Sedia payung sebelum hujan. Bersihkan sungai dan saluran agar tak ada banjir dan genangan di Surabaya.
surabayastory.com – Musim hujan segera datang di Surabaya beberapa bulan ke depan. Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Kota Surabaya adalah masalah banjir serta genangan air di beberapa titik. Jumlah titik yang dapat diselesaikan terus bertambah, dan tahun 2018 ini kota Surabaya bertekad untuk mengakhiri masalah itu.
Jelang musim hujan, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (DPUBMP) Kota Surabaya siap-siap. Setiap hari terus mengebut program pengerukan sungai, saluran, serta normalisasi jalur air. Pekerjaan dilakukan secara all-out (kerja keras) untuk mengeruk dan menormalisasi saluran air sebelum musim hujan tiba. Musim penghujan tahun 2018 ini memang belum bisa diprediksi secara tepat. Namun dalam prakiraan BMKG, hujan di Surabaya akan mulai turun akhir November-Desember 2018. Prediksi puncak musim hujan dengan curah hujan tinggi mulai pertengahan Desember hingga Januari tahun 2019.
Salah satu penyebab banjir utamanya adalah pendangkalan sungai dan saluran. Karena penuh dengan tanah sedimen, maka daya tampung sungai dan saluran menjadi mengecil. Ada juga yang lama tidak dikeruk hingga mampet. Akibatnya air meluber ke jalan atau kawasan yang ada di sekitarnya. Air yang masuk ke saluran yang buntu juga akan keluar ke jalan-jalan. Karena sedimen sungai sudah tinggi, maka Pemkot menormalisasi agar kapasitas tampungan air di saluran tersebut bisa meningkat.
Pembersihan juga dilakukan di dalam gorong-gorong (box culvert). Sedimentasi dimasukkan karung, diikat, lalu diangkut dengan truk. Pembersihan masih dilakukan manual di seluruh wilayah Surabaya. Pengerukan dilakukan siang dan malam. Lokasi-lokasi yang tidak memungkinkan dilakukan siang hari, dikerjakan saat malam. Pengerukan dilakukan hampir di seluruh wilayah surabaya yang terbagi dalam beberapa rayon; rayon Genteng, Gubeng, Tandes, Jambangan, Wiyung.
Saluran dikeruk agar dapat menampung volume air lebih banyak sehingga lama genangan bisa dipercepat penyerapannya. Titik-titik genangan juga akan diminimalkan.
Selain sungai dan saluran, upaya juga dilakukan dengan pembuatan bozem (danau buatan). Terdapat empat bozem baru yaitu di kawasan Karangpilang, Sumur Welut, Tanjungsari, dan Lakarsantri. Sebelumnya di Surabaya juga sebanyak tujuh bozem di kawasan Surabaya Barat sebagai penampung air hujan. Tujuh bozem itu terletak di Kebraon, Waduk Banpur Karangpilang, Simo Hilir, Lempung Perdana, Manukan Tirto, Yono Soewoyo, dan paling besar di Telogo Tanjung Bangkingan.
Bozem atau waduk buatan dinilai menjadi jawaban yang paling tepat sebagai penampung dan pengendali banjir di kota. Bozem juga efektif untuk penampungan air di kawasan perumahan, karena sistem drainase di perumahan sejak dulu hanya saluran tersier di depan rumah. Jadi masih jauh untuk ke saluran pembuangan besar. Apalagi posisi Surabaya berada di pesisir laut, maka ketika kemarau ini bisa jadi penetrasi air di bawah tanah agar air laut tidak masuk. Karena jika air bawah tanah kita kalau kering, akan terjadi intrusi air laut (air laut masuk ke darat).
Pemkot Surabaya saat ini telah membangun 37 bozem, dengan luas sekitar 1,2 juta meter persegi. Yang paling besar adalah bozem Morokrembangan dengan luas 800 ribu meter persegi, lalu ada bozem Kedurus (143 ribu meter persegi) dan bozem Wonorejo (120 ribu meter persegi).
Masalahnya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan dan kelangsungan bpzem masih harus terus diingatkan. Paling tidak, jangan lagi ada yang membuang sampah di bozem. Karena kalau bozemnya penuh sampah, percuma saja pembersihan saluran dilakukan.
Agar lebih menarik, bozem juga harus dihijaukan. Jadi selain jadi pengendali banjir, juga bias sebagai tempat budidaya ikan dan tempat wisata local yang teduh.
Pengerukan untuk Pengurukan
Dengan gencarnya pengerukan ini, sedimen yang diambil akan dimanfaatkan. Jumlah tanah-pasir sedimen dari beberapa saluran, sungai, serta gorong-gorong di Surabaya sangat besar. Setiap bulan bisa ratusan dump truck. Ke mana tanah sedimen itu dibuang? Ini yang menarik. Tanah sedimen itu tidak dibuang, tetapi dipakai untuk tanah uruk. Pengerukan untuk pengurukan.
Hasil pengerukan itu berupa lumpur yang kemudian dimanfaatkan untuk pengurukan proyek-proyek di Surabaya. Hasil pengerukan dimanfaatkan untuk taman, pengurukan perluasan makam, lapangan, sentra kaki lima, buffer zone TPA Benowo, dan sebagainya. Proyek lainnya adalah menguruk lahan rencana lapangan tembak di Tambak Wedi, kawasan Suramadu.
Normalisasi saluran air dan konsentrasi melakukan pembenahan sungai dengan mengeruk lumpur dan endapan agar aliran air menjadi lebih lancar. Pengerukan di semua saluran air yang dilakukan dengan gencar, adalah langkah antisipatif yang menarik untuk menuju Surabaya kota bebas banjir dan genangan. –sa