Kebakaran masih saja menyelimuti Surabaya. Melibatkan warga kota secara aktif dalam penanganan adalah satu langkah yang akan dicoba.
Surabayastory.com – Kebakaran demi kebakaran terjadi di Surabaya. Peristiwa kebakaran yang terakhir di Jl Joyoboyo Surabaya Minggu (16/12/2018) yang menghanguskan bangunan dua lantai. Di hari yang sama si jago merah juga membakar rumah di Kutisari Indah Barat. Tragedi sebelumnya terjadi Sabtu (8/12/2018) di permukiman Jl Kapasan Dalam, Simokerto, Surabaya. Kebakaran ini cukup besar, menghanguskan 17 rumah. Dari informasi awal yang diperoleh, penyebab kebakaran ini lagi-lagi karena korsluiting (hubungan arus pendek). Tidak ada korban jiwa, tetapi kerugian materi cukup banyak.
Catatan kebakaran ini menambah panjang tren kebakaran di Surabaya dalam tiga bulan terakhir. Dari data kebakaran di Surabaya tahun ini (hingga hari ini) tercatat 819 kejadian. Jumlah ini naik cukup signifikan dari kejadian kebakaran tahun sebelumnya di angka 589 kejadian.
Kenyataan ini memang sangat menyesakkan. Di kala Kota Surabaya sedang giat membangun serta memperbaiki kota, di sisi penanganan bencana dalam kota butuh perhatian ekstra. Salah satu langkah baru yang akan diambil oleh Dinas Pemadam Kebakaran (PMK) Kota Surabaya adalah mencoba melibatkan warga kota untuk menangani kebakaran di daerahnya. Bentuknya adalah dengan membuat pelatihan tanggap kebakaran tingkat kelurahan hingga RW. Langkah ini adalah terobosan baru dalam upaya merangkul warga kota untuk melindungi wilayahnya. Rencana pelibatan warga kota Surabaya ini diyakini bisa membantu dalam upaya pertama penanganan kebakaran.
Pola baru untuk penangan kebakaran di tingkat RW akan dimulai tahun depan (2019). Pola pelatihan di tingkat RW ini akan langsung menyentuh warga kota lebih dekat. Dengan menyentuh skala yang lebih kecil, pencegahan serta penanganan kebakaran pada sebuah wilayah kecil (RT/RW) bias dilakukan secara lebih sigap.
Sebenarnya, saat ini yang sudah berjalan adalah pelatihan penanganan kebakaran di tingkat kelurahan. Namun pada kenyataannya dinilai belum optimal. Banyak kejadian dalam wilayah kecil yang belum mampu dikendalikan dengan baik. Kesigapan dan cara efektif untuk mencegah dan menangani kebakaran dirasa masih perlu pendalaman.
Penambahan Personel
Selain itu, dengan meningkatnya potensi dan risiko kebakaran di Surabaya, langkah yang diambil pemerintah kota Surabaya adalah akan menambah jumlah petugas pemadam kebakaran. Dalam waktu dekat, ada penambahan 50 personel yang saat ini sedang dilakukan proses rekruitmen, yang dibagi menjadi dua kategori: juru mudi dan juru padam. Untuk juru padam disertakan juga persyaratan bisa mengendaraai kendaraan roda empat, sehingga dalam waktu-waktu tertentu juga bisa menjalankan mobil pemadam. Sementara juru mudi ditekankan bisa membawa kendaraan besar (kendaraan PMK) secara cepat dan aman.
Gang Sempit, Portal, dan Kabel
Beberapa masalah yang timbul di saat pemadaman adalah akses jalan menuju lokasi kebakaran yang terhambat. Terlebih kalau harus masuk gang-gang sempit atau perkampungan dengan padat penduduk. Sistem dan alur lalu lintas dipastikan tidak lancar. Selain lebar jalan, banyaknya portal yang dipasang warga dengan alas an keamanan juga masih menjadi penyebab sulitnya akses masuk. Kesulitan ini masih ditambah dengan kesulitan masuk ke lokasi karena terhalang kabel-kabel yang melintang. Selain itu banyaknya mobil warga yang terparkir di badan jalan, juga turut menghalangi mobil PMK.
Akses ke tiap-tiap wilayah terutama perkampungan selalu terlambat. Kebakaran di perkampungan sempit selalu sulit dikendalikan. Berbagai cara mulai dicoba, untuk bisa segera memadamkan api di gang-gang kecil. Cara baru yang diujicobakan adalah dengan menggunakan mobil pemadam kebakaran model skylift yang bias menjulur naik tinggi (Bronto 55 dan Bronto 104). Jadi menyemprotkan air dari ketinggian melewati rumah-rumah di sekitarnya. Namun ini hanya bias dilakukan jika kejadian kebakaran di gang sempit dan perkampung padat penduduk yang letaknya berada di tepi jalan besar.
Simulasi ini sempat dilakukan di Kampung Kebangsren, Embong Malang. Simulasi ini dilakukan untuk melakukan pemetaan sekaligus pengenalan wilayah padat penduduk apabila terjadi kebakaran. Ingin melihat seberapa jauh jangkauan titik terjauh dari jalan besar hingga ke dalam perkampungan ini.
Beberapa karakteristik perkampungan di kota mulai didalami dan dicarikan solusi. Dari analisa awal, diharapkan bangunan-bangunan yang mengganggu seperti portal, gapura atau kabel-kabel yang melintang secara tidak teratur untuk segera bisa dibereskan.
Yang Diperlukan Mencegah Kebakaran
Mengingat angka kebakaran meningkat, ada hal yang lebih penting, yaitu sosialisasi bagaimana mencegah kebakaran. Jika sebelumnya dilakukan sosialisasi penanganan kebakaran secara mandiri oleh warga hingga tingkat RT/RW, bagaiaman mencegah akan lebih penting. Misal, tentang mengecek kondisi kabel-kabel dan sambungan listrik di masing-masing rumah warga. Kemudian mengingatkan kembali sumber-sumber kebakaran seperti lupa mematikan kompor, meninggalkan kompor menyala saat memasak walau sejenak, lupa mencabut peralatan listrik ketika ditinggal pergi, dan sebagainya.
Masyarakat Kota Surabaya yang banyak tinggal di kawasan padat penduduk akan sangat penting untuk terus dilakukan sosialisasi tentang pencegahan, Kemudian secara bertahap menumbuhkan kesadaran, dan tanggap kepada warga saat menghadapi kejadian kebakaran.
Pelibatan warga kota dalam berpartisipasi secara aktif akan banyak membantu. Strategi ini akan dijalankan tahun depan, dan kita akan berharap tak banyak lagi kebakaran yang menghanguskan wilayah Surabaya. –sa