Tsunami yang menghantui umat manusia, bisa dikelola dan ditahan dengan berbagai upaya dan cara. Salah satunya menanam pohon yang tepat di sepanjang pantai. Surabaya sudah melakukannya.
Surabayastory.com – Dengan tanpa banyak suara, Surabaya sudah melakukan langkah antisipasi terhadap bahaya tsunami. Berbagai upaya dilakukan untuk mereduksi potensi bencana yang merusak apa saja di sekitar pantai. Cara-cara sederhana dilakukan, mulai dari pengelolaan wilayah pantai, menanami dengan pohon tahan gelombang di sepanjang garis pantai, hingga reboisasi hutan-hutan kota dan mengembalikan ketebalan hutan mangrovenya.
Tsunami seakan sudah sangat dekat dengan kehidupan manusia Indonesia saat ini. Sekitar 20 tahun yang lalu, kalaupun ada bencana tsunami alias gelombang besar, itu pasti terjadi di luar negeri. Namun saat ini, bahaya besar itu telah mengintai di setiap pantai-pantai kita.
Tsunami memang bencana yang luar biasa. Namun jika ditilik lebih saksama, bencana ini yang sebenarnya bukanlah secara tiba-tiba, melainkan ada penyebabnya. Istilah tsunami bermula dari kejadian bencana di Jepang 15 Juni 1896. Kala itu sebuah gempa besar terjadi di Jepang yang menyebabkan gelombang besar yang kembali ke daratan sehingga menewaskan sekitar 22.000 orang serta merusak pantai timur Honshu sepanjang 280 km. Kejadian tersebut kemudian disebut dengan tsunami dan istilah itu mulai tersebar luas di belahan dunia.
Tsunami kemudian menjadi “hantu bahaya” yang selalu menyelimuti benak manusia di daerah pantai. Di Indonesia tsunami di Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 menjadi tanda bahaya terbesar yang akan terus dikenang. Di negeri kita ini, tsunami diperkirakan terjadi pertama kali pada tahun 1618 di Nusa Tenggara Barat. Dalam kurun waktu tahun 1600 sampai 2006, Indonesia telah mengalami 108 kali kejadian tsunami. Sekitar 90% tsunami di Indonesia disebabkan gempa tektonik, 9% akibat letusan gunung api, dan hanya 1% dipicu oleh tanah longsor.
Tsunami telah menjadi bencana yang paling menakutkan saat ini. Jika ia datang, bibir pantai akan luluh lantak. Pemukiman habis dilalap air dan korban jiwa berjatuhan.
Sebenarnya, dari kejadian-kejadian itu, Jepang belajar banyak. Tidak masalah tsunami itu datang,asalkan tidak membawa korban jiwa yang banyak. Kemudian persiapan dini untuk menghalangi tsunami mulai dilakukan. Persiapan-persiapan itu adalah dengan menjaga ekosistem yang ada pada atau sekitar laut. Apabila ekosistem tidak dipelihara dengan baik, maka tentu saja jika tsunami datang akan dapat merenggut jiwa yang besar.
Tsunami memang ganas. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat setara dengan kecepatan pesawat terbang. Kecepatannya mencapai 500-1000 km per jam. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.
Tsunami dalam arti harfiah adalah perpindahan badan air. Penyebabnya perubahan permukaan laut secara vertikal secara tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan beberapa factor. Diantaranya yang umum adalah gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Dari perubahan permukaan itu akan menimbulkan gelombang tsunami yang merambat ke segala arah.
Penghadang Tsunami
Dari penyebeb-penyebab itu kemudian dibuatlah cara-cara untuk mencegah tsunami. Sebaliknya, juga dilakukan langkah untuk mereduksi kemungkinan timbul korban lebih besar akibat tsunami. Deteksi awal (mitigasi) bencana kemudian dirancang dengan berbagai pendekatan. Upaya mitigasi secara fisik bergantung pada kondisi fisik pantai, tata ruang, tata guna lahan, serta biaya.
Meredam tsunami bisa dilakukan dengan cara paling sederhana, yaitu dengan membuat sabuk hijau (green belt), perlindungan daerah pantai dari bencana tsunami dengan menggunakan vegetasi, seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia), mangrove, pohon api-api (sejenis mangrove), kelapa, nipah, dan vegetasi lainnya yang berhabitat di pantai.
Dari cara sederhana itu kemudian akan membentuk ekosistem yang sehat. Ekosistem sepanjang pantai ini yang sangat penting untuk meredam tsunami. Pohon-pohonan yang mempunyai kekuatan akar serta batang yang liat mampu menangkal tsunami. Sebagai penghalang tsunami, pohon-pohon pantai yang punya manfaat tinggi, diantaranya adalah:
- Kelapa
Ini adalah pohon khas daerah pantai. Pohon kelapa punya struktur yang pas dalam menghadang gelombang. Akarnya meski serabut, cukup kuat mencengkeram pasir pantai. Batang pohonnya kuat namun fleksibel. Namun sayang, pohon yang punya daya besar sebagai penghadang tsunami sudah kurang akrab di pantai-pantai kita.
- Mangrove
Hutan mangrove alias hutan bakau menjadi vegetasi kedua yang sangat efektif meredam gelombang air laut dan tsunami. Akar-akar hidup mangrove juga mencegah terjadinya abrasi pantai. Pohon Mangrove adalah pohon pohon pelindung. Kota Surabaya yang sedang gencang mengonservasi mangrove di sepanjang pantai timurnya, akan sangat membantui untuk menahan kemungkinan tsunami yang datang. Pohon mangrove ini dapat menahan ombak besar masuk ke daratan.
Untuk bisa meredam tsunami, parameter yang paling penting ketebalan mangrove dari pantai sampai ujung hutan mangrove yang menghadap langsung ke laut. Dengan kerapatan mangrove yang terjaga gelombang besar akan tertahan sebelum pantai. Sabuk hijau dari gugusan mangrove adalah metode sangat efektif.
- Cemara Udang
Pohon ini juga mempunyai peranan penting sebagai pohon pelindung untuk menghalangi bencana tsunami datang. Ketika sebuah pantai sulit untuk ditanami kelapa dan mangrove, cemara udang adalah jawaban yang tepat. Vegetasi ini sudah terbukti ampuh untuk menangkal tsunami. Pantai-pantai di Thailand sudah membuktikannya.
- Ekosistem Laut
Dari beberapa vegetasi di atas, yang terpenting juga adalah menjaga ekosistem dalam lautan, seperti tanaman dalam laut, terumbu karang dan ikan-ikan. Manusia yang tak mampu mengendalikan ekosistem, sebenarnya akan membahayakan dirinya sendiri. Karena pada dasarnya manusia dan alam lingkungan ini adalah hidup berdampingan dalam harmoni. Tak ada yang bias mengambil lebih banyak dari salah satunya. Siklus lingkungan yang rusak, serta ekosistem yang tercampak, maka bencana akan siap-siap datang.
Sebagai negeri yang berada dalam daerah ring of fire, membuat negeri ini sangat rentan terjadi gempa vulkanik maupun tektonik sehingga sangat berpotensi juga untuk terjadi tsunami. Negara-negara yang rawan terkena bencana ini di antaranya adalah Indonesia, Jepang, Filipina, Papua Nugini, India, Bangladesh, Maladewa, dan Australia.
Melihat Surabaya yang berada di tepi pantai, cara-cara sederhana seperti ini patut untuk dicoba dan diterapkan. Lebih baik mencegah daripada mengobati tsunami yang merusak. –sa