Machiavelli selalu dicari setiap orang yang tertarik pada politik dan kekuasaan. Apalagi ketika musim bertarung memperebutkan kekuasaan. The Prince karya paling berpengaruh sepanjang waktu.

Surabayastory.com – Selama lebih dari 400 tahun, The Prince menjadi buku pegangan mendasar tentang politik, kenegaraan dan kekuasaan. Ditulis oleh seorang bangsawan Florentine yang namanya menjadi sinonim dengan keahlian bidang tersebut. Ini merupakan dokumen sosial dan politik yang menarik pada masa lalu dan terus menjadi pegangan yang terkenal di masa kini.
Ketika muncul pertama kali, Machiavelli ingin menetapkan aturan dan langkah-langkah dalam permainan politik yang abadi. Sebagai negarawan yang sukses saat itu, ia menemukan rumusan yang menarik bagi mereka yang mengincar kekuasaan. Bagaimana mendapatkan kekuasaan untuk selamanya.
Saat itu di abad ke-16, di Italia sudah ada demokrasi yang sedikit modern. Munculnya karya Machiavelli ini bukannya menjadi pedoman/ panduan bagi pemerintahan demokratis dan efisien, sebaliknya malah jadi gagasan cetak biru bagi para diktator.
Il Principe (Sang Penguasa) adalah sebuah risalah politik oleh seorang pegawai negeri dan ahli teori politik asal kota Florence, Italia; Niccolo Machiavelli. Naskah aslinya berjudul De Principatibus (Tentang kekuasaan), ditulis tahun 1513, namun baru diterbitkan tahun 1532, lima tahun setelah kematian Machiavelli.
Tulisan ini adalah sebuah studi klasik tentang kekuasaan, tentang bagaimana memperolehnya, memperluas, dan menmggunakannya dengan hasil yang maksimal. Tulisan ini sebenarnya tidak mewakili karya-karyanya selama masa hidupnya, namun karya inilah yang paling diingat, dan yang kemudian memunculkan “para pengikut” yang menyebut dirinya dengan “Machiavellian”.
Pandangan-pandangan yang diuraikan oleh Machiavelli dalam Sang Penguasa mungkin terdengar ekstrem. Namun demikian, seluruh kehidupannya dihabiskan di Florence pada saat konflik politik berkelanjutan. Karenanya, nilai utama yang ditekankan Machiavelli adalah kebutuhan akan stabilitas dalam wilayah seorang penguasa.
Teori-teori yang diungkapkan dalam Sang Penguasa seringkali dipuja sebagai metode-metode cerdik yang dapat digunakan oleh penguasa yang sedang mencari kekuasaan untuk memperoleh tahta, atau oleh seorang penguasa yang ingin mempertahankan kekuasaannya.
Kebaikan Moral
Menurut Machiavelli, kebaikan moral yang terbesar adalah sebuah negara, yang bijak (virtuous) dan stabil, serta mampu melakukan tindakan-tindakan untuk melindungi negara. Betapapun itu kejam, tetapi selama untuk kepentingan negara, itu dapat dibenarkan. Yang sangat penting adalah melakukan segala sesuatu, dengan berbagai cara untuk mempertahankan Negara dan kekuasaan. Karena itu, menurut Machiavelli, apapun langkah yang dilakukan oleh penguasa harus didukung.
Ia memberikan sebuah jawaban yang padat tentang apakah seseorang penguasa harus ditakuti atau/ dan dicintai. Ia menyatakan, “…seorang penguasa yang bijaksana harus membangun kekuasaannya berdasarkan apa yang ia sendiri kuasanya dan bukan berdasarkan apa yang orang lain kuasai; ia harus berusaha agar ia tidak dibenci, seperti yang telah dicatat. “ Ia juga berkata “Yang terbaik ialah ditakuti dan dicintai; namun demikian, bila seseorang tidak dapat dua-duanya, lebih baik ditakuti daripada dicintai.”
Wacana pembukaan dari Sang Penguasa mendefinisikan metode-metode pemerintahan yang efektif dalam beberapa bentuk ke-Penguasaan (misalnya, jabatan yang baru diperoleh vs. keturunan). Machiavelli menjelaskan kepada pembacanya, yang diasumsikan sebagai seorang anggota dari kebangsawanan Florence, jalan terbaik untuk memperoleh, mempertahankan, dan melindungi sebuah Negara. Metode-metode yang digambarkan di dalamnya mencakup pengajaran tentang perang dan kekejaman.
