Pemerintah Kota Surabaya kembali melakukan penataan Terminal Joyoboyo. Akan dibangun modern dengan wajah baru.
Surabayastory.com – Terminal Joyoboyo adalah titik penting bagi pintu masuk Surabaya dari sisi selatan. Setelah bundaran Waru, titik krusial berikutnya adalah kawasan Wonokromo, tempat di mana terminal Joyoboyo berada. Keberadaan terminal Joyoboyo sebagai titik kumpul (hub) bagi moda transportasi di selatan Surabaya menjadi sangat penting. Perpindahan jalur transportasi terjadi di sini, dari atau ke dalam kota dan berpindah ke arah lain di Kota Surabaya.
Penataan kawasan Joyoboyo ini akan dilakukan secara terpadu. Mulai dari revitalisasi terminal, penataan lingkungan sekitar terminal, hingga mengurai kemacetan dari selatan yang menuju masuk pusat kota Surabaya. Bagian awal penataan terminal Joyoboyo ini, rencananya akan dibangun Stasiun Intermodal terbesar di Surabaya. Juga dilengkapi menjadi gedung parkir.
Pemerintah Kota Surabaya terus mematangkan rencana pembangunan terminal Joyoboyo. Rencana awal terminal Joyoboyo akan dibangun empat lantai. Dengan rincian lantai pertama untuk parkir kendaraan pengunjung Kebun Binatang Surabaya (KBS) yang akan dihubungkan dengan jalan underpass. Sementara lantai dua untuk kendaraan angkutan umum sekaligus kendaraan pribadi yang terhubung dengan frontage road sisi barat Jalan A Yani. Untuk lantai tiga akan dipakai sebagai tempat pemberhentian monorel dan trem. Dan lantai empat untuk pertokoan dan aktivitas komersial.
Walikota Surabaya mengharapkan terminal Joyoboyo bisa menjadi pusat transportasi Kota Surabaya sekaligus tempat parkir untuk umum dan Kebun Binatang Surabaya. Dengan adanya rencana ini maka pintu masuk KBS bakal diarahkan ke selatan.
Joyoboyo nantinya akan menjadi terminal kota dengan wajah dan kelengkapan yang modern. Operasional terminal juga akan ditarik ke kelas yang lebih tinggi. Penggunaan teknologi juga akan diterapkan untuk efektivitas. Joyoboyo ke depan akan menghubungkan trem jalur utara-selatan dan light rapid transit jalur timur-barat. Menjadi terminal hub yang menghubungkan trem, monorel, bus kota dan angkot sebagai kendaraan pengumpan (feeder) dari segala penjuru Surabaya. Terminal Joyoboyo juga akan terkoneksi dengan Stasiun Wonokromo. Joyoboyo yang masuk sebagai terminal tipe C dengan peran utamanya digunakan untuk angkutan dalam kota.
Penataan Kawasan
Perencanaan penataan terminal, juga akan diikuti dengan penataan kawasan. Kawasan Wonokromo yang sering mendapat stigma kurang bersih dan rawan kejahatan juga akan mulai dibenahi. Penataan ini juga menyambung dengan pengembangan di wilayah Wonokromo. Revitalisasi ini untuk mempercantik Wonokromo sebagai pintu gerbang Kota Pahlawan. Suasana dan ikon baru untuk kawasan Wonokromo ingin dibentuk.
Sejalan dengan penataan kawasan itu, Pemerintah Kota Surabaya terus mempercepat pembangunan pengerjaan frontage road sisi barat. Bila sebelumnya pembangunan dilakukan hingga depan Royal Plaza, akan berlanjut hingga depan Terminal Joyoboyo. Permasalahannya, dalam rencana tersebut juga terhalang dengan adanya lahan warga dan pedagang.
Untuk penataan kawasan ini juga akan dilakukan pembebasan lahan 10 meter di sisi barat dan timur. Pasar Wonokromo ini. Setelah itu akan diberikan sentuhan baru. Sosialisai pembangunan sudah dilakukan Pemkot pada pedagang pasar Wonokromo. Namun, belum mendapatkan kepastian kapan akan dilakukan relokasi dan proyek akan dimulai.
Jembatan Baru Pemecah Kemacetan
Kawasan Wonokromo yang menjadi pintu masuk Surabaya ini juga sering menghadapi kemacetan. Pemerintah Kota Surabaya terus mencari cara untuk mengatasinya. Setelah memperlebar Jl. A Yani, mengoptimalkan jalur frontage timur dan barat, salah satu sumbatan lalu lintas ada di jalur menuju Terminal Joyoboyo Surabaya. Bagian penting yang dilakukan adalah menata jalur dan arus lalu lintas yang tersumbat di daerah Wonokromo ini.
Dalam penataan kawasan ini juga akan dibangun Jembatan Joyoboyo baru, yang jadi kelanjutan frontage road, untuk memperlancar arus lalu lintas yang akan masuk ke terminal dan yang ke dalam kota. Jembatan ini didesain secara menarik sekaligus bisa menjadi landmark (tetenger) baru Kota Surabaya. Jembatan ini akan mempermudah akses masuk kota.
Dari segi dimensi, Jembatan Joyoboyo panjangnya 175 meter dan lebar 19, 5 meter. Jembatan ini membentang dari Pulo Wonokromo sampai Jl Joyoboyo, tepatnya depan Sekolah Santo Yosef. Kalau dari selatan ada bus atau trem nantinya, tidak perlu masuk lewat jembatan lama atau jalur utama kota. Tetapi cukup lewat jembatan baru. Jadi sebelum Jl Pulo Wonokromo sudah naik, sehingga kalau dari selatan ada bus atau trem bisa langsung ke terminal, sehingga tidak mengganggu jalur utama kota. Jembatan Joyoboyo baru ini nantinya akan berdampingan dengan jembatan kuno (heritage) yang saat ini digunakan untuk menopang pipa saluran air PDAM.
Desain jembatan ini menggunakan teknologi berbeda dari jembatan yang sudah dibangun Pemkot Surabaya sebelumnya. Jembatan ini menggunakan sistem cable-stayed (jembatan gantung dengan kabel baja sebagai penahan badan jembatan), mirip jembatan Suramadu. Di badan jembatan itu nanti akan dipercantik dengan ukiran diorama tentang Surabaya, seperti epos perjuangan, bambu runcing, serta gedung-gedung perjuangan.
Untuk mewujudkan itu, masyarakat Surabaya harus bersabar. Pembangunan proyek ini baru akan dimulai tahun 2019 dan memakan waktu dua tahun. Saat ini, baru disempurnakan desain dan beberapa kelengkapan lainnya. Di kawasan itu juga akan dibangun taman dengan vocal point air mancur menari dengan tulisan Surabaya. Dengan desain modern-futuristik, kawasan Wonokromo akan berubah wajah. –sa