Kenapa air laut rasanya asin? Baca di sini penjelasannya.
Surabayastory.com – Pernah berenang di laut? Atau sekadar main-main di bibir laut? Bila tak sengaja mengecap airnya, maka lidah kita akan terasa asin. Apakah ada garam di setiap tetes air laut? Begini penjelasannya. Air laut umumnya memiliki salinitas 35% atau 35 ppt. Artinya 1 kg air laut mengandung 35 gram garam. Namun tingkat keasinan laut yang ada di dunia ini berbeda-beda. Kadar keasinan air laut ini dipengaruhi oleh faktor suhu. Biasanya semakin panas daerah tersebut air lautnya semakin asin.
Laut yang paling tawar berlokasi di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut Baltik. Yang paling asin adalah Laut Merah, di mana suhu tinggi dan sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi. Di sini masukan air dari sungai-sungai sedikit. Kadar garam Laut Mati sekitar 30% lebih tinggi dibandingkan air laut pada umumnya sehingga airnya pun 9 kali lebih asin dibandingkan air laut biasa.
Pertanyaannya sekarang kenapa air laut mengandung garam dan rasanya asin? Sebetulnya rasa asin pada air laut berasal dari daratan. Penjelasannya begini. Pada saat terjadi hujan di daratan air akan meresap dalam tanah dan sedikit demi sedikit akan keluar lagi melalui sungai-sungai dan akhirnya mencapai laut. Daratan dipenuhi dengan garam mineral yang terdapat di dalam batu-batuan dan tanah. Contohnya natrium, kalium, kalsium, dll. Apabila air sungai mengalir ke lautan, maka air tersebut membawa serta garam. Ombak laut yang memukul pantai juga dapat menghasilkan garam yang terdapat pada batu-batuan pantai. Lama-kelamaan air laut menjadi asin karena banyak mengandung garam.
Kita mengetahui laut mempunyai permukaan yang sangat luas sehingga hal ini menjadi salah satu faktor penguapan yang cukup besar. Pada saat air laut menguap yang menguap hanyalah H2O (air) sedangkan garam mineral tetap tinggal bersama air laut sehinggga air laut jadi berasa asin.
Lalu kenapa air di danau itu tidak berasa asin padahal airnya juga dari daratan? Jawabannya karena permukaan air danau tidak cukup luas sehingga penguapannya tidak begitu besar. Maksudnya air yang menguap dengan air yang masuk ke danau masih balance dan sumber mineralnya sangat terbatas beda dengan laut yang sumber mineralnya dari berbagai penjuru dunia menjadi satu.
Dari kadar asin, kini kikta berpindah ke pembagian zona laut. Dari pandangan Romimohtarto (2007), daerah oseanik ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu epipelagik,mesopelagik, batipelagik, dan abisopelagik.
- Epipelagik
Zona epipelagik memiliki kedalaman sampai 200 m. Epipelagik ini masih terjangkau cahaya matahari sehingga proses fotosintesis oleh organisme autotrof masih mungkin terjadi. Epipelagik dibagi menjadi tiga bagian yaitu zona dekat permukaan dimana penyinaran siang hari di atas optimal atau bahkan letal bagi fitoplankton. Penyinaran ini juga masih terlalu tinggi bagi zooplankton. Di bawah zona tersebut dinamakan zona bawah-permukaan yang merupakan tempat terjadinya pertumbuhan yang aktif sampai perairan yang agak dalam, di mana fitoplankton yang tidak berbiak aktif masih berlimpah. Zona ketiga atau area paling bawah merupakan tempat zooplankton yang biasa bermigrasi ke permukaan pada malam hari dan kembali pada siang hari. Jadi pada zona epipelagik ini organisme penghuninya cukup banyak hampir sama halnya pada daerah neritik.
Mesopelagik merupakan perairan yang berada di kedalaman 200-1000 m. Karena di area ini penyinaran sudah hampir atau bahkan tidak ada, maka tidak ada kegiatan produksi primer oleh produsen. Area ini kebanyakan dihuni oleh konsumen primer yang memanfaatkan bangkai-bangkai organisme dari lapisan di atasnya. Pada area ini tekanan lebih kecil dan persediaan makanan lebih banyak daripada lapisan yang ada di bawahnya.
Ciri dari biota yang hidup di zona ini, warnanya umumnya abu-abu keperakan atau hitam (ikan), ungu kelam (ubur-ubur) dan merah (crustacea), mata besar dan penglihatan senja (tingginya pigmen rodopsin dan kepadatan sel batang pada retina akan memberi kemampuan maksimum dalam melihat dan mendeteksi cahaya) dan bioluminusens yaitu kemampuan memproduksi cahaya pada makhluk hidup. Biasanya dilengkapi oleh organ penghasil cahaya (fotofor) serta memiliki mulut besar, morfologi mulut, rahang, gigi yang mendukung efektifitas penangkapan mangsa.
