Jepang adalah sebuah wilayah di mana bencana gempa bumi dan tsunami sering terjadi. Jepang hidup berdampingan dengan bencana, dan kita perlu belajar tentang antisipasi dan penangan gempa dari Jepang.
Surabayastory.com – Jepang selalu belajar dan terus meningkatkan kemampuan beradaptasi dengan bencana alam. Kepulauan Jepang terletak di daerah di mana beberapa lempeng benua dan samudera bertemu. Ini yang membuat kenapa gempa bumi sering terjadi. Gempa bumi ini juga bisa memicu bencana berikutnya; gelombang pasang (tsunami). Selain itu, banyaknya gunung berapi dan sumber air panas di seluruh Jepang juga menjadikan Jepang sebagai salah satu negara yang dekat dengan risiko bencana.
Di Jepang, hampir setiap minggu, ada gempa kecil. Sebagian besar dari mereka nyaris tidak menyadarinya. Juga tidak ada kepanikan. Mereka sudah terbiasa dengan dengan getaran-getaran seperti itu sejak zaman dahulu. Jepang adalah kepulauan yang terbentuk dari aktivitas gunung berapi dan terletak di Cincin Api Pasifik. Itulah mengapa orang Jepang biasa merasakan tremor (getaran).
Warga Jepang memang sudah lama hidup berdampingan dengan alam, termasuk bencana. Mereka membentuk harmoni. Bencana sudah dianggap menjadi bagian dari alam, dan bagian dari kehidupan mereka. Tidak bisa dihindari dan tak bisa ditolak, yang ada adalah bagaimana mempersiapkan diri untuk menghadapinya dan bagaimana untuk memperkecil risikonya.
Dari pengalaman Jepang yang panjang, ada beberapa hal yang patut kita pelajari di sini.
Gempa Bumi Bersejarah
Dari catatan Japan Guide, banyak bagian dari negara telah mengalami gempa bumi dan gelombang pasang yang dahsyat di masa lalu. Gempa besar Kanto, yang terburuk sepanjang sejarah Jepang, menghantam dataran Kanto di sekitar Tokyo pada tahun 1923 dan mengakibatkan kematian lebih dari 100.000 orang.
Kemudian pada Januari 1995, sebuah gempa bumi yang kuat menghantam kota Kobe dan sekitarnya. Dikenal sebagai Gempa Bumi Hyogo Selatan atau Gempa Bumi Besar Hanshin, menewaskan 6.000 dan melukai 415.000 orang. Sekitar 100.000 rumah hancur total dan 185.000 rusak berat.
Pada 11 Maret 2011, gempa terkuat yang pernah tercatat di Jepang memicu tsunami besar di sepanjang Pantai Pasifik Jepang timur laut. Dikenal sebagai Gempa Besar Jepang Timur, gempa bumi dan khususnya tsunami berikutnya menewaskan hampir 20.000 orang dan menyebabkan kecelakaan nuklir di sebuah pembangkit listrik di Prefektur Fukushima.
Skala Shindo
Di Jepang, Skala Shindo lebih umum digunakan untuk mengukur gempa bumi daripada skala Richter untuk mengukur kekuatan gempa. Shindo mengacu pada intensitas gempa bumi di lokasi tertentu, yaitu apa yang orang-orang rasakan di lokasi tertentu, sedangkan skala Richter mengukur besarnya gempa bumi, yaitu energi yang dilepaskan di pusat gempa.
Skala Shindo berkisar dari shindo satu, sedikit gempa hanya dirasakan oleh orang-orang yang tidak bergerak, ke shindo tujuh, gempa bumi yang parah. Shindo 2-4 masih gempa bumi kecil yang tidak menyebabkan kerusakan, sementara objek mulai jatuh di shindo lima, dan kerusakan yang lebih berat terjadi di shindo enam dan tujuh.
Kesiapsiagaan
Setiap rumah tangga harus menyimpan survival kit yang dilengkapi dengan lampu senter, radio, kotak pertolongan pertama dan makanan serta air yang cukup untuk beberapa hari. Menghindari menempatkan benda berat di tempat-tempat di mana mereka dapat jatuh dengan mudah ketika terjadi gempa bumi dan menyebabkan cedera atau bisa menutup jalan keluar. Setiap rumah memiliki alat pemadam api. Membiasakan diri dengan tanggap denngan area evakuasi yang ditentukan di setiap lingkungan.
Selama dan Setelah Gempa Bumi
Selama terjadi gempa bumi, bahaya terbesar adalah benda-benda yang jatuh, menggulingkan perabotan dan kepanikan. Untuk itu cobalah untuk melindungi diri di bawah meja atau melindungi diri dengan material yang kuat. Jangan lari ke luar, dan cobalah untuk tetap setenang mungkin. Jika berada di jalanan, cobalah mencari perlindungan. Menjauh dari kaca dan benda-benda lain yang mungkin jatuh dari bangunan di sekitarnya dan bisa menimpa.
Sementara itu, ketika gempa kuat terjadi, matikan oven, kompor, dan katup gas utama. Kemudian dengarkan radio, televisi, atau cari informasi tentang gempa yang terjadi. Bisa tentang areanya, peringatan-peringatan bahaya, atau juga tentang rencana evakuasi. Ketika berada di daerah pesisir, waspadai kemungkinan gelombang pasang (tsunami) sementara di daerah pegunungan waspadai kemungkinan longsor.
Jepang memberi banyak inspirasi dalam mengantisipasi dan menangani gempa bumi. Indonesia yang rentan akan bencana semacam ini sudah saatnya mulai serius untuk mempersiapkannya. –sa