Keyakinan dalam mewujudkan wisata ke bulan ini bukannya tanpa alasan. Berbagai percobaan sudah dilakukan. Pendaftarnya juga sudah membayar lunas biayanya.
Surabayastory.com – Bila kita berkunjung ke markas perusahaan roket hibrida, SpaceX,
di Hawthorne, California, di pinggiran kota Los Angeles, kita akan menemukan
dua poster raksasa Mars yang tergantung berdampingan di dinding dekat kantor
Musk. Poster di sebelah kiri menggambarkan Mars seperti sekarang: sebuah bola
merah yang dingin dan kosong. Poster
di sebelah kanan menunjukkan Mars versi imajiner dengan daratan hijau yang
mengelilingi manusia.
Musk ingin ini terjadi. Mengubah manusia menjadi pemukim ruang angkasa
adalah tujuan hidupnya yang pernah ia nyatakan. Dia menginginkan adanya rencana
cadangan untuk spesies manusia jika terjadi sesuatu yang sangat buruk di bumi,
misalnya saja bencana yang tak terduga seperti sebuah asteroid yang menabrak
planet ini atau penyakit mengerikan yang memusnahkan miliaran orang atau sebuah
isu seperti pemanasan global yang disebabkan oleh manusia sendiri.
“Saya ingin berpikir bahwa umat manusia memiliki masa depan yang
cerah,” katanya. “Jika kita dapat menciptakan energi yang
berkelanjutan dan menjadi spesies multiplanet dengan peradaban mandiri di
planet lain untuk mengatasi skenario terburuk yang terjadi dan memperluas
kesadaran manusia, dan sampai di sini ia berhenti sesaat dan kemudian
melanjutkan, saya pikir itu akan sangat bagus.”
Sebelum gagasan gila “bermukim di planet Mars” dari Elon Musk diwujudkan, untuk tahap awal akan dimulai dengan wisata ke bulan. Dan itu benar-benar akan dia wujudkan dalam waktu dekat ini. Perusahaan layanan transportasi luar angkasa, SpaceX, kini tengah mempersiapkan diri mengirim dua wisatawan untuk berkeliling di bulan di akhir tahun 2018. Namun dengan sederetan percobaan, jadwal ini diundur sekitar 2020. Pendaftarnya suda hada, dan ytelah membayar lunas biaya wisata keliling bulan.
Peluncuran Roket
Wisata ke bulan yang rencana awal akan diwujudkan pada akhir tahun 2018 akan menggunakan pesawat antariksa yang dikembangkan untuk astronot badan antariksa Amerika Serikat, NASA. Pendiri sekaligus CEO SpaceX Elon Musk mengatakan dalam jumpa pers, perjalanan wisata di luar orbit Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) ini didanai pihak swasta. Musk tidak menyebutkan identitas calon turis yang akan turut dalam wisata ini. “Saya pikir ada pasar untuk satu atau dua turis per tahun,” sebutnya.
Perjalanan wisata ruang angkasan ini diperkirakan akan memakan waktu satu pekan, dengan menggunakan roket Falcon Heavy garapan SpaceX. Jarak yang ditempuh sejauh 480.000 km hingga 640.000 km dari Bumi dan menggunakan jalur lintasan yang sama dengan Apollo 8 NASA pada tahun 1968. Tarif tur antariksa yang ditagih SpaceX diperkirakan bisa memberi kontribusi 10 hingga 20 persen untuk pendapatan perusahaan.
Keyakinan Musk dalam mewujudkan wisata ke bulan ini bukannya tanpa alasan. Belakangan ini ia berulangkali berhasil meluncurkan roket-roket ke ruang angkasa setelah tiga kali berturut-turut mengalami kegagalan (terakhir pada 28 September 2008). Pada peluncuran yang keempat akhirnya Falcon 1 SpaceX berhasil mencapai orbit. Andai saja peluncuran keempat yang menentukan tersebut juga berakhir dengan kegagalan, maka SpaceX akan berakhir dititik tersebut.
Pada tahun 2008, SpaceX memenangkan kontrak senilai 1,6 miliar dollar AS dari NASA. NASA memberikan proyek itu kepada space X karena terkesan dengan pencapaian SpaceX sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil meluncurkan roket berbahan bakar cair pertama ke orbit. Kontrak dari NASA senilai 1,6 miliar dollar AS berupa proyek menerbangkan astronot Amerika dari dan ke orbit bumi.
