Di negeri kita, orang merasa belum makan, kalau belum makan nasi. Nasinya nasi putih. Nasi memasok separo dari kalori harian penduduk dunia. Nasi berasal dari beras, jenisnya beda-beda. Mari kita pilah satu persatu.
Surabayastory.com – Beras adalah bahan pangan pokok di dunia. Variannya sangat banyak, bentuk dan teksturnya berbeda-beda. Klasifikasi beras bisa dilakukan dengan berbagai cara. Beras bisa dibedakan dari warnanya, ada juga yang membuat klasifikasi berdasarkan teksturnya ketika sudah masak. Dalam hal ini beras digolongkan menjadi dua jenis:
- Padi beras
Beras ini kalau sudah dimasak menjadi nasi yang teksturnya empuk, punel dan tidak lengket. Beras ini dijadikan makanan pokok sehari-hari yang merupakan sumber utama karbohidrat, dan dimakan dengan lauk dan sayuran.
- Padi ketan
Beras ini kalau sudah masak berubah menjadi empuk dan lengket. Ketan lebih sering dijadikan makanan jajanan atau makanan tambahan. Ketan yang di dalamnya diisi ayam cacah yang telah dibumbui, lalu dibungkus daun pisang dan ditanak akan menjadi lemper. Ketan yang selesai ditanak bisa dipadukan dengan cairan duren yang telah dimasak. Ketan juga enak dimakan dengan parutan kelapa dan bubuk kedelai. Beras ketan juga dibuat tepung sebagai bahan pembuat penganan atau makanan ringan. Dengan demikian padi ketan tidak dikonsumsi langsung sebagai makanan pokok sebagaimana padi beras.
Bila dilihat dari lahan yang digunakan sebagai media tanam, padi dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:
- Padi sawah
Ini adalah jenis padi yang biasa ditanam di sawah, yaitu lahan yang cukup memperoleh air. Padi sawah memerlukan genangan air, sejak musim tanam sampai mulai berbuah.
- Padi kering
Ini adalah jenis padi yang tidak membutuhkan banyak air sebagaimana padi sawah. Bahkan padi kering ini dapat tumbuh hanya mengandalkan air hujan. Ditinjau dari segi hasilnya, padi sawah jelas menghasilkan lebih banyak panen paripada padi kering. Padi kering ini pada umumnya ditanam di daerah-daerah yang kurang atau sedikit air. Padi jenis ini masih dapat dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu:
- Padi Ladang
Ini adalah jenis padi yang ditanam di wilayah hutan yang baru dibuka. Hasilnya sangat rendah. Padi ladang umumnya ditanam olah petani tradisional di daerah pedalaman yang berhutan, seperti di Kalimantan. Umumnya mereka melakukannya berpindah-pindah dan sudah barang tentu sangat merugikan kelestarian alam. Padi ladang mengandalkan air dari curah hujan. Biasanya petani menebang hutan, membakarnya, kemudian pada musim hujan menanaminya. Jika tanah sudah tidak subur lagi mereka membuka hutan yang lain dengan cara yang sama.
- Padi Gogoh Rancah
Padi jenis ini ditanam di tegalan pada saat musim hujan. Padi digenangi air seperti di sawah. Padi gogoh rancah sangat bergantung pada curah hujan. Jika musim kemarau panjang sudah barang tentu pertanian pada gogoh rancah tidak dapat berlangsung.
- Padi Tegalan
Padi tegalan disebut juga padi Gogoh yang tumbuh di tanah kering. Dan jika pertumbuhannya digenangi air seperti padi sawah disebut gogoh rancah.
