Ketenarannya melesat dalam waktu singkat. Meski kini pamornya mulai memudar, ia masih saja jadi bahan pembicaraan orang. Tahukah Anda tanaman macam apa Kompring itu?
.
.
Surabayastory.com – Tanaman Kompring yang nama Latinnya Comprey Symphytum semenjak akhir tahun 1978 menjadi buah bibir di mana-mana. Memang setelah dihebohkan bahwa daun Kompring bisa menyembuhkan berbagai penyakit seperti kanker, tekanan darah tinggi, kencing manis, infeksi, ambeien, dan sebagainya, tanaman ini semakin dicari. Tak heran kalau harganya selangit. Dan bagi pedagang Kompring, usaha ini memberikan penghasilan yang lumayan.
Namun sekarang, orang-orang yang berspekulasi dalam usaha penanaman Kompring sering berkeluh kesah. Kompring sudah begitu berkembang biak karena mudah memeliharanya sehingga siapapun yang memerlukan gampang saja memperolehnya. Kalau melihat riwayat kedatangan Kompring di Indonesia, memang menarik. Apalagi temyata proses penyebarannya demikian unik.
Bisa Kanker Hati
Kompring yang belum lama dikenal di Indonesia ini konon dibawa oleh seorang ahli agronomi (ahli pertanian) Filipina, Prof.Dr.Agriput pada tahun 1974. Saat itu ia tinggal untuk beberapa lama di pabrik gula Jatiroto. Kakek yang usianya sudah 60-an ini sempat kagum pada karyawan-karyawan PG Jatiroto karena kesehatan fisiknya. Rupanya ia sering meminum seduhan daun Kompring yang sudah dikeringkan sebagai air teh. Ketika ia kembali ke negerinya, di halaman rumahnya banyak ditemukan tanaman Kompring tersebut. Semenjak itulah orang memindahkan tanaman tersebut ke halaman masing-masing. Lama kelamaan berita kekhasiatannya terdengar ke mana-mana sehingga setiap orang menginginkan Kompring asli dari Jatiroto, Jawa Timur.
Betulkah Kompring berkhasiat? Penelitian tentang tanaman tersebut memang belum pernah dilakukan di Indonesia. Namun Dirjen POM (Pengawasan Obat dan Makanan), Dr. Midian Sirait, dalam keterangan resminya awal Juni lalu, berpatokan pada penemuan seorang ahli, Watt, yang mengungkapkan bahwa alkaloida pirolizidina yang dikandung oleh akar Kompring akan menimbun dalam jaringan tubuh hingga mungkin menimbulkan efek negatif dalam pemakaian jangka panjang. Selain itu, ahli Jepang Iwao Hirono dan kawan-kawan, pernah mengungkapkan dalam Journal of National Cancer Institute majalah edisi September 1978, bahwa daun/akar Kompring jika diberikan pada tikus dalam kadar 8% selama 600 hari secara terus menerus akan mengakibatkan tumor pada hati. Meskipun ini baru penelitian pada tikus, tapi bukankah kita manusia perlu berhati-hati?
Tanaman itu sendiri pendek saja, mirip sawi atau tembakau. Ketika tanaman itu masih muda, panjang daunnya ±15 cm. Kalau Kompring sehat, dalam waktu tiga bulan daunnya bisa mencapai lima belas helai dengan panjang ±40 cm. Lagi pula ia akan beranak, maksimal jumlahnya empat. Anak tanaman inilah yang bisa dipindahkan ke dalam pot, yang akhimya tersebar luas ke mana-mana. –drs