Surabayastory.com – Siapapun pasti pernah mengalami cemburu. Karena itu orang menganggap cemburu itu hal yang biasa dan alamiah. Cemburu dalam kadar tertentu bisa membuat hubungan kita dengan pasangan romantis kita tambah hangat. Tapi kita juga sering melihat ternyata cemburu bisa menjadi awal bencana. Cemburu bisa merusak hubungan. Akibat cemburu orang bisa melakukan kekerasan, pembunuhan dan tindakan bunuh diri. Makanya cemburu mendapatkan sebutan Green Eyed Monster atau monster bermata hijau.
Membicarakan soal kecemburuan yang pertama harus dilakukan adalah memahami arti kecemburuan. Setiap ahli memiliki definisinya sendiri tentang cemburu sehingga bunyi definisinya pun akan beragam. Namun secara garis beras para ahli setuju bahwa yang disebut cemburu itu adalah rasa khawatir akan berpalingnya seorang yang kita cintai kepada orang lain, baik itu karena hanya sekedar fantasi atau memang berdasarkan bukti yang nyata.
Cemburu, seperti halnya kegembiraan, kesedihan, kemarahan, kekecewaan merupakan bagian dari emosi. Susan Krauss Whitbourne, Ph.D. dalam Fulfillment at Any Age, mengatakan emosi-emosi menjalankan fungsi penting dalam kehidupan kita. Emosi tidak hanya mempengaruhi diri kita sendiri tapi juga bagaimana kita berhubungan dengan orang lain. Kita lahir di dunia ini sebagai bayi dengan berteriak dan menangis. Walau akhirnya kita belajar untuk mengontrol sebagian besar ekspresi emosi kita, seringkali kita tak berhasil membendung munculnya emosi negatif yang membuat kita menjadi buruk.
Psikolog memahami emosi sebagai keadaan kompleks yang melibatkan pikiran, tubuh dan lingkungan eksternal. Sebagaimana diringkaskan ilmuwan Stanford University, Elise Dan-Glausner dan James Gross (2013), emosi-emosi merupakan penilaian yang memiliki pola dan membawa kita pada perubahan-perubahan terkoordinasi terhadap sistem respon eksperimental, tingkah laku, dan psikologis.
Emosi kita bekerja berdasarkan persepsi kita terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kita dan lingkungan kita. Pada gilirannya, emosi membawa kita untuk menunjukkan satu atau lebih pola-pola perilaku. Ketika sesuatu membuatmu marah, Anda mungkin akan mencaci-maki, dan ketika sesuatu membuatmu sedih, Anda menangis. Ketika Anda mengalami emosi positif dari cinta mungkin anda menunjukkan perhatian dan ketika sesuatu kelucuan hadir di hadapan, Anda mungkin akan tertawa.
Kemampuan untuk memahami dan mengontrol respon emosional merupakan keahlian pokok yang mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain. Orang akan menjauhimu apabila anda secara terus-menerus menyatakan emosi-emosi negatif.
Definisi tentang cemburu lainnya diungkap Melissa Kirk. Dalam Let’s Talk About Jealousy, ia mengatakan, intinya kecemburuan itu adalah rasa takut akan kehilangan seseorang yang berharga buatmu. Mungkin kita khawatir kekasih kita akan beralih kepada orang yang pernah berbicara kepadanya. Bahkan bisa jadi kita khawatir kekasih kita jatuh ke pesaing setelah kita mati.
Melissa mengungkapkan perasaan cemburu, yang pernah ia rasakan, dalam sebuah surat yang pernah ia tulis kepada bekas kekasihnya. Ia mengungkapkan betapa dalamnya perasaan-perasaan cemburunya, yang berakar pada rasa takut akan kematian, suatu rasa takut kehilangan perhatiannya, dan posisinya digantikan oleh seseorang yang lain. Ia benar-benar takut menghilang dari pikiran dan imajinasinya.
