Manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang paling bisa beradaptasi di muka bumi. Kisah tentang perjuangan hidup manusia selalu menjadi cerita menarik di setiap waktu.
Surabayastory.com – Ini mungkin yang namanya kreativitas manusia dalam perjuangan hidup. Merasa tak memiliki dana yang cukup untuk membangun rumah, sejumlah orang memilih menggali perbukitan dan membentuknya menjadi ruangan seperti rumah. Dan itulah yang terjadi di China.
Mungkin berita ini mengejutkan: 30 juta orang China tinggal di dalam “gua”. Bagi kita jumlah ini sangat besar, tapi bagi China yang penduduknya 1,3 miliar, jumlah penduduk perkampungan gua ini tak banyak.
Kalau ada yang menyebut mereka manusia gua sebenarnya bukanlah dimaksudkan sebagai penghinaan. Apalagi mereka yang tinggal pada hunian hasil galian itu memiliki semua fasilitas rumah modern.
Karena memanfaatkan alam yang sudah jadi, rumah-rumah gua di China itu tidak butuh terlalu banyak bahan-bahan bangunan lainnya. Bukit dan gunung digali untuk membangun sekat-sekat ruangan seperti halnya rumah biasa. Dengan demikian, rumah-rumah itu hemat biaya membangun. Konon rumah-rumah ini juga lebih hemat energi daripada kebanyakan rumah keluarga konvensional.
Tapi jangan membayangkan Anda dapat melihat jenis hunian gua ini di seluruh China. Kebanyakan rumah-rumah itu ditemukan di propinsi Shanxi, di mana tanah kuning berpori dengan mudah dapat digali. Dengan sebutan “yaodong” gua-gua hunian itu memiliki pintu masuk dengan bagian atas melengkung atau semi bundar. Orang-orang yang memiliki uang melengkapi rumahnya dengan fasilitas-fasilitas modern seperti pipa ledeng, sarana listrik dan telepon.
Mayoritas hunian gua di China dibangun tanpa dilengkapi perlengkapan mahal. Kebanyakan rumah-rumah itu memanfaatkan benda-benda yang sudah disediakan alam seperti langit-langit yang tinggi dan banyak ruangan dengan halaman depan dimana Anda bisa senam dan duduk-duduk dengan bermandikan sinar matahari.
Laporan tahun 2007 menunjukan kebanyakan rumah-rumah gua China dihuni oleh orang-orang tua, sementara orang muda bermigrasi ke kota besar dan pindah ke rumah semen. Tapi ada orang-orang muda yang bermimpi kembali ke gua pada masa kecil mereka. “Ketika saya sudah tua nanti, saya akan kembali ke akarku,” kata Ren Shouhua, yang dibesarkan di sebuah gua, tapi pindah ke kota pada usia 20 tahunan.
Seperti para penghuni gua yang lebih tua, mereka tidak bermimpi meninggalkan rumah peninggalan leluhur demi kenyamanan hunian modern. “Kehidupan mudah dan menyenangkan di sini. Saya telah menghabiskan seluruh hidup saya di gua, dan saya tidak membayangkan sesuatu yang berbeda,” ujar Ma Liangshui yang berusia 76 tahun, yang tinggal di dalam sebuah gua satu ruangan dengan tempat tidur, tungku api untuk memasak, dan listrik untuk menghidupkan satu bola lampu.
Percaya atau tidak rumah-rumah gua China sebenarnya permintaanya cukup tinggi. “Banyak orang datang ke sini untuk menyewa gua-gua kami, tapi tidak seorangpun yang ingin pindah,” kata salah seorang pemilik rumah.
Harga sebuah rumah gua mencapai 46,000 dollar AS (sekitar Rp 644 juta), dan bagi orang yang hanya ingin merasakan kehidupan sebagai orang gua modern, hunian-hunian galian itu disewakan dengan harga sekitar 30 dollar AS sebulan (sekitar Rp 420 ribu). –dir, dari berbagai sumber