- Batipelagik
Batipelagik berada di kedalaman 1000-4000 m. Kondisi fisiknya seragam dan tidak ada aktivitas produsen sehingga hanya ada konsumen skunder seperti ikan. Suhu pada area ini sudah lebih rendah jika dibandingkan dengan lapisan diatasnya. Tumbuh-tumbuhan masih ada sedikit atau juga tidak ada sama sekali. Penghuni zona ini secara umum terdiri dari ikan yang umumnya berwarna hitam kelam. Sedangkan invertebratanya seakan tidak berpigmen (putih cerah), ukuran mata sangat kecil, bahkan tidak bermata. Bahkan ada yang memiliki mata berbentuk pipa (ikan Argyropelecus) dan sebelah matanya lebih besar (cumi-cumi Histioteuthis). Ikan yang ditemukan umumnya berukuran sangat kecil, namun invertebrata yang hidup umumnya berukuran sangat besar
- Abisopelagik
Abisopelagik merupakan area terdalam jika dibanding ketiga area lainnya. Biota laut yang hidup di area ini cenderung bertahan terhadap kegelapan, suhu semakin rendah dan tekanan pun semakin tinggi. Organisme yang hidup di area ini telah beradaptasi bahkan berevolusi seperti halnya ikan yang memiliki antena penghasil cahaya. Cahaya ini berasal dari senyawa kimia yang dihasilkan oleh sel-sel penyusun antenanya yang biasa di kenal sebagai biopendar cahaya (biolumiscence). Selain itu ikan memiliki gelembung renang yang lebih besar sehingga bisa melawan beratnya tekanan air. Gelembung renang akan terperas oleh tekanan sehingga sedikit ruang untuk gas, akibatnya ikan sedikit lebih ringan daripada berat air disekitarnya. Suhu yang rendah pada area ini juga membuat reaksi metabolisme menjadi lebih lambat. Pada area ini tidak ada lagi proses fotosintesis dan tumbuh-tumbuhan yang hidup sangat sedikit atau tidak ada sama sekali. Perubahan suhu, salinitas dan kondisi serupa jarang terjadi bahkan kalupun ada sangat kecil.
Kandungan CO 2 pada area ini sangat tinggi sehingga kapur mudah terlarut dalam air. Hal ini ditunjukkan oleh pembentukan cangkang yang lembek dari organisme yang hidup di area ini apa lagi kondisi air cenderung lebih tenang. Hal yang paling menjadi karakteristik dari area ini adalah kurangnya ketersediaan makanan. Makanan hanya berasal dari bangkai yang tenggelam sampai ke dasar. Sehingga tingkat kompetisi semakin tinggi dan makanan ini bisa jadi faktor pembatas di zona ini. Begitu juga dengan kandungan oksigen terlarut sangat rendah sehingga bisa juga menjadi faktor pembatas bagi organisme yang ada pada zona ini.
Pengelompokan wilayah laut berdasarkan kedalaman menghasilkan 5 zone berikut ini:
- Zona litoral (pasang surut)
Merupakan zone yang ada antara pasang naik tertinggi dengan pasang surut terendah. Zone ini dikatakan juga zone pantai yang merupakan paralihan antara darat dan laut.
- Zona neritik
Merupakan zone laut mulai dari wilayah pasang surut terendah sampai dengan kedalaman 200 meter. Zone neritis merupakan laut dangkal (continental shelf). Zona ini bisa sempit bisa sangat luas seprti dangkalan Sunda yang mencapai 1,8 juta km2. Dangkalan ini terjadi akibat adanya permukaan laut akibat pencairan es yang ada di kutub. Menurut ahli geologi kenaikan air laut tersebut diperkirakan 100 meter. Laut yang terjadi akibat permukaan air laut naik disebut transgresi.
- Zona batial
Memiliki kedalaman antara 200 – 1000 meter. Umumnya zone ini merupakan lereng yang curam yang merupakan dinding laut dan sebagai pinggir kontinen. Pada zona yang disebut juga Continental slope itu sering dijumpai ngarai (submarine canyon). Canyon ini merupakan kelanjutan muara-muara sungai besar.
- Zona abisal
Merupakan zone laut dalam yang punya kedalaman antara 1000-6000 meter. Pada kedalaman ini sinar matahari tidak tembus lagi. Oleh karena itu temperaturnya rendah dan pergerakan air tidak lagi dipengaruhi gelombang dan arus permukaan.
- Zone Hadal
Zone ini memiliki kedalaman lebih dari 6000 meter. Biasanya zone ini berupa trench, trough, slenk, basin. Misalnya Mariana trench, Philipina Trench, Japan Trench, Java Trench, dsbnya.
Begitulah story singkat tentang zona-zona laut dan kenapa air laut itu rasanya asin. Mungkin bisa menambah khasanah baru pengetahuan tentang laut dan isinya. –drs, dari berbagai sumber