Meninggalkan dan ditinggalkan, bukanlah akhir dari kisah cinta dan kehidupan.

Surabayastory.com – Ini ada sebuah cerita, tentang kehidupan cinta dalam rumah tangga yang sangat dekat dengan diri kita. Ada cinta sebelumnya, jatuh, dicampakkan, berusaha bangkit, dan cinta setelahnya. Meninggalkan dan ditinggalkan bukanlah akhir dari sebuah cerita cinta, apalagi cerita kehidupan. Temukan cinta sejatimu, dan raih kehidupan yang lebih baik.
Kita nikmati ceritanya diakhir pekan ini, kuatkan batinmu, raih impianmu untuk kehidupan masa depan. Selamat menikmati.
Hari ketika suamiku mengatakan dia menginginkan sebuah pernikahan ’’terbuka’’ hidupku berakhir sudah.
Baginya itu adalah pilihan yang paling beralasan, sedangkan bagiku itu adalah istilah lain untuk ’’kebebasan berbuat curang.’’ Apa yang diinginkannya adalah menjadi ’’tak terikat’’.
Pengaturan baru ini kemudian menghancurkan kehidupan keluargaku dan pernikahan kami yang telah berjalan selama dua puluh tahun. Suamiku datang dan pergi seperti penumpang dan setiap kepergian suamiku rasanya seperti pisau yang menusuk jantungku. Aku tahu benar bagaimana dia dulu sebenarnya. Aku pindah dari tempat tidurnya dan dia keluar dari hidupku. Ketika kami bertemu satu sama lain kami beradu mulut dan bertengkar dan aku jadi depresi. ’’Teganya dia melakukan ini padaku?’’ Aku berlari, tidak pernah berpikir untuk memperhatikan diri sendiri.
Aku tahu, aku harus bercerai. Tetapi aku tidak bekerja kala itu dan bergantung secara finansial kepadanya untuk merawat tiga putra kami. Jadi aku putuskan untuk tetap tinggal, meski kemiskinan dan penderitaan akan lebih mudah daripada menjalani kebohongan ini.
Hidup mulai kehilangan maknanya ketika aku beraksi layaknya sebuah ’’keluarga bahagia’’ kepada teman-teman dan keluarga. Aku banyak menghabiskan waktu menyesali diriku sendiri dan kehilangan kepecayaan dan penghargaan diri. Aku semakin jarang melihat suamiku dan mulai merasakan kesepian yang menakutkan dan tidak dicintai. Secara diam-diam aku menginginkan seseorang yang bisa memeluk dan mencintaiku. Namun aku harus pergi ke tempat tidur sendiri dan hanya bisa bermimpi. Tetapi aku tahu, aku tidak mungkin menarik seorang pria sementara aku tengah merasa merana. Pada satu kesempatan aku pergi dengan seorang teman wanita yang belum menikah, berbelanja ’’cinta sejati.’’ Tidak mengejutkan jika usaha kami mengalami kegagalan.
Setelah satu tahun berlalu, sesuatu terjadi. Sesuatu yang mengubah bayangan tentang diriku sendiri. Seorang teman yang senang melakukan skydiving mencoba berbicara padaku dan mengajakku melakukannya. Membayangkan untuk melompat keluar dari sebuah pesawat terbang begitu menakutkanku, tetapi aku sadar aku butuh tantangan. Mungkin secara instink aku tahu kalau menghadapi rasa takut dari luar akan memberiku dorongan untuk melihat dan mengatasi rasa takut internalku. Aku akhirnya benar-benar melompat, dan secara mengejutkanku, aku menyukainya.
Ini mendorongku untuk mencari tantangan fisikal lainnya, jadi aku mencoba rock-climbing dan menikmatinya juga. Rock-climbing adalah sebuah cabang olah raga yang menantang yang membutuhkan konsentrasi total. Jadi olah raga ini menuntut untuk menghilangkan semua persoalan pribadi. Dengan mengambil risiko dan mengatasi rasa takutku aku tumbuh semakin kuat. Harga diri serta kepercayaanku terdorong semakin kuat. Aku menyukai sosok baru yang ada dan tumbuh dari dalam diriku, dan sekarang aku punya kepercayaan dan kekuatan untuk menjadi seorang individu.
Satu hari, ketika aku tidak lagi mencari cinta, hal itu terjadi pada hidupku. Aku bertemu seorang pria menyenangkan, berpikir ke depan, sukses dan penuh gairah seperti halnya orang yang mencintai. ’’Bagiku, kau adalah wanita tercantik di dunia,’’ katanya.
Tidak ada orang yang pernah memberiku pujian seperti itu. Setiap kali kami melihat satu sama lain kami merasakan rasa senang yang luar biasa dan kami jadi semakin dekat. Cinta yang kami rasakan lebih kuat dari yang pernah kami alami sebelumnya. Kami kemudian jadi sangat dekat dan aku yakin kami adalah belahan jiwa bagi satu sama lain. Itu adalah dua tahun lalu, dan kami masih merasakan hal yang sama hari ini.
Aku harus berterima kasih pada mantan suamiku karena meninggalkanku. Dia memaksaku untuk menjaga diri sendiri dan berubah. Sekarang aku sadar, aku tidak mencintainya seutuhnya. Terima kasih atas perbuatan mantan suamiku. Akhirnya aku menemukan kesenangan dan kebahagian sejati, dan cinta terbesar dalam hidupku. –sue