Setiap orang pasti pernah mengalami cemburu. Namun banyak yang lupa bila cemburu juga mengandung racun yang mematikan.
Surabayastory.com – Cara merespon cemburu setiap orang punya cara yang berbeda-beda, mulai dengan kepala dingin, berdiam diri sambil memendam rasa kesal dan amarah, menunjukkan sikap tak senang pada pasangan, sampai melakukan tindakan kekerasan yang membahayakan jiwa.
Selain cemburu itu tanda cinta, cemburu itu adalah mekanisme pertahanan, meskipun apa yang paling dipertaruhkan adalah masalah yang masih diperdebatkan. “Kecemburuan muncul ketika hubungan dilanggar oleh saingan yang mengancam untuk mengambil sesuatu dalam kehidupan Anda.
Dalam Pathological Jealousy and Envy, Melanie Tonia Evans menyatakan, dari suatu titik pandang biologis rasa cemburu merupakan insting kuno untuk menjamin seorang kekasih tetap memberikan pasokan pendapatan dan menjamin rasa aman.
Hal yang senada diungkapkan psikolog Universitas Texas David Buss. Ia mengatakan, kecemburuan adalah suatu emosi yang diperlukan untuk pencegahan terjadinya perselingkuhan yang muncul baik pada pria maupun wanita ketika suatu ancaman terhadap hubungan cinta muncul. Ketika seorang wanita melihat pacarnya terlibat pembicaraan dengan wanita cantik pada pesta dan pacarnya itu tersenyum kagum pada wanita itu, maka itu artinya rival telah lahir. Pemandangan ini akan membuat darah dan daging dalam tubuh wanita itu memanas yang memperingatkan bahwa miliknya mungkin sedang dalam bahaya.
“Logika mengkristal” dari psikologi evolusioner, sebagaimana dinyatakan Buss dalam The Dangerous Passion: Why Jealousy Is as Necessary as Love and Sex, menyatakan bahwa pria dan wanita mengalami kecemburuan dengan cara yang berbeda. Ancaman terhadap perselingkuhan adalah hal paling membangkitkan rasa cemburu pada pria. Kecemburuan seorang pria berfungsi untuk memastikan bahwa ia adalah ayah genetis dari anak-anak yang dilahirkan pasangannya. Kecemburuan muncul untuk mencegahnya dari tindakan menginvestasikan sumberdayanya yang terbatas untuk membesarkan anak-anak pria lain.
Di sisi lain wanita paling responsif terhadap kemungkinan hilangnya cinta suami karena adanya wanita saingan. Ini merupakan suatu cara melindungi komitmen partner pada rumah dan anak-anak. Dan dalam sejarah evolusi manusia, kecemburuan efektif dalam menjaga pasangan agar tidak selingkuh.
Cemburu Sebagai Penyakit
Kecemburuan adalah emosi yang sangat menyakitkan, mengarah pada pengucilan sosial, baik yang nyata atau imaginasi. Ini membuat pikiran jadi kacau dan sulit untuk dihilangkan. Mereka yang berada di bawah cengkeraman rasa cemburu biasanya menyalahkan ketidaknyamanan pada pasangan yang dianggap telah mencurahkan perhatian pada orang lain.
Namun ada perbedaan besar pada masing-masing individu dalam hal kecenderungan untuk cemburu. Ada bukti bahwa unsur-unsur kepribadian mempengaruhi munculnya rasa cemburu. Orang-orang yang sangat tidak nyaman, pada kenyataannya, mungkin merupakan orang-orang yang paling tidak realistik dalam melihat ancaman dan membuat tuduhan.
Tapi pandangan yang sama tentang kecemburuan ini juga menyatakan bahwa emosi ini tidak perlu disalurkan ke hal yang bersifat merusak. Sebaliknya cemburu bisa berfungsi untuk tujuan yang sangat konstruktif, sebagai isyarat berharga untuk melihat ke dalam dan memperbaiki pemahaman tentang diri sendiri untuk meningkatkan hubungan. Kecemburuan, itu tampaknya, lebih merupakan pembawaan daripada tentang tindakan atau kelakuan buruk dari pasangan.
Dan bahkan ada yang memasukkan rasa cemburu yang terlalu berlebihan dalam kategori penyakit. Ilmuwan Italia dari University of Pisa telah mengungkapkan sebuah area di otak manusia yang bisa membuat beberapa orang memiliki perasaan cemburu yang sangat besar ketika area ini terpengaruh. Kesimpulan itu didapat dari eksperimen yang melibatkan pasien penderita schizophrenia, alkoholik, dan penyakit parkinson.Penyakit ini disertai gejala kecemburuan.
