Manusia memilki memori dengan kemampuan dan kapasitasnya sangat besar. Tetapi tidak semua manusia mampu memanfaatkan kapasitas tersebut secara optimal.
Surabayastory.com – Kehidupan kita sehari-hari selalu berhubungan dengan memori (ingatan). Dengan memori memungkinkan seseorang melakukan tindakan yang berulang, menggunakan bahasa, menggunakan informasi yang baru diterima melalui inderanya, sekaligus menggunakan informasi yang pernah diterima dari pengalaman masa lalu.
Manusia yang tidak berusaha untuk meningkatkan serta mengasah memorinya. Akibatnya, banyak ‘ruang-ruang’ memori yang kosong atau terlewatkan begitu saja hingga muncul ‘penyakit lupa’. Bagaimana memori manusia bekerja? Bagaimana manusia mengingat? Mengapa daya ingat setiap orang berbeda?
Memori adalah bagian kedua dari model manusia sebagai sebuah sistem pengolah informasi. Secara umum ada 3 fungsi memori; sebagai tempat penyaringan (sensor), memroses ingatan (memori jangka pendek), dan memori jangka panjang.
Memori memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Jika kita lakukan aktivitas berpikir, maka sebahagian besar kita menggunakan fakta dari memori atau ingatana. Kita menggunakan konsep waktu dengan menghubung-hubungkan masa sekarang dengan masa lalu serta membuat perencanaan untuk masa datang. Hal tersebutdi mungkinkan adanya fungsi memori kita yang kuat. Oleh karena memori inilah manusia dapat dikatakan makhluk bersejarah. Artinya makhluk yang tidak ditentukan oleh pengaruh proses dari hal yang terjadi saat ini, juga berkembang dalam sejarah masa lalunya. Inilah yang dikatakan memori
Memori bekerja dengan beberapa komponen yang yang lain seperti sensor inderawi dalam upaya pemerolehan informasi pengolahan infromasi serta penyimpanan informasi baik yang dilakukan secara sistematis (umumnya secara sadar) maupun secara spontan.
Bahasan Memori
Kita bahas sejarah singkat penyelidikan ilmiah dan sistematis terhadap memori. Dimulai dari Ebbinghaus pada akhir abad ke-19, kemudian berkembang via Bartlett pada 1930-an, hingga penelitian eksperimental berbasis kelompok terkontrol yang dilakukan dalam konteks model terbaru pemrosesan-informasi atas memori. Kita akan menutupnya dengan membahas bagaimana mempelajari memori hari ini, dan prinsip-prinsip desain yang bagus dalam penelitian memori kontemporer.
Meski pengamatan pribadi dan anekdot personal tentang memori bisa cukup menjelaskan dan menghibur, mereka sering berasal dari pengalaman spesifik individu tertentu. Karena itu, pengamatan dan anekdot itu terbuka bagi pertanyaan tentang seberapa jauh mereka a) ‘nyata’ secara objektif, dan b) dapat digeneralisasi secara universal untuk semua individu. Penelitian ilmiah sistematis dapat memberi pendalaman unik dalam masalah ini. Beberapa penelitian sistematis klasik tentang mengingat dan terlupa dilakukan pada akhir abad ke-19 oleh Hermann Ebbinghaus.
Ebbinghaus melakukan oto-eksperimen. Ia mengajari diri sendiri 169 daftar terpisah berisi 13 suku kata yang tidak punya makna khusus. Setiap suku kata terdiri dari trigram konsonan-vokal-konsonan yang asal saja (misalnya; PUL, GIB). Ebbinghaus mempelajari kembali masing-masing daftar setelah interval waktu berkisar mulai 21 menit sampai 31 hari. Ia terutama tertarik pada sejauh ‘lupa’ bisa terjadi dalam periode itu, dengan menggunakan ‘savings score’ (skor tabungan; yaitu berapa banyak waktu yang ia butuhkan untuk mempelajari kembali daftar itu) sebagai ukuran seberapa banyak ia telah lupa.
