Siapakah yang tak terjangkit demam Korea? Di Indonesia, juga di Surabaya. Korea saat ini sedang menjadi perbincangan di seluruh dunia. Menjelajah ke penjuru dunia. Bergerak cepat memasuki berbagai lini kehidupan manusia; teknologi, kosmetik, music, film, makanan, budaya, bahasa, dan sebagainya. Korea menyeruak ke mana-mana. Siapakah Korea sebenarnya? Mari kita tengok sebentar negeri ini.
KOREA secara tradisional disebut “Kerajaan Kaum Petapa” atau “Tanah dari Pagi yang Tenang”. Tetapi hal itu tidak terlalu tepat lagi sekarang. Korea telah menjelma menjadi negara yang bergerak maju dan dinamis, sibuk dengan wisatawan-wisatawan asing, kaum bisnis, para sarjana –suatu negara yang penuh dengan energi dan percaya diri. Sebagai tambahan, Korea telah bangkit menjadi negara yang mendapat sorotan pengakuan internasional dan dikagumi atas kesuksesan ekonominya, serta menjadi tuan rumah Olimpiade. Sekarang, kaum petapa yang telah membuka tudungnya itu, bekerja sama menciptakan keajaiban dengan pengunjung-pengunjung dari seluruh dunia. Tidak hanya pada perhitungan dari warisannya yang istimewa, tetapi karena luar biasa cepatnya transformasi dari sebuah masyarakat agraris sebelum perang, agak terbelakang, menuju salah satu negara industri maju yang baru di dunia ini.
Sebagaimana sang petapa bangkit, suatu orde yang baru juga bangkit. Sekarang ini Korea telah menjadi suatu tanah atau negara yang kontras, di mana terjadi percampuran antara yang lama dengan yang baru, yang indah dan yang vital, yang keras kepala dan yang luwes, yang berteka-teki dan yang suka ngotot, serta harmonis. Semua menunjukkan keradaannya bersama-sama.
Sesungguhnya, para pengunjung asing sering berteka-teki oleh kontradiksi yang mereka temui pada mentalitas orang Korea. Misalnya, orang Korea sangat mudah terpengaruh, sangat bernafsu tapi juga sangat pengasih. Dan juga mereka jarang berterus-terang menyampaikan perasaan dan emosinya. Orang Korea juga sangat sopan, penuh hormat dan ramah. Juga mereka enggan secara spontan menyebutkan “terima kasih” atau berkata “maaf”. Orang Korea akan lebih suka merasa menyesal atau merasa senang dan akan mengingat perasaan itu untuk waktu yang lama ketimbang mudah menyebutnya dan mudah pula melupakannya. Musik Korea, arsitektur, dan literaturnya sangat menarik serta bersungguh-sungguh untuk mendalaminya.
Orang asing, karenanya, tidak akan pernah mengerti orang Korea, kecuali mereka dapat menghubungkan dan menghargai dua macam tabiat yang tak bersamaan dari budaya Korea.
Orang-orang Ramah di Timur
Secara historis, negara-negara tetangga di Asia, terutama China, melihat Korea sebagai suatu ”negara dari orang-orang ramah di Timur”. Nama kehormatan ini, mengatakan sesuatu tentang penghormatan tradisional untuk tahu adat, kehormatan dan sopan-santun. Sesungguhnya, adalah benar bila dikatakan bahwa orang Korea dikenal sangat sopan dan bersahabat dan keramah-tamahan mereka disambut gembira di dunia internasional.
Dalam hal yang berlawanan secara langsung, pada sisi yang lain, orang Korea adalah tidak peduli dan jauh dari kehadiran orang asing, apakah dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Mereka tidak pernah memberi salam pada orang yang mereka tidak kenal dengan baik. Dan mereka tanpa suatu arti, mudah akrab dengan orang yang mereka temui di jalan. Dengan begitu, janganlah mengharapkan terlalu banyak keramahan di awal, pada saat Anda mendarat di Bandara Udara Seoul. Seoul adalah kota metropolitan yang tidak mau menghargai perorangan, seperti halnya New York, London, atau Paris.
Sekalipun demikian, ketika Anda mengunjungi keluarga Korea, Anda akan heran menemukan betapa baik dan sopannya mereka dan betapa hangat dan sepenuh hatinya mereka menyambut kehadiran dan menjamu Anda. Dan Anda akan mendapat kesan yang sangat berbeda secara menyeluruh dari mereka yang bertemu dengan Anda di jalan.
Anda dapat saja merasa kacau mengenai fakta yang sangat asing, yaitu dunia di rumah dan dunia di jalan sangat terpisah secara drastis, dan bahkan berlawanan. Tetapi itulah cara mereka di Korea.
Orang Korea sangat mudah sekali menjadi akrab jika mereka menemukan bahwa mereka andil sesuatu yang umum misalnya, dengan kota kelahiran, sekolah, atau dalam hobi yang sama. Adalah suatu perasaan untuk menjadi “satu dari kita” yang memegang peranan penting dalam membangun hubungan antar-manusia di Korea. Itu mungkin merupakan suatu strategi yang baik bagi Anda, karenanya, untuk mendapatkan sesuatu yang bagi Anda dan teman Korea Anda adalah mengandung persamaan dan berbicata tentang itu.
Orang Korea sangat penting menggunakan kata-kata “kami” ketika mereka seharusnya mengatakan “saya”. Mereka lebih senang berkata “negeri kami” ketimbang “negeri saya”. Begitu pula dengan “rumah kami” ketimbang “rumah saya”. Jadi, jangan bingung ketika teman Korea Anda memperkenalkan isterinya dengan berkata: ”Ini isteri kami!”. –Helmut Mors
Materi dicuplik dari Etiquette Simple: Korea