Menurut neuropsikiatris, Donatella Marazzi, jika rasa cemburu adalah perasaan natural seseorang, ilmuwan lebih memusatkan perhatiannya pada ketidakseimbangan biokimia dalam tubuh yang dapat mengubah perasaan menjadi obsesi membahayakan. Dalam kondisi ekstrem seperti itu, perasaan cemburu memicu masalah kesadaran yang mengerikan yang bisa mendesak orang untuk membunuh atau bunuh diri.
Area otak yang dipelajari termasuk ventromedial prefrontal cortex yang membangun perasaan empati dan rasa bersalah serta amaygdala yang bertanggung jawab atas perasaan takut, cemas, dan cemburu.
Ilmuwan percaya jika cemburu adalah penyakit patologis yang juga dikenal dengan Othello Syndrome. Jika Anda menemukan gejala penyakit parah ini, sebaiknya segeralah berkonsultasi pada dokter.
Pada studi tahun 2006, sebagaimana dilaporkan pada NeuroImage, seorang ahli syaraf Hidehiko Takahashi menemukan beberapa perbedaan signifikan pada respon syaraf di kalangan orang yang berbeda gender, terhadap statemen-statemen yang menggambarkan kesetiaan seksual dan emosional.
Pada pria, kecemburuan mengaktifkan amygdala dan hypothalamus, bagian-bagian yang kaya penerima testosterone dan terlibat dalam tingkah laku seksual dan agresif. Pada wanita, sebaliknya, khususnya dalam hal respon terhadap pikiran-pikiran kesetiaan emosional, aktivasi menjadi lebih besar pada posterior superior temporal sulcus, suatu bagian yang berimplikasi pada deteksi tujuan, tipuan, dan kepercayaan juga penyimpangan norma-norma sosial. Semakin besar aktivasi yang ditimbulkan oleh ketidaksetiaan emosional dalam diri wanita, seperti dilaporkan Takahashi, maka mereka secara khusus sensitif terhadap perubahan-perubahan pikiran seorang partner.
Sensitifitas emosional dari wanita mungkin menjelaskan mengapa kecemburuan mereka tidak terbatas pada hubungan romantis. Wanita mengalami kenaikan emosi dalam persahabatan wanita juga, merasa marah, kalah, dan merasa dikhianati ketika seorang teman memberikan atau menaruh perhatian lebih pada seorang penggoda wanita. “Mereka berada dalam situasi saling berkompetisi untuk bersekutu, lebih kuat dibandingkan yang dialami pria,” kata Stosny.
Dalam soal iri, menurut Takahashi, emosi ini mengaktifikan anterior cingulate cortex, tempat di mana konflik kognitif dari rasa sakit sosial diproses, dan semakin kuat emosinya, semakin besar aktivasinya. “Kita biasanya memiliki konsep diri yang positif, dan kita mengalami ketidaknyamanan ketika muncul suatu cara yang menyimpang dari konsep diri kita,” lapor Takahashi dalam Science. “Anterior cingulate cortex diaktivasi ketika terjadi konflik konsep diri positif dengan informasi eksternal.”
Walaupun persepsi yang menyertai kecemburuan mungkin telah mengalami distorsi, rasa sakit yang muncul adalah nyata. Sirkuit syaraf yang mendasari respon psikologis kita pada peristiwa-peristiwa sosial yang kompleks, baik yang disetujui atau ditolak, merupakan sirkuit yang sama yang mendasari rasa sakit fisik dan senang yang paling sederhana.
Dengan mengalami iri, yang merupakan saudara sepupu pertama untuk kecemburuan dan sama-sama membangkitkan perasaan inferioritas dan kemarahan, mengaktifkan sirkuit otak yang berhubungan dengan rasa sakit di otak, sebagaimana ditunjukkan dalam studi-studi pencitraan otak.
Belajar Arti Cinta
Sifat manusia yang suka melirik rumput hijau di rumah tetangga tentu saja akan memicu terjadinya kecemburuan. Seorang pasangan yang setia tentu akan sangat khawatir dengan situasi semacam itu. Dia perlu juga menyatakan kecemburuannya pada pasangan bila diperlukan untuk mempertahankan hubungan. Tapi ia harus bisa mengendalikan kecemburuannya agar tidak merusak hubungan dan tidak melahirkan tindakan yang membahayakan.
Para ahli psikologi menyatakan kecemburuan yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi bumerang. Dengan menunjukkan kecemburuan yang tak semestinya, hubungan bukannya membaik tapi justru bisa menjadi hancur. Paling gawat tentu saja kalau kecemburuan yang muncul dalam bentuk cemburu buta, neoritis ataupun patologis. Sebab bentuk-bentuk kecemburuan seperti itu bisa menjelma menjadi tindak kekerasan. –drs