Tingkatan Lupa
Ebbinghaus mencatat, tingkat lupa cukup eksponensial: yaitu, lupa pada awalnya berlangsung cepat (terjadi segera setelah materi dipelajari), namun tingkat kecepatan informasi dilupakan itu secara bertahap berkurang. Jadi, laju proses lupa itu lebih logaritmik daripada linear. Pengamatan ini telah teruji waktu, dan terbukti bisa diterapkan di berbagai bahan dan kondisi berbeda dari pembelajaran. Jadi, jika Anda berhenti belajar bahasa Perancis setelah meninggalkan sekolah, dalam 12 bulan pertama Anda akan menunjukkan penurunan cepat atas perbendaharaan kata bahasa Prancis. Tapi, tingkat di mana Anda lupa kosakata ini akan secara bertahap menurun makin lambat dari waktu ke waktu. Jadi, jika Anda belajar bahasa Perancis lagi dalam lima atau sepuluh tahun kemudian, Anda mungkin akan terkejut betapa Anda telah benar-benar tetap ingat (dibandingkan dengan berapa banyak Anda ingat beberapa tahun sebelumnya).
Fitur lain yang menarik tentang memori yang dicatat Ebbinghaus adalah; setelah ‘kehilangan’ informasi seperti misalnya sebagian dari kosa kata bahasa Perancis, Anda dapat mempelajari kembali informasi ini jauh lebih cepat daripada orang yang belum pernah belajar bahasa Perancis sama sekali (ini lah konsep ‘savings’ alias tabungan). Temuan ini menyiratkan, tentu ada jejak residual atas informasi ‘yang hilang’ dalam otak Anda. Poin ini juga menegaskan isu penting mengenai conscious knowledge (pengetahuan di alam sadar) versus unconscious knowledge (pengetahuan di alam bawah sadar) yang kita akan bahas dalam bab-bab berikut: kita jelas tidak sadar akan kosakata bahasa Perancis ‘yang hilang’ ini, tetapi temuan riset mengenai informasi yang terselip entah di mana ini menunjukkan bahwa tentu ada beberapa retensi atas rekaman memori pada tataran alam bawah sadar. Poin yang terkait erat dibuat oleh psikolog terkemuka B. F. Skinner, ketika ia menulis bahwa, “Pendidikan adalah apa yang bertahan ketika apa yang telah dipelajari itu telah dilupakan.” Kita mungkin bisa menambahkan, “…. terlupakan secara sadar tapi tetap disimpan dalam beberapa bentuk residual lain.”
Karya klasik Ebbinghaus di bidang ini, On Memory, diterbitkan tahun 1885. Karya ini meliputi banyak kontribusi Ebbinghaus yang awet bertahan dalam penelitian tentang memori, termasuk tentang riset suku kata tanpa makna, identifikasi eksponensial tentang lupa dan konsep savings (ditambah beberapa masalah memori yang Ebbinghaus garap secara sistematis dalam penelitiannya, misalnya; efek repetisi/pengulangan, bentuk kurva lupa, dan perbandingan antara pembelajaran secara puitis dengan pembelajaran dengan suku kata tanpa makna). Manfaat besar metodologi eksperimental yang dipraktikkan Ebbinghaus adalah itu bisa mengontrol banyak faktor ekstra (dan yang berpotensi menyimpangkan) yang dapat mempengaruhi memori. Ebbinghaus menggambarkan suku kata tanpa makna itu sebagai ‘tidak terasosiasikan secara seragam’ yang ia anggap sebagai kekuatan dari pendekatannya. Tapi ia juga bisa dikritik karena gagal menggunakan materi uji memori yang lebih bermakna. Beberapa pekerja di bidang ini berpendapat, pendekatan Ebbinghaus cenderung terlalu menyederhanakan memori, mengurangi kehalusannya hingga ke serangkaian komponen matematis dan artifisial. Risiko dari pendekatan seperti ini adalah –meski kita menggunakan keketatan ilmiah, dan mampu memilah mekanisme memori hingga ke potongan kecil yang bisa dilacak– kita mungkin juga menghilangkan aspek sangat mendasar dari memori manusia yang paling intrinsik terhadap (dan, definitif bagi) cara memori kita berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. –drs