Surabaya punya cara tersendiri untuk antisipasi tsunami. Bermula dari mengembalikan kehijauan bibir pantainya.
Surabayastory.com – Kabar tentang terjadinya tsunami di Banten dan Lampung sangat menyesakkan dada. Berbagai bencana yang datang di negeri kita ini membuat kita prihatin. Namun di balik itu, ada satu hal yang perlu diperhatikan: kewaspadaan akan bencana. Datangnya bencana alam memang tak terduga. Kalau pun ada prediksi yang tidak bisa benar seratus persen. Peristiwa alam memang tak bisa dipastikan.
Sebagai kota yang berada di bibir pantai, Surabaya juga punya potensi akan bahaya. Salah satu yang sering menghantui adalah mungkinkah Surabaya terkena ombak besar dan tsunami? Tentu saja, selama ada di dunia, semua itu mungkin. Namun, tak perlu ketakutan menghantui heri-hari masyarakat Surabaya. Antisipasi dan mitigasi bencana telah disiapkan. Pemerintah Kota Surabaya telah menyiapkan strategi untuk mencegah terjadinya potensi tsunami di Surabaya. Langkah yang dilakukan adalah mengaktifkan penghijauan di sepanjang bibir pantai kota Surabaya. Caranya adalah memperbanyak tanaman mangrove dan cemara udang di sepanjang pantai. Ini adalah cara paling mudah dalam pencegahan bencana yang efektif.
Di Surabaya, penanaman cemara udang telah dilakukan di sepanjang pantai timur sisi Kenjeran. Penanaman cemara udang ini adalah alternatif ketika lokasi tersebut tidak mungkin ditanami mangrove. Tanaman cemara udang sangat efektif menangkal tsunami. Ini sudah terbukti di pantai-pantai di Phuket, Thailand.
Tentang Cemara Udang
Mengapa cemara udang bisa menangkal gelombang tsunami? Ini yang menarik. Mari kita baca perlahan. Dari batang tegakan, cemara udang yang ditanam di bibir pantai bisa berukuran besar dengan tinggi mencapai 50 meter. Batang tanaman tegak lurus dengan diameter batang tua bisa mencapai sekitar 100 cm. Karena itu cemara udang cocok untuk mengantisipasi kondisi di wilayah pesisir pantai. Vegetasi cemara udang disebut juga dengan cemara laut. Sebutan lain untuk tanaman dengan nama latin Casuarina equisetifolia ini adalah Australian pine dan beach she-oak. Tanaman ini sudah banyak dikenal sebagai benteng alami penghadang tsunami.
Cemara udang yang tumbuh berjajar secara rapat di sepanjang pantai adalah benteng pelindung dari abrasi pantai dan tsunami. Tempat juga bisa menjadi ekosistem satwa yang sangat peka dengan tanda-tanda terjadinya tsunami, sehingga dapat memberi isyarat kepada masyarakat sekitar ketika tsunami hendak datang.
Selain itu, cemara udang mampu menahan tiupan angin kencang, hempasan gelombang laut, dan terpaan pasir yang bergulung di sepanjang pantai. Pembuatan hutan cemara udang ini lebih baik bila dilakukan dengan cara berlapis. Sehingga cemara udang sangat baik digunakan sebagai pemecah angin (windbarrier) di kawasan pantai, bisa membuat tekanan angin dan gelombang ke darat membesar dan berbahaya.
Manfaat lain, di kala siang hari terik, matahari bisa memanaskan pasir hingga 70 derajat Celcius. Angin samudera kemudian menerbangkan pasir panas ke segala arah dan menjadi penyebab terganggunya saluran pernafasan. Selain itu panas yang terlalu terik juga menjadi penyebab kanker kulit. Kehadiran cemara udang di pantai bisa menjadi peneduh dan menyerap banyak pasir dan panas.
Pohon-pohon cemara udang yang tumbuh tinggi dengan ranting-ranting dan daun-daunnya yang merentang dan merapat, akan menyejukkan pantai.
Tentang Mangrove
Sementara untuk penanaman mangrove, Surabaya bersyukur hutan mangrove masih ada di wilayah pantai timur Surabaya (Pamurbaya) mulai Sukolilo, Medokan, hingga Gunung Anyar. Tanaman mangrove sudah terbukti sangat kuat untuk menangkal gelombang besar dari laut untuk menggerus pantai. Untuk lebih aman dari tsunami, kepadatan mangrove harus berbatasan dengan laut hingga 500 meter. Surabaya yang terus ngebut dalam penanaman mangrove, saat ini jarak yang dicapai sudah mencapai 1 kilometer. Di pantai timur, Surabaya juga akan membangun tanggul panjang, serta membangun Kebun raya Mangrove terbesar di Indonesia dan mungkin di Asia Tenggara.
Mangrove sudah terbukti banyak manfaat bagi kehidupan. Dengan akarnya yang tangguh, tanaman pantai ini dapat menjadi penahan abrasi dan tsunami. Akarnya dapat menangkap endapan dan membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan sehingga tidak mencemari laut. Sehingga air laut yang mengarah ke darat sudah bersih lebih dulu.
Mangrove juga menjadi green belt (sabuk hijau penahan abrasi) yang telah dikenalkan Jepang sejak tahun 1942. Hutan-hutan mangrove di pesisir utara Pulau jawa berfungsi sebagai penyerap polutan, pencegah intrusi air laut, penelitian dan pendidikan, penyimpan karbon, wisata alam, tempat pemijahan aneka biota laut, pelindung garis pantai dari abrasi dan tsunami, serta tempat berlindung dan berkembang biaknya berbagai jenis fauna ekosistem payau.
Bagi warga sekitar, lokasi di bawah akar dan batang pohon bakau juga menjadi tempat hidup kepiting, ikan, tiram yang bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat.
Ketika tsunami menyapu pantai-pantai, sebagian hilang. Yang tersisa adalah beberapa bakau tua yang batang dan akarnya sangat kuat. Mangrove adalah benteng kokoh yang membuat tsunami tidak membawa kehancuran lebih jauh ke pantai.
Strategi Surabaya untuk menghadapi badai air pasang, gelombang besar, dan tsunami sudah dilakukan. Kini bagaimana kita warga kota yang menjaga dan menambah kelestariannya. –sa