Iri (Envy)
Kecemburuan seringkali disamakan iri (envy) padahal keduanya berbeda. Dictionary.com mendefinisikan iri sebagai perasaan tak senang atau iri terhadap keberuntungan, kesuksesan, pemilikan, dll orang lain. Sehingga ketika kita iri terhadap seseorang akan sesuatu yang mereka punyai, kita menginginkannya juga untuk diri kita sendiri, dan kita merasa marah atau tidak gembira ketika kita tidak memilikinya. Masalahnya adalah bahwa perasaan-perasaan ini memberikan efek ganda terhadap harga diri.
Pakar psikoanalis Inggris, Melanie Klein mengatakan bahwa kenapa kita merasa buruk ketika mengalami perasaan iri? Itu karena bersamaan dengan adanya keinginan untuk memiliki apapun yang dimiliki orang lain, kita juga merasa ingin menghancurkan mereka, ingin merusak perasaan-perasaan bahagia mereka dan apapun yang mereka miliki yang kita percayai membuat mereka merasa bahagia. Biasanya, walaupun tidak selalu, ini bukan hasrat yang disadari. Itu adalah emosi tak sadar yang kuat sehingga tidak ada sesuatupun bisa membantu kita merasakan diri kita lebih baik.
Menurut Harris, di kalangan wanita bisa muncul perasaan bahwa kita tidak feminin, tidak dicintai dan tidak menarik (lucunya gagasan-gagasan seperti ini datang secara bersamaan), yang disertai perasaan-perasaan marah, pertentangan dan berpotensi melukai orang lain.
Sebagaimana dipaparkan penulis psikoanalis, Ruth Moulton, kita merasa kehilangan penerimaan dari orang lain apabila kita terlalu menunjukkan hasrat kita untuk menang. Rasa iri sering dipandang sebagai tanda persaingan “memperebutkan posisi puncak”. Agar kita tidak merasakan iri kita meletakkan diri kita di bawah, atau kita menyembunyikan prestasi kita, atau kita benar-benar membiarkan diri kita kalah. Tapi tentu saja permainan ini tidak efektif. Hal-hal seperti ini hanya membuat kita merasa buruk terhadap kita sendiri. Jadi apa yang harus kita lakukan?
Bagi Ruth, berdasarkan ide lama tentang imitasi dan sanjungan, rasa iri benar-benar merupakan bentuk tertinggi dari sanjungan. Bukankah siapapun yang menjadi obyek rasa iri karena di dalam dirinya ada sesuatu yang dikagumi oleh orang mengirinya? Kita menginginkan apa saja yang dimiliki seseorang karena kita berpikir itu yang membuat mereka spesial dalam beberapa hal, dan kita berpikir bahwa apabila kita memilikinya, kita akan merasa khusus juga.
Senada dengan yang dikatakan Ruth, Temma Ehrenfeld (2013) Dalam When You Can’t Be Happy For a Friend mengatakan bahwa iri adalah sifat yang umum dan normal. Walaupun demikian, kita cenderung menyangkalnya.
Richard Smith, seorang ahli tentang iri yang mengajar psikologi di University of Kentucky, mengutip seorang psikoterapis mengatakan, ‘Tidak ada pasien yang pernah mengatakan kepadaku bahwa mereka memiliki problem dengan iri, bahkan walaupun saya melihatnya ada di dalam diri mereka, yang secara mendasar menyatakan, “Saya inferior, dan Saya benci.”
Menurut penelitian, iri mulai muncul ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain sepanjang waktu. Ketika kita menilai bahwa kita inferior atau kekurangan sifat-sifat atau kondisi yang diharapkan, apakah itu kecantikan, kepintaran, uang, atau perkawinan yang bahagia, biasanya kemudian merasa merasa benci dan fokus pada kesalahan dan kekurangan pada pesaing.
Karena itulah ketika iri ini mulai tumbuh tempat kerja jadi penuh gosip. Orang-orang di tempat kerja tidak begitu mudah menyadari bahwa mereka iri terhadap seorang bintang yang sedang lahir.
Dari definisi, makna, serta pemahaman-pemahaman ini, kita bisa menarik simpulan kecil tentang mengontrol diri, mengendalikan emosi, serta tak terjebak dalam imajinasi negatif. Memilih lingkungan yang lebih merdeka dan saling menghargai adalah salah satu pilihan terbaik. –sa