Gempa bumi yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia, juga bisa terjadi di Surabaya. Tidak perlu takut, tetapi perlu untuk diketahui.
Surabayastory.com – Gempa yang melanda beberapa wilayah di Indonesia dalam kurun waktu dua bulan terakhir ini membuat kita turut prihatin dan berempati. Sebagai negara kepulauan yang menjadi bagian dari Cincin Api Pasifik, Indonesia memang rentan terjadi gempa.
Dari data yang dilansir LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), ditemukan ratusan jalur sesar baru yang sebelumnya tidak terdapat dalam peta gempa bumi nasional tahun 2010. Sebagian besar sumber gempa yang baru teridentifikasi ini berada di darat dan dekat dengan kawasan perkotaan. Dan kota Surabaya termasuk ada di dalamnya. Jadi, potensi gempa bisa terjadi di kota ini.
Data baru ini menjadi tambahan penting dalam memutakhirkan peta gempa bumi nasional 2017. Penambahan sumber gempa di zona sesar meningkat tiga kali lipat. Di peta tahun 2010, terdapat 81 jalur sesar darat dan menjadi 295 jalur sesar.
Jika menilik data ini menunjukkan penambahan jalur sesar sangat signifikan. Di antaranya berada di zona busur belakang (back arch) di perairan barat Pulau Sumatera, memanjang hingga selatan Pulau Jawa. Jalur lainnya adalah sesar darat yang memanjang di pantai utara Jawa Timur hingga Jawa Barat. Sesar darat ini berpotensi memicu gempa bumi yang bisa berdampak terhadap sejumlah kota besar, seperti Surabaya, Semarang, dan Cirebon.
Gempa bumi adalah peristiwa alam yang menimbulkan getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Peristiwa ini disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan yang aktif bergerak, atau aktivitas gunung berapi.
Dengan diidentifikasi baru jalur sesar baru, membuat hal ini harus disadari dan diwaspadai. Dari materi penelitian Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama Nanyang Technology University (NTU) Singapore yang dilansir bnpb.go.id, Surabaya menyimpan potensi untuk terjadi gempa. Mari kita baca data-datanya. Secara geografis wilayah Kota Surabaya berada di bawah dua patahan bumi; Patahan Kendeng dan Patahan Rembang.
Sesar Kendeng adalah patahan bumi yang membentang dari Flores hingga Bandung. Patahan ini melintang, di Jawa Timur melintasi kawasan Waru, Mayjen Sungkono (Surabaya), Cerme (Gresik), Jombang, hingga Nganjuk. Pusat patahan berada di daerah Kendeng (Nganjuk).
Dua patahan ini bergerak aktif, sehingga menimbulkan kemungkinan gempa bumi di Surabaya jika sesar itu bergeser dengan kekuatan besar. Setiap saat, patahan bumi itu bisa bergerak hingga mengguncangkan permukaan bumi Surabaya.
Tanda Kasat Mata
Dari penelitian ilmiah itu juga menunjukkan, wilayah mulai dari Kecamatan Waru di Kabupaten Sidoarjo hingga kawasan Jalan Mayjen Sungkono, Surabaya, berpotensi terjadi gempa. Sepanjang garis wilayah ini ada potensi gempa sama tingginya dengan wilayah potensial lain. Salah satu buktinya yang bisa dilihat dengan kasat mata adalah jalanan di area Waru dan Jl Mayjen Sungkono yang selalu mengalami retak. Ketika diaspal, kerusakan selalu terjadi. Yang sering kita dengar adalah karena lapisan bawah tanah bergerak. Karena itu struktur bawah harus diperkaku dengan beton. Namun, meskipun jalan sudah dibeton (termasuk bagian atas), keretakan tak juga bisa diselesaikan. Fenomena ini masih terus dilakukan kajian lebih lanjut.
Dari rilis Pusat gempa Nasional yang diterbitkan September 2017, menunjukkan Surabaya memiliki kerentanan terdapat gempa. Penyebabnya adanya sesar Surabaya, patahannya mulai kawasan Keputih hingga Cerme. Sesar kedua disebut sesar Waru yang patahannya mulai dari Rungkut hingga Jombang. Rsiko tingkat gempa cukup tinggi, mencapai 6,5 skala Richter.
Dari catatan yang ada, di wilayah Mojokerto (kota ring 1 Surabaya) pernah terjadi gempa bumi dengan kekuatan besar, 6-7 skala Richter di tahun 1936. Saat itu gempa terjadi bersamaan dengan di Jombang karena satu patahan. Dan ini dampaknya sangat besar. Kondisi ini diperkuat dengan struktur tanah Surabaya yang terbentuk dari tanah endapan sungai (sedimentasi) dan endapan laut (alivium). Kondisi tanah di Surabaya ini juga memiliki potensi untuk turut memperbesar amplitudo gempa yang terjadi. Jadi sangat rentan.
Dengan identifikasi baru serta catatan masa lalu, sudah selayaknya warga Surabaya juga waspada. Menyiapkan diri untuk menghadapi gempa. Antisipasi juga harus disiapkan sejak dini. Tidak perlu takut, tetapi perlu untuk diketahui, dan kemudian waspada dan menyiapkan antisipasi.
Antisipasi Gempa di Surabaya
Dari sisi ilmu pengetahuan, gempa sebenarnya tidak berbahaya. Meskipun gempa itu datang dengan getaran besar, sebenarnya tidak mematikan. Yang mematikan adalah bangunan atau benda-benda yang runtuh lalu menimpa manusia. Karena itu, langkah-langkah untuk mengantisipasi datangnya gempa dan pasca gempa perlu diantisipasi dan diajarkan. Surabaya dengan tingkat kerapatan penduduk yang padat serta banyaknya gedung bertingkat, membuat risiko pasca gempa menjadi berbahaya.
Selanjutnya, Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus melakukan penelitian mendalam tentang keberadaan kedua sesar tersebut untuk meminimalkan kerusakan serta korban akibat gempa jika terjadi.
Antisipasi yang bisa lebih awal dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman tentang gempa dan bagaimana untuk menghadapinya. Sosialisasikan dan memberi pelatihan tanggap darurat bencana perlu segera dilakukan. Berikutnya adalah mulai menyiapkan antisipasi terutama menyangkut bangunan rumah atau gedung-gedung. Harus mulai direncanakan standar bangunan yang dirancang tahan gempa. Pemerintah perlu membuat regulasi baru dengan membuat zona kawasan risiko tinggi dengan aturan yang lebih ketat sesuai dengan bangunan yang tahan gempa.
Dengan bencana gempa besar yang datang berurutan di Indonesia Timur, sudah waktunya Surabaya (pemerintah dan warganya) untuk mempersiapkan diri dan mewaspadai. –sa
Waspada dan Sosialisasi Penanggulangan Bencana Gempa harus segera diberikan pada semua golongan masyarakat ….di Surabaya , Sidoarjo, dan Gresik