Sebagai pusat perbelanjaan piranti komunikasi dan teknologi terbesar di Indonesia Timur, kelangsungan hidup Hi-tech mall saat ini masih belum jelas.
Surabayastory.com – Hi-Tech Mall secara perlahan menjadi sunyi. Beberapa toko sudah tampak kosong, sebagian sedang bersiap-siap pindah, dan sebagian lagi sedang gundah ke mana akan melangkah. Ya, Hi-Tech Mall sedang dalam persimpangan. Para pedagangnya pun gundah gulana, apa gerangan yang akan terjadi selanjutnya.
Hi-Tech Mall selama ini dikenal sebagai pusatnya IT terbesar dan terlengkap di Surabaya. Dan diyakini menjadi yang terbesar di Indonesia Timur. Namanya sudah kondang, dan sudah berjalan lebih dari satu dekade. Mall ini adalah pusat perbelanjaan yang di dalamnya terdapat toko peralatan dan perlengkapan komputer, laptop, gadget, dan software, game, modem internet dan berbagai asesoris komunikasi lainnya dengan harga yang kompetitif.
Namun saat ini masa depan mall di Jl. Kusumabangsa ini sedang di persimpangan jalan. Masa pengelolaan Hi-Tech Mall oleh pihak swasta akan berakhir Desember 2018. Dan seperti yang diberitakan sebelumnya, Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot Surabaya) tidak memperpanjang kontrak kerjasama untuk mengopersikannya. Mendekati bulan-bulan terakhir, Pemkot Surabaya tengah mendata ulang toko-toko dan pedagang yang masih aktif di sana.
Dari kabar yang berhembus sejak tahun lalu, Pemkot Surabaya berencana mengubah pusat perbelanjaan Hi-Tech menjadi gedung kesenian bertaraf internasional pada 2019. Di kompleks ini akan dibangun gedung kesenian dengan fasilitas teknologi canggih. Misalnya, penggunaan LED (light electric diode) untuk layar (backdrop), penggunaan tata suara yang akomodatif dengan semua pertunjukan hingga akustik ruang yang terjaga kekedapannya. Selain gedung pementasan, di sini nantinya juga akan menjadi tempat berkumpulnya para seniman untuk menggelar karyanya.
Dari pernyataan awal, pembangunan gedung kesenian ini akan dilaksanakan akhir 2018 dan selesai pada 2019. Di gedung yang baru ini nantinya juga akan dibangun beberapa tempat pertunjukan khusus. seperti panggung ludruk, ketoprak dan pementasan lainnya dengan fasilitas modern. Selain untuk mengaktifkan seni-seni tradisi Surabaya, juga menjadi bagian dari pengembangan pariwisata.
Rumor dan Keresahan
Setelah ada berita ini, mulai terdengar gaung Hi-Tech Mall akan ditutup. Karena itu pihak swasta pengelola memberi tahu kepada para penyewa toko tentang masa sewa akan segera berakhir. Akibatnya, secara perlahan satu demi satu toko tutup. Diperkirakan saat ini ada 1.000 toko yang beroperasi, dan sekitar 200 diantaranya sudah pindah.
Ke mana mereka? Ada yang menyewa di tempat lain, di beberapa ruko yang dekat dengan kawasan Hi-Tech Mall. “Biar pelanggan tak kehilangan. Tidak sulit cari toko ini. Jadi kita sewa ruko di dekat-dekat sini,” kata Hariyanto, pengelola toko souvenir dan perlengkapan digital printing kepada surabayastory. Sebagian lagi ada yang pindah ke ITC, yang membuka kluster khusus IT untuk menangkap peluang ini. Ada pula yang kembali ke rumah dan hanya berjualan lewat media internet. Selain itu ada beberapa mal seperti Kapas Krampung Plaza (Kaza) dan Jembatan Merah Plaza (JMP) yang menawari, tapi sepertinya kurang meranik bagi pedagang. Jika terpecah-pecah membuat pengunjung tidak tersegmentasi. Padahal Hi Tech mall dikenal karena strategis dan semua yang dicari tentang IT terkumpul di satu tempat. Ini yang membuat pengunjung merasa lebih efektif waktu dan efisien. Untuk harga juga akan lebih bersaing.
Dan keresahan mulai muncul. Belum ada kepastian tentang tenggat waktu untuk pindah, dan akan berubah seperti apa desain dan pengelolaan Hi-Tech Mall nantinya. Mereka juga resah atas rumor yang simpang-siur. Pedagang takut diusir dari lokasinya berdagang.Rumor lainnya berkembang, mereka akan dipindahkan ke mall elektronik lainnya.
Kabar terbaru, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyatakan tidak akan menutup Hi-Tech Mall. Yang ada nantinya adalah penataan ulang yang saat ini masih dalam tahap desain. Kemudian nanti akan dibicarakan lebih lanjut dengan para pedagang tentang tata ulang menjadi pusat produk IT, tapi ada gedung kesenian.
Namun, penataan ulang terhadap fisik bangunan akan tetap dilakukan. Mencari sinergi dan keseimbangan baru antara kompleks kesenian modern yang direncanakan dengan posisi Hi-Tech Mall sebagai pusat IT terlengkap.
Di antara para pedagang yang bertahan menyatakan, mereka menunggu hingga ada kepastian dari pemkot. Kepastian pengelolaan, plotting tempat, hingga harga sewa yang dinanti mereka semua. –sa