Kepribadian seseorang sangat terkait dengan cara mengasuh sejak balita. Salah langkah mengasuh, pribadi “salah” akan terbawa hingga dewasa.

Surabayastory.com – Pertumbuhan jiwa dan fisik harus dilakukan sisi demi sisi. Jika seorang anak mengalami ketidak-seimbangan perkembangan, misalnya hanya perkembangan badan saja atau hanya jiwa saja, tanpa adanya cukup perhatian terhadap kemajuan sisi lainnya, maka anak ini tidak akan dapat tumbuh menjadi orang yang sehat dan normal.
Kecenderungan serta insting yang alami dan melekat pada seorang anak dibentuk atau dicetak dari tipe pengasuhan yang diterimanya baik di rumah maupun di sekolah. Tentu saja seorang anak akan mengalami pertumbuhan badan setelah mendapat makanan dan perhatian yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, tetapi sebuah pertumbuhan tidak dapat dibandingkan dengan pengasuhan anak yang benar.
Untuk mengasuh seorang anak, orang tua dan pihak sekolah, terutama orang tua harus menambahkan hal-hal menarik lainnya demi terpenuhinya jiwa dan tubuh yang sehat dari seorang anak. Karena alasan inilah, kegiatan ekstra-kurikuler sangat ditekankan di sekolah-sekolah.
Dalam tahun-tahun pembentukan ini seorang anak harus diajari berbagai nilai, kehidupan sosial dan kebaikan. Anak-anak harus kita latih untuk menjadi makhluk sosial yang bijaksana, shingga dia mampu memberikan manfaat kepada masyarakat dan kemanusiaan secara umum. Yang paling penting, seorang anak harus diajari mengenai martabat dan kemampuan mengendalikan diri karena dengan latihan-latihan inilah seorang anak dapat mempelajari seni dan keuntungan dari memikul tanggung jawab sebagai orang dewasa. Oleh karena itu, meskipun penting, perkembangan fisik hanya merupakan sebagian dari masalah yang dibahas. Sebagian yang lain adalah pelatihan yang sesuai untuk perkembangan kecerdasan jiwa dari anak yang bersangkutan.
Kenyataannya anak-anak miskin, yatim piatu, anak-anak yang tak terawat, merupakan bagian dari masyarakat yang cenderung lebih mudah untuk tersentuh keburukan dunia. Di sisi lain seorang anak yang berasal dari latar belakang yang terhormat biasanya sulit untuk berpaling dari kebiasaan akan kebaikan kata hatinya meskipun mendapatkan dorongan dari teman buruknya.
Pola Asuh
Oleh karena itu, pola pengasuhan yang baik akan mengeset jalur untuk seorang anak dan sampai pada batas tertentu membantunya meraih takdir yang bermoral dan berharga. Memang benar bahwa, karena masa kanak-kanak merupakan suatu masa yang terbuka terhadap seluruh jenis reaksi dari luar maka seorang anak akan cenderung memiliki beragam kebiasaan buruk. Dan juga benar bahwa masa kanak-kanak merupakan masa ketika kebiasaan-kebiasaan buruk dengan mudah akan terlepas dan menjauh untuk selamanya.
Hal yang sama mungkin tidak akan bertahan di tahun-tahun kemudian, sebuah kesalahan kecil yang bisa dengan mudahnya diperbaiki dengan hanya melibatkan sebuah caci maki ringan di masa kanak-kanak, mungkin di masa remaja akan menimbulkan adu pukul atau bahkan hukuman yang lebih keras di kehidupan orang dewasa.
Masa kanak-kanak merupakan umur yang tepat bagi seorang anak untuk dididik agar bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tidak ada gunanya memaki anak kecil karena berkata bohong ketika dia pernah diajarkan untuk berbohong kepada seorang tamu dengan mengatakan bahwa ayahnya tidak ada di rumah. Dalam beberapa rumah tangga, seorang anak dihargai ketika dia bisa membantu mengatasi situasi yang tidak enak dengan berbohong dan seorang anak yang tidak mampu mengatasi situasi dianggap aneh.
Bagaimana bisa kita mengharapkan agar kelak ketika tumbuh dewasa anak tersebut mempelajari nilai-nila kebenaran, kejujuran, integritas, karakter baik dan sebagainya.
Dalam proses pengasuhan, hal yang paling penting adalah tingkah laku orang tua atau walinya begitu juga ajaran yang ditanamkan oleh para guru. Beberapa orang tua yang mengirim anaknya ke sekolah berasrama menerapkan pengendalian diri yang maksimal ketika anaknya pulang ke rumah untuk liburan.
Ini merupakan hal yang paling pantas dilakukan. Tindak-tanduk yang dipraktekkan oleh para pengasuh atau mereka yang berwenang merupakan hal yang lebih penting dalam memberikan pendidikan yang benar kepada seorang anak dibanding dengan memberikan instruksi verbal atau peraturan tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
Untuk para orang tua yang anak-anaknya tinggal bersama mereka sepanjang waktu, penting sekali bagi mereka untuk menahan emosi dan kehendak hati mereka. Saling menuduh atau menyalahkan satu sama lain merupakan contoh dari tingkah laku orang tua yang salah karena hal ini akan menimbulkan kebingungan bagi sang anak, dan ketika sang anak merasa gelisah dan tersesat, dia tidak tahu jalan hidup yang bagaimana yang akan ditempuhnya atau dengan teman-teman yang seperti apa dia bisa mendapat pergaulan yang menyenangkan.
Ledakan emosi dari orang tua pasti akan terjadi, dan hal ini masih bisa diterima mengingat baik sang ayah maupun ibu pasti tahu bagaimana cara mengontrol diri mereka pada momen-momen yang tak bisa dihindari.
Peran Ayah-Ibu
Dalam hal ini tanggung-jawab terletak pada diri orang tua. Sang ayah berperan sebagai jenderal dalam kehidupan keluarga dan berfungsi sebagai pemelihara kedisiplinan dan tata tertib rumah tangga, serta memberikan perlindungan dan jaminan rasa aman kepada seluruh anggota keluarga. Sang ibu berperan dalam menyediakan kenyamanan, kemudahan, kebersihan dan segi-segi lain dalam kehidupan keluarga. Bagaimanapun juga ayah memiliki tanggung jawab yang besar. Jika sang ayah adalah seorang yang biasa bangun pagi, maka anak-anaknya bisa diharapkan untuk bangun pagi. Jika sang ayah adalah orang yang malas dan lesu, anak-anaknya tidak bisa diharapkan untuk menjadi orang yang aktif dan tekun.
Gagasan bahwa jika seseorang tidak memiliki banyak uang atau kaya, dia tidak akan dapat membesarkan anak-anak dengan benar adalah merupakan gagasan yang salah. Memang benar bahwa tingkat kekayaan yang berbeda menghasilkan standar kehidupan yang berbeda, tetapi disamping standar keuangan, hal yang membangun sifat dasar dari seorang anak adalah perlindungan, semangat dan perhatian orang tua. Anak dari seseorang yang kaya jika disia-siakan oleh orang tuanya, maka akan lebih sulit baginya untuk menjadi warga negara yang baik dibanding seorang lelaki biasa yang telah menerima seluruh curahan cinta dan didikan dari orang tuanya. –drs