Salah satu proyek penting dalam kerja sama itu adalah pengembangan teknologi roket berbahan cair, Falcon 1, yang diluncurkan ke orbit bumi pada tahun 2009.
Pada tahun 2012, SpaceX juga membuat gebrakan dengan meluncurkan roket Falcon 9 dan pesawat kargo komersial pertama, “SpaceX Dragon”, ke stasiun luar angkasa internasional (International Space Station/ ISS) di orbit bumi.
Keberhasilan peluncuran Falcon 9 terletak pada tiga kaki hidrolik yang terlipat sehingga roket tersebut bisa mendarat kembali di Bumi setelah diluncurkan di ruang angkasa. Tampak sederhana memang, tapi faktanya belum ada satu pun badan antariksa yang mampu mengomersialkan perlengkapan ini, kecuali tim Elon Musk.
Tak ayal, keberhasilan Falcon 9 mendarat kembali di Bumi berkali-kali mendapat sambutan luar biasa dari komunitas antariksawan dunia. Presiden AS Barrack Obama bahkan sampai datang ke kantor Elon Musk di Hawthorne, California, untuk mengucapkan selamat, karena disadari bahwa masa depan teknologi keruangangkasaan AS ada di tangan orang-orang brilian. Sungguh tak mudah mendaratkan kembali roket besar yang masih menyala secara vertikal, namun SpaceX berhasil membuktikannya untuk pertama kali pada 16 Desember 2015. Di hadapan berbagai pihak dan engineer senior yang memandang penuh sangsi, roket tingkat satu Falcon 9 flight 20 yang baru saja melepas satelit komunikasi Orbcomm OG-2 ke orbit itu, berhasil mendarat sempurna di zona pendaratan Tanjung Canaveral, Florida, berkat ketiga kaki hodrolik yang amat fantastis itu.
Pendaratan lain yang tak kurang fenomenal terjadi pada 8 April 2016. Hari itu, Falcon 9 yang baru saja melepas kapsul logistik ke stasiun ruang angkasa internasional, bisa mendarat untuk pertama kalinya di landas pendaratan terapung di lepas pantai Florida.
Sejauh ini, SpaceX setidaknya telah berhasil mendaratkan kembali hampir 10 roket tingkat satu Falcon 9, yang sebagian besar dilakukan di laut. Keberhasilan ini kian menguatkan keyakinan bahwa sub-sistem serupa bisa digunakan juga untuk pendaratan manusia di Mars.
Di lain pihak, pendaratan kembali selongsong roket Falcon 9 membuka pula era program ruang angkasa yang jauh lebih murah dan efisien. Sebab, selongsong roket yang selanjutnya bisa digunakan kembali (reusable) tersebut bisa memangkas biaya peluncuran sampai 30 persen.
Namun perjalanan keberhasilan-keberhasilan itu juga diselilingi oleh sejumlah kegagalan. Kegagalan yang pernah terjadi dengan robohnya roket Falcon 9 tatkala sedang menjejakkan kaki di landas pendaratan terapung pada 16 Desember 2015. Kegagalan yang tak akan bisa dilupakan terjadi pada 12 September 2016 ketika baru saja menyala di landas luncur tiba-tiba Falcon 9 meledak, sekaligus menghancurkan muatan mahalnya berupa dua satelit komunikasi.
Peluncuran Tahun 2017
SpaceX dilaporkan memiliki rencana besar untuk roket besutannya, Falcon 9. Perusahaan yang dipimpin oleh Elon Musk itu berencana untuk meluncurkan roket lebih sering pada tahun ini. Dikutip dari The Verge, Rabu (8/2/2017), president SpaceX Gwynne Shotwell menuturkan perusahaannya sebisa mungkin akan meluncurkan roket setiap dua atau tiga minggu sekali sepanjang 2017.