Buku Sang Penguasa ini secara luas dianggap sebagai salah satu buku yang paling berpengaruh dalam politik, khususnya menyangkut pemerolehan, pelestarian, dan penggunaan kekuasaan politik di dunia Barat. Pengamatan-pengamatan Machiavelli terus bergema dalam benak para politikus, mahasiswa dan sarjana. Ketika Machiavelli menulis Sang Penguasa ia tidak bermaksud untuk menyusun sebuah tulisan ilmiah tentang teori politik, namun tulisannya ini disukai oleh keluarga Medici yang berkuasa, yang dirasakan memberikan nasihat tentang bagaimana seorang penguasa dapat memperoleh dan mempertahankan kekuasaan.
Machiavelli membenarkan kekuasaan yang diperoleh lewat kekerasan dan bukan lewat hukum. Karenanya, Sang Penguasa tampaknya membenarkan sejumlah tindakan yang dilakukan semata-mata untuk melestarikan kekuasaan.
Ia juga menegaskan bahwa ia tidak akan membicarakan masalah republik. “Tentang Republik saya tidak akan berbicara sekarang, karena hal ini telah dibicarakan di tempat-tempat lain secara panjang lebar. Di sini saya secara khusus akan membicarakan Ke-Penguasa-an, dan dengan mengisi kerangka di atas saya akan menjelaskan bagaimana negara seperti itu harus diperintah dan dipertahankan.”
Pertahanan dan Militer
Setelah membahas berbagai tipe ke-Penguasaan-an, Machiavelli lalu membahas tentang bagaimana suatu negara dapat menyerang wilayah-wilayah lain atau mempertahankan dirinya. Dua dasar yang paling penting bagi setiap negara, baik lama ataupun baru, adalah hukum yang sehat dan pasukan-pasukan militer yang kuat.
Seorang Penguasa yang mandiri adalah Penguasa yang dapat menghadapi musuh manapun dalam medan pertempuran. Namun demikian, seorang Penguasa yang hanya mengandalkan perbentengan atau bantuan dari yang lainnya dan hanya bersikap defensif, tidaklah mandiri.
Bila seorang Penguasa tidak dapat membentuk suatu pasukan yang kuat dan harus mengandalkan pihak lain untuk pertahanannya, ia harus segera membentengi kotanya. Sebuah kota yang dibentengi dengan baik tidak akan menjadi sasaran serangan, dan bila diserang, kebanyakan tentara tak dapat bertahan dalam pengepungan yang berkepanjangan. Namun demikian, dalam suatu pengepungan, seorang Penguasa yang bijak akan menjaga moral warga tetap tinggi, sementara menyingkirkan semua pembangkang. Karenanya, selama kota itu dipertahankan dengan baik dan mempunyai cukup pasokan, seorang Penguasa yang bijaksana dapat menghadapi pengepungan apapun.
Machiavelli mengambil sikap yang keras terhadap penggunaan pasukan-pasukan sewaan, tentara yang disewa untuk berperang. Ia percaya bahwa tentara sewaan tidak ada gunanya bagi seorang penguasa karena mereka tidak berdisiplin, pengecut, dan tidak mempunyai loyalitas. Motivasi mereka untuk berperang hanyalah demi uang. Machievelli menerangkan bahwa Italia lemah karena mengandalkan tentara sewaan.
Pada berbagai tahap kehidupannya, Napoleon I dari Perancis menulis tafsiran yang panjang untuk Sang Penguasa. Setelah kekalahan di Waterloo, tafsiran-tafsiran ini ditemukan di kursi sang kaisar dan diambil oleh militer Rusia. Dictator Italia Benito Mussolini juga menulis sebuah wacana tentang Sang Penguasa.
Machiavelli bercerita tentang strategi, pemetaan, serta solusi terhadap beberapa kesulitan yang ada dalam kehidupan. Meski ditulis lebih dari 400 tahun lalu, masih kontekstual dan menyiratkan inspirasi pada kehidupan masa kini. Selamat membaca dan menggali lebih dalam tentang strategi kehidupan. –sa, dari berbagai sumber
Pretty section of content. I just stumbled upon your site and in accession capital to assert that I get in fact enjoyed account your blog posts. Anyway I will be subscribing to your augment and even I achievement you access consistently rapidly.