Banyak hal unik dan menarik yang melingkupi kehidupan Pramoedya Ananta Toer. Sesuatu yang mungkin tidak lazim dalam kehidupan sehari-hari.

Surabayastory.com – Pramoedya Ananta Toer selalu menempatkan otoritas dirinya yang merdeka dan berdaulat atas kemauan diri sendiri tanpa menyakiti orang lain. Kemerdekaan pribadi sebagai individu manusia menurut Pram –sapaan Pramoedya—adalah tingkatan tertinggi seseorang sebagai anak manusia. Dari sudut pandangnya ini, ada beberapa cerita unik yang mungkin tak lazim bagi masyarakat umum. Mari kita simak beberapa cerita di antaranya.
Maemunah adalah Kekuatan
Semangat hidup Pram kembali bergelora setelah bertemu dengan isteri keduanya, Maemunah. Seperti yang diceritakannya pada anaknya, Astuti. Dalam sebuah surat, Pram menceritakan awal pertemuannya dengan Maemunah yang sedang menjaga stand buku Toko Gunung Agung di Pameran Buku. “Pertemuan dan perkenalan dengan ibumu membikin semangat hidupku bangkit kembali. Dengan dia aku akan hidup.” Sebelumnya Pram yakin bahwa ia akan mati sebelum 30 tahun, namun kini ia menemukan bara kehidupan baru. “Hubungan kami polos, tanpa sesuatu syarat, suatu hubungan yang sederhana, indah tanpa pretensi.”
Bawang Putih Makanan Penutup
Setelah selesai makan, sebagai makanan penutup, Pram memiliki kebiasaan unik. Sehabis makan, Pram selalu makan bawang putih. Alasannya, ia percaya bawang putih dapat dijadikan sebagai obat. Dalam sehari 1-2 siung.
Daya Hidup Karena Cucu
Pram sangat dekat sekaligus menginspirasi cucu-cucunya. Pram sebenarnya sosok pribadi yang penyendiri dan penyuka sepi. Tetapi, ia selalu merasa nyaman dengan ramai cucu-cucunya. Pram juga selalu kangen mendengar para cucunya bernyanyi. Ketika Pram sakit, ia bisa berangsur sembuh ketika mendengar cucu-cucunya datang dan menyanyikan lagu-lagu. Dengan mendengar cucu-cucunya menyanyi, selalu membangkitkan daya hidupnya. Pram sangat suka diperdengarkan lagu Amor, amor, juga Ave Maria dengan semi seriosa. Pram juga pernah dinyanyikan lagu-lagu PeterPan, Pram tidak mengerti, tapi ia senang mendengarnya.
Tiga Kali Tidak Naik Kelas
Meskipun Pram dikenal sebagai seorang sastrawan besar, namun masa sekolah dasar Pram tak berjalan baik. Pram sebagai anak seorang guru sekolah Boedi Oetomo di Blora, ternyata tiga kali tak naik kelas di Sekolah Dasar! Ini membuat ayahnya murka dan menganggap Pram sebagai anak bodoh. Ayahnya, mengajarinya sendiri hingga lulus sekolah dasar. Karena itu pula ayahnya memutuskan untuk tidak mendaftarkan Pram untuk melanjutkan pendidikan.
Rahasia Umur Panjang
Pram dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia yang panjang umur. Pram meninggal di usia 81 tahun. Apa resep rahasia panjang umur menurut Pram? Kata Pram,” Sering tersenyum, atur pernafasan, makan bawang putih dan minum anggur merah.” Lebih dari itu, Pram mengatakan kunci lainnya adalah terus bekerja. Ketika ditahan di Pulau Buru, Pram menjaga kesehatannya dengan mencangkul. Ia pernah berkata, dengan terus bekerja, ia terhindar dari penyakit stroke.
Hobi Bakar Sampah
Ini hobi unik Pram. Kalau dilarang, ia hanya berkata, “Bakar sampah saja kok dilarang.” Padahal yang terbakar bukan hanya sampah, tetapi juga tanaman yang ada di sekitarnya. “Acara” bakar sampah ini biasanya dilakukan pukul tujuh sampai delapan pagi. Hobi membakar sampah ini tidak baru-baru saja di Bojonggede, tetapi ketika masih tinggal di Utan Kayu Jakarta. Namun, di Bojonggede, Pram lebih leluasa. Tak ada tetangga yang terganggu dengan bau asapnya. Pram membakar sampah sampai habis tak bersisa. Mungkin itu untuk meluapkan emosinya. Itu kepuasan buat dia.