Apabila berhasil, rencana tersebut akan menjadi peluncuran tercepat yang pernah dilakukan SpaceX dalam setahun. Rencana tersebut sebenarnya telah dicanangkan sejak tahun lalu. Ketika itu, Shotwell juga menuturkan seharusnya Falcon 9 bisa lebih sering meluncur pada 2016. Namun, rencana itu ternyata belum sepenuhnya berhasil. Penyebabnya adalah kegagalan saat peluncuran roket Falcon 9 pada September 2016. Akibatnya, perusahaan yang berbasis di California itu hanya bisa meluncurkan 8 kali misi Falcon dari sekitar 12 kali misi yang telah direncanakan sepanjang tahun 2016.
Sebagai informasi, penyelidikan atas penyebab kecelakaan dari misi terakhir Falcon 9 di 2016 itu sendiri telah terungkap. Bersama FAA dan NASA, SpaceX telah meninjau semua materi dan data rekaman dari peluncuran yang dilakukan di Cape Canaveral tersebut.
Hasil investigasi mengarah pada masalah saat pengisian bahan bakar pra-peluncuran yang berakibat roket meledak. SpaceX sendiri akan memberlakukan perbaikan jangka pendek dan panjang agar kejadian serupa tak terulang.
Kegagalan dari peluncuran roket Falcon 9 tersebut juga berakibat pada satelit milik Facebook. Satelit yang bernama Amos-6 itu ikut hancur saat uji coba peluncuran roket milik SpaceX tersebut.
Saat ini perusahaan SpaceX memiliki sekitar 70 misi yang mengantre diluncurkan, dengan total nilai 10 miliar dollar AS. Pada tahun 2017 iniSpaceX berusaha mewujudkan rencananya dengan melakukan serangkaian peluncuran sebagai berikut.
Januari 2017
Pada hari Sabtu, 14 Januari 2017 SpaceX meluncurkan roket Falcon 9 dari pangkalan angkatan udara Vandenberg, California, dan berhasil menuntaskan mekanisme tahap pertamanya dan mendarat di Pasifik. Ini langkah penting dalam pembuatan komponen roket yang bisa digunakan kembali.
Roket yang diluncurkan merupakan hasil modifikasi sebagai respon atas kecelakaan bulan September 2016, termasuk tabung helium yang dirancang ulang. SpaceX juga telah menyesuaikan prosedur pengisian bahan bakarnya untuk meminimalkan bahaya.
Perusahaan itu berharap dapat mengurangi biaya perjalanan antariksa di masa depan dengan membuat sistem yang bisa digunakan secara berulang-ulang agar bisa dijadikan kendaraan wisata ruang angkasa atau misi yang lain.
Roket Falcon 9 lepas landas dengan membawa 10 satelit komunikasi untuk ditempatkan di orbit sebelum kembali ke Bumi. Bagian tahap pertama roket itu mendarat di sebuah tongkang di Samudera Pasifik sekitar delapan menit setelah lepas landas.
Februari 2017
SpaceX juga berhasil meluncurkan roket kargo tak berawak Falcon 9 dari kompleks peluncuran Kennedy Space Center di Cape Canaveral, Florida pada Minggu (19/2 2017). Roket kargo tersebut membawa makanan dan kebutuhan lain bagi antariksawan di Stasiun Antariksa Internasional. Ini misi ke-10 dari 20 misi kargo yang dikontrakkan NASA kepada SpaceX.
Landasan peluncuran Kennedy Space Center terakhir digunakan untuk misi ulang alik terakhir NASA hampir enam tahun lalu.
Maret 2017
SpaceX akhirnya mencetak sejarah setelah sukses meluncurkan roket ‘daur ulang’ mereka pada Kamis, 30 Maret 2017 malam waktu setempat. Perusahaan yang dipimpin Elon Musk itu menjadi yang pertama dalam sejarah yang mampu menerbangkan sebuah roket yang sama lebih dari sekali.
Dengan pencapaian itu, roket Falcon
9 milik SpaceX merupakan roket luar angkasa yang menyentuh antariksa dua kali.
Sebelumnya tak pernah ada sebuah roket lain yang mampu terbang lebih dari
sekali. Keberhasilan itu ditandai dengan pendaratan kembali Falcon 9 dengan
mulus di kapal yang mengapung di Samudera Atlantik.
“Saya tak bisa berkata-kata,” ucap CEO SpaceX Elon Musk seperti
dikutip dari laman The Atlantic.
