon. Kemudian koleksinya dia bawa pulang ke Eropa yang gandrung terhadap temuan baru dari belahan dunia lain. Koleksi serangga itu lalu dijual, hasilnya menjadi modal awal untuk penjelajahan Wallace di Timur Jauh.
Pada perjalanan antara tahun 1848 hingga tahun 1854, Wallace tiba di Singapura. Selama delapan tahun kemudian (1854-1862) Wallace menjelajah berbagai wilayah di Nusantara. Dari penjelajahan itu, Wallace mencatat setiap peristiwa yang dilalui dan dialami. Catatan ini kemudian dibukukan dan diberi judul The Malay Archipelago. Dalam catatan itu disebutkan, dari perjalanannya di sejumlah pulau Nusantara dan sebagian di Sarawak, Malaysia, Wallace mengoleksi 125.660 spesimen fauna meliputi 8.050 spesimen burung, 7.500 spesimen kerangka dan tulang aneka satwa, 310 spesimen mamalia, serta 100 spesimen reptil. Selebihnya, mencapai 109.700 spesimen serangga, termasuk kupu-kupu yang paling disukai Wallace. –sa