Bekerja Sepanjang Hidup
Pram itu sepanjang hidupnya bekerja. Bahkan di kala tidur. Pram sering mengigau tentang apa saja yang sedang dikerjakan dan akan dikerjakannya. Pram tidak selalu mengetik, tetapi dia selalu aktif. Setiap hari, Pram biasanya sudah mulai terbangun pukul 2-3 dinihari. Biasanya Pram mulai membaca apapun, koran, majalah, dan catatan. Setelah itu mulai membuat catatan lalu memulai menulis dengan mesin ketiknya. Selain menulis cerita ia juga sedikit demi sedikit menulis ensiklopedia Indonesia, proyek besar yang lama ia impikan.
Ketika pagi mulai menjelang, Pram mulai membaca koran yang baru datang, memilah-milah, lalu memotong beberapa diantaranya sebagai kliping. Setelah itu Pram istirahat, sarapan, minum kopi, merokok atau melakukan hobinya membakar sampah. Setelah itu ia mengetik lagi, bisa di ruang kerjanya (di perpustakaan), bisa juga di dapur karena ia ingin selalu dekat dengan isterinya.
Disiplin
Meskipun banyak yang mengenal seniman itu seenaknya sendiri dan tidak punya tenggat waktu (deadline), Pram justru sebaliknya. Pram dikenal sangat produktif dan disiplin! Bangun tidur langsung membuat catatan. Keseharian Pram memang disiplin, mulai bekerja sampai jadwal makan. Meski sering lupa istirahat, ia tidak pernah absen makan. Sarapan, makan siang, dan makan malam tetap teratur. Kegiatan makan seakan seperti waktu istirahat. Selebihnya kembali lagi menulis. Namun di sela kegiatan menulis.
Pernah Jadi Militer
Meskipun di kemudian hari sangat membenci tentara, Pramoedya Ananta Toer ternyata pernah menjadi militer. Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karir militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949. Namun setelah lepas dari penjara politik, Pramoedya Ananta Toer wajib lapor ke Kodim Jakarta Timur satu kali dalam seminggu, selama dua tahun.
Pram Orang yang Peka
Pram juga dikenal orang-orang terdekatnya sebagai orang yang peka terhadap lingkungan sekitarnya. Ia senang menolong siapa saja. Pram bisa dengan sigap menolong ketika bahaya dating. Salah satu yang dikenang keluarga adalah ketika salah satu cucunya hampir tenggelam di kubangan lumpur Beledug Kuwu. Dengan sigap, Pram yang saat itu berusia 70 tahun, langsung lari dan mengangkat cucunya.
Tidak Suka Kekerasan
Meskipun Pram dikenal keras dengan pendiriannya, Pram sejatinya menyukai keadaan yang tenang. Pram juga tidak suka dengan kekerasan. Sejak dini ia mengajari kedua cucunya itu agar tidak mengenal kekerasan. Segala bentuk mainan yang memiliki indikasi kekerasan dan membuat kesakitan, langsung ia larang. “Saya tidak mau anak-cucu saya jadi korban kekerasan dan pelaku kekerasan,” kata Pram saat itu.
Film
Pram menginginkan orang Indonesia yang menjadi produser untuk film atas karya-karyanya. Beberapa karyanya terdahulu telah difilmkan di beberapa negara asing, yang cenderung ke film non-komersil dan peredarannya dilarang di Indonesia. Karya Bumi Manusia sebenarnya diminati Oliver Stone (sutradara ternama Amerika) yang kabarnya berani membeli hak memfilmkan dengan nilai sekitar 1,5 juta dollar AS (sekitar21 miliar rupiah). Tetapi Pram menolaknya. Ia ingin sutradara dan produser Indonesia yang membuat filmnya. Kabarnya Tetralogi Buru, Gadis Pantai, Mangir, akan segera difilmkan. –sa