Falcon 9 ‘daur ulang’ pada penerbangan kedua kalinya ini mengangkut satelit komunikasi komersial milik operator satelit SES asal Luksemburg. Sementara itu, peluncuran Falcon 9 mengambil tempat di Cape Canaveral 39A, lokasi peluncuran berbagai misi bersejarah milik NASA.
Kendati demikian, tidak semua bagian dari roket Falcon 9 berasal dari penerbangan sebelumnya. Bagian tubuh yang bisa dipakai hanya berasal dari roket tingkat satu (first stage) yang berisi sebagian besar mesin roket.
Bagian roket itu sebelumnya dipakai untuk menerbangkan kargo suplai Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Dengan sedikit polesan di sana-sini, roket tingkat satu itu berhasil mengantarkan persediaan rutin bagi astronot NASA.
Kebanyakan roket akan hancur saat kembali melewati atmosfer bumi. Hal ini membuat biaya menerbangkan roket sangat mahal dan memakan waktu. SpaceX menghitung penghematan yang bisa mereka lakukan dengan menerbangkan roket bekas ini bisa mencapai 30 persen, dari sekitar 60 juta dollar AS menjadi 40 juta dollar AS.
Sebelumnya mereka telah mencatat rekor sebagai perusahaan swasta pertama yang berhasil mengirim wahana antariksa ke ISS pada 2012, pendaratan kembali roket setelah misi peluncuran pada 2015, dan pendaratan roket di permukaan mengapung di atas laut pada 2016.
CEO Elon Musk sesumbar Falcon 9 kelak bisa digunakan kembali hingga 100 kali, namun dalam jangka pendek ia mentargetkan bisa dipakai 10 hingga 20 kali saja. Perusahaan operator satelit SES yang berbasis di Luksemburg dipastikan akan menjadi mitra pertama pengguna roket daur ulang SpaceX. Kargo berisi satelit SES-10 rencananya akan dipakai menyediakan layanan komunikasi di Amerika Latin yang mengorbit di ketinggian 35 juta meter di atas permukaan Bumi.
Semakin sering SpaceX menggunakan kembali roket buatannya, tentu akan semakin meningkatkan manfaat ekonomi bagi perusahaannya. Mesin roket dan tanki bahan bakar menghabiskan biaya paling mahal, sedangkan bahan bakar dan perbaikan roket bisa memangkas beberapa juta dolar.
Mei 2017
Setelah sukses dengan pendaratan dan peluncuran kembali roket ‘daur ulang’, SpaceX untuk pertama kalinya dipercaya untuk meluncurkan satelit mata-mata badan militer AS. Peluncuran satelit mata-mata ini pertama kali dilakukan pada Senin (1/5) pagi waktu setempat di Kennedy Space Center NASA di Florida.
Berbeda dengan misi peluncuran Falcon 9 pada umumnya, SpaceX kali ini cenderung pelit informasi. Perusahaan milik Elon Musk ini tidak mengungkap muatan misterius yang dibawanya ke luar angkasa.
Mengutip CNet, salah satu bocoran fitur istimewa yang tersedia pada roket ini yaitu tampilan kamera yang bisa mengawasi keseluruhan tampilan bumi dari luar angkasa sepanjang waktu. Misi NROL-76 (National Reconnaissance Office) merupakan inisiasi yang digalang oleh badan militer AS.
Untuk menekan biaya, SpaceX kembali menggunakan roket rekondisinya pada peluncuran satelit mata-mata pertamanya itu. NROL-76 diluncurkan menggunakan roket rekondisi Falcon 9 dan pesawat ruang angkasa Dragon. Peluncuran roket mata-mata ini rencananya dilakukan pada Minggu (30/4), namun mendapatkan kendala pada sensor. Hal itu kemudian bisa diatasi sehingga misi NROL-76 berhasil meluncur dan mengorbit sehari setelahnya.
Di saat yang bersamaan dengan peluncuran roket, SpaceX juga kembali mengumumkan bahwa pihaknya telah berhasil mendaratkan kembali roket usai merampungkan misi luar angkasa. Roket rekondisi ini kembali mendarat di atas permukaan daratan. Dibandingkan pendaratan serupa di tengah laut, pihak SpaceX mengatakan pendaratan kali ini membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak ketimbang sebelumnya. –drs