Sebagai filsuf ternama, kita berlu berkenalan dengan Albert Camus. Tentang jati dirinya, kehidupan, serta dasar pemikirannya.

Surabayastory.com – Nama Albert Camus adalah nama yang diperhitungkan dalam penulisan dan filsafat. Ia banyak menghasilkan karya-karya besar yang menjadi referensi, juga menulis naskah teater yang terus up-to date sepanjang masa. Karya The Outsider, diterjemahkan dari karya Alber Camus berbahasa Prancis, L’Étranger. The Outsider adalah sebuah karya sastra berbentuk roman. Roman ini ditulis pada tahun 1942. Lokasi ceritanya adalah di Aljazair, tempat Camus dilahirkan dan tumbuh dewasa.
Filsafat absurditas sangat kental dalam karya Camus ini. Intinya ialah bahwa manusia pada akhirnya harus bertanggung jawab akan segala keputusan dan pilihannya di dunia ini. Setiap tindakan butuh pemikiran dan pengayaan. Emosional dan grusa-grusu bisa berujung petaka. Kita harus mengingat, setiap tindakan pasti akan membawa akibat. Ada sebab, ada akibat. Ada risiko. Tidak ada sebuah tindakan pun yang tidak mengandung risiko. Karena itu, meminimalkan risiko adalah jalan yang harus dipilih. Kemampuan untuk memilih dan memutuskan harus terus diasah. Harus berpikir kritis.
Albert Camus lahir di Aljazair, tahun 1913. Masa kecilnya miskin, meski bukan berarti tak bahagia. Ia belajar filsafat di University of Algiers (Mesir) dan menjadi jurnalis. Ia juga mengelola Theatre de l’equipe, kelompok muda drama avant-grade. Karya-karya awalnya berupa kumpulan esai berjudul L’Envers et l’endroit (The Wrong Side and the Right Side) dan Noces (Nuptials).
Selepas itu, Camus hijrah ke Paris, dan bekerja di surat kabar Paris Soir sebelum memutuskan kembali ke Aljazair. Dua buku karya pertamanya yang penting, L’Etranger (The Outsider) dan esai panjang Le Mythe de Sisyphe (The Myth of Sisyphus), diterbitkan ketika ia kembali ke Paris.
Karya The Outsider terdiri dari dua bagian. Bercerita tentang Meursault, protagonis, seorang warga kota Aljir berwarganegara Perancis (apa yang disebut pied noir), mendapat kabar bahwa ibunya meninggal dunia di sebuah rumah jompo yang terletak di luar kota.
Meursault bukan seorang yang terbuang, melainkan orang yang malang dan apa adanya. Ia mencintai matahari yang tak meninggalkan bayangan. Jauh dari kekurangan semua sensibilitas, ia digerakkan oleh keuletan, dan itu karena keinginan yang dalam, keinginan demi yang absolut dan kebenaran. Meski dianggap sebagai sesuatu yang negatif, kebenaran lahir dari hidup dan perasaan, tapi tanpa kemenangan atas diri sendiri atau atas dunia akan pernah mungkin terjadi.
Roman ini mengambil tempat dalam sebuah trilogi yang diberi nama oleh Albert Camus “Lingkaran mustahil”. Trilogi ini juga mengandung sebuah esai filosofi dengan judul “Le Mythe de Sisyphe et la pièce de théâtre Caligula”.
Camus pada suatu hari menuliskan: “Jika Anda ingin menjadi seorang filsuf, tulislah sebuah roman” – yang mana karakter utama, misterius, yang tidak perduli dengan aturan norma sosial, layaknya seorang asing di bumi maupun kepada dirinya sendiri. Mersault dituliskan, dalam sebuah narasi pendek dalam sebuah catatan pribadi (menurut analisis), menjalani semua aksinya, keinginannya dan kegundahannya. Ia mewakili manusia yang tidak masuk akal sebagaimana digambarkan dalam “Le Mythe de Sisyphe”, seorang yang aneh “suatu perseteruan antara panggilan manusiawi dan keadaan dunia yang tidak masuk akal.”
Penulisan roman ini, pada dasarnya netral dan putih, menjadi bagian dari sebuah kejadian lampau, dimana Sartre mengatakan bahwa ia “memberi kesan tersendiri pada setiap kalimat”. Gaya penulisan seperti ini menambahkan kesan kesendirian sang karakter dalam menghadapi keseharian (dunia) dan dirinya sendiri.
The Outsider sebagai kisah seorang pria tanpa pretensi heroik, rela mati demi kebenaran. Karya-karya camus selalu menarik untuk dibaca, dan direnungkan sebagai bagian dari refleksi kehidupan. ***
Regards for helping out, wonderful information. “The laws of probability, so true in general, so fallacious in particular.” by Edward Gibbon.