Paris menjadi bagian penting awal karir penulis Ernest Hemingway. Berawal dari jalanan, bar, dan café, karya-karya besarnya tercipta.

Surabayastory.com – Ernest Hemingway yang akrab dipanggil “Papa”, adalah bagian dari komunitas ekspatriat di Paris tahun 1920-an. Di awal-awal karirnya, ketika ia masih menggelandang di jalanan dan bar kota Paris bersama rekan-rekannya sesama “generasi yang hilang”, sebutan umum generasi yang mengalami masa dua perang. Sebuah nama yang diciptakan dan dipopulerkan oleh Gertrude Stein.
Tahun 1921 itu, Hemingway dan istri pertamanya, Hadley, pindah ke Paris. Dia bergaul dengan sastrawan ekspatriat Amerika terkenal termasuk Gertrude Stein, F. Scott Fitzgerald, dan Ezra Pound.
Tak lama kemudian, karya sastra Hemingway terbit pertama kali, sebuah kumpulan cerita pendek dengan judul In Our Time (1925). Selanjutnya The Sun Also Rises, sebuah novel tentang tentara yang terluka dan tinggal di Eropa. Novel ini banyak dipuji sebagai sebuah masterpiece karya modern. Beberapa karya lain yang terkenal termasuk sebuah memoar tentang saat dia masih hidup di Paris, A Moveable Feast dan karya sepanjang masanya: The Old Man and the Sea (1952). Ini kisah tentang perjuangan seorang nelayan tua Kuba untuk menangkap seekor ikan marlin raksasa. Novel yang ditulis saat dia tinggal di Kuba ini memenangi Hadiah Pulitzer 1953 dan Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters. Setahun kemudian, novel ini juga mengantarnya meraih penghargaan bergengsi Nobel Sastra pada 1954. Novel ini terus dicetak hingga kini, juga berulang kali dijadikan film.
The Old Man and the Sea
The Old Man and the Sea adalah karya fiksi terakhir yang diterbitkan ketika Hemingway masih hidup. Muncul pertama kali sebagai bagian dari majalah Life edisi 1 September 1952. Dalam waktu dua hari, 5, 3 juta eksemplar majalah ini habis terjual. Kesuksesan ini diikuti penerbitan sebagai buku pada September 1952.
The Old Man and the Sea ditulis tanpa bab atau bagian. Kisahnya mengalir menggunakan gaya penulisan yang sederhana dan minimalis. Dengan ritme yang cepat, buku ini dapat diselesaikan dalam sekali duduk.
Buku ini awalnya, direncanakan hadir dalam sebuah trilogi besar yang disebutnya sebagai The Sea Book. Trilogi ini terdiri atas The Sea When Young, The Sea When Absent, dan The Sea in Being. Namun kemudian diketahui hanya ditulis satu judul: The Old Man and the Sea.
Ide penulisan novel ini lahir diyakini saat Hemingway menetap di Acciaroli, sebuah desa nelayan di Italia. Di sana Hemingway terpesona pada Antonio Masarone, seorang nelayan tua yang julukan namanya dalam bahasa Italia berarti “Lelaki Tua” (Mastracchio). Tetapi, ia menuliskan ceritanya ini di Kuba, tempat ia berlayar dan memancing ikan dengan kapal yacht-nya yang bernama Pilar.
Georgio Fuentes, seorang nelayan Kuba, juga disebut-sebut sebagai model untuk karakter Santiago. Ia adalah orang yang ditugaskan merawat Pilar. Teknik penulisan seperti wartawan masih sangat kental. Hemingway betul-betul menulis berdasarkan realita di sekelilingnya. Santiago adalah karakter yang realistis.
Paris (Prancis) selalu jadi bagian penting dalam karir para penulis dunia. Ernest Hemingway juga terikat kuat dengan kota romatis ini. –sa
I love it when people come together and share opinions, great blog, keep it up.