Berikut ini adalah sejumlah contoh jenis-jenis padi yang banyak ditanam di masyarakat berdasarkan jenis tanah yang digunakan untuk menanam, teksturnya, dan keunggulannya:
- Padi Sawah:
IR36, Cisadane, IR42, Cisokan, IR64, Ciliwung, IR66, Memberamo, Cibodas, Digul, Maros, Cilamaya Muncul, Way Apo Buru, Widas, Ciherang, Cisantana, Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad Unda, Celebes, Kalimas, Bondojudo, Silugonggo, Singkil, Sintanur, Konawe, Batang Gadis, Ciujung, Conde, Angke, Wera, Sunggal, Cigeulis, Luk, Ulo, Cibogo, Batang Piaman, Batang Lembang, Pepe, Logawa, Mekongga, Sarinah, Aek Sibundong, Inpari 1, Inpari 2, Inpari 3, Inpari 4, Inpari 5 Merawu, Inpari 6 Jete , Inpari 7 Lanrang, Inpari 8, Inpari 9 Elo, Inpari 10, Laeya
- Padi Tipe Baru
Cimelati, Gilirang, Ciapus, Fatmawati
- Padi Hibrida
Maro, Rokan, Hipa 3, Hipa, Hipa 5, Ceva, Hipa 6 Jete, Hipa 7, Hipa 8 Pioneer,
- Padi Ketan
Lusi, Ketonggo, Setail, Ciasem
- Padi Gogo
Cirata, Towuti, Limboto, Danau Gaung, Batutegi, Situ Patenggang, Situ Bagendit
- Padi Rawa Pasang Surut
Banyuasin, Batanghari, Dendang, Indragiri, Punggur, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur, Mendawak, Inpara1, Inpara2, Inpara3,
Varietas padi yang ada di Indonesia sebenarnya lebih banyak lagi dari apa yang ada dalam daftar di atas. Lebih dari 200 varietas padi unggul ada di Indonesia. Di tahun 2010 diketahui sebanyak 10 varietas padi baru diciptakan. Kesepuluh varietas padi baru tersebut diciptakan sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak buruk perubahan iklim terhadap produksi pangan. Inovasi ini dalam rangka menjaga ketahanan pangan kita.
Varian Unggrul Baru
Perubahan iklim telah mengakibatkan cuaca ekstrem baik kering maupun hujan yang sulit diprediksi. Akibatnya, banyak bermunculan organisme pengganggu tanaman (OPT). Misalnya saja wereng, penggerek tanaman, sundep, dan lain-lain yang sifatnya sporadis dan masif. Karena itu diperlukan benih padi yang tahan terhadap kekeringan, tahan genangan, maupun tahan terhadap serangan hama wereng.
Kesepuluh varietas padi baru tersebut merupakan hasil penelitian selama enam tahun sebelumnya. Untuk menemukan satu varietas memang membutuhkan waktu yang lama. Karena varietas tersebut harus diujicoba di beberapa tempat atau uji multi lokasi. Sebab karakter tanah di daerah satu dengan daerah lain itu berbeda.
Beberapa varietas padi baru yang dihasilkan Badan Litbang untuk mengantisipasi perubahan iklim tersebut antara lain Inpara yang cocok terhadap rendaman, Inpago yang tahan kekeringan dan Inpari yang tahan terhadap serangan hama. Dalam lima tahun Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan 31 varietas padi unggul baru. Di antaranya pada 2009 Litbangtan menghasilkan sembilan varietas, dan 11 varietas pada 2008.
Memahami Beras Merah
Di antara sekian banyak varietas, pengembangan padi yang berasnya berwarna merah (beras merah) tampaknya kurang mendapat perhatian dibanding beras berwarna putih. Dari sekitar 200 varietas itu, hanya satu varietas saja yang berasnya berwarna merah, yaitu varietas Bahbutong. Itupun kulit arinya saja yang berwarna merah.
Padi yang banyak ditanam petani dewasa ini umumnya dari jenis Oryza sativa. Padi yang berwarna merah berasal dari jenis O.glaberrima. Varietas beras ini memiliki beberapa sifat yang tidak dimiliki oleh O Sativa, antara lain berasnya berwarna merah yang meliputi hampir seluruh butiran, toleran terhadap kekeringan, dan berumur sangat genjah. Jenis padi ini sudah dibudidayakan di Afrika Barat sejak ribuan tahun lalu.
West Africa Rice Development Association (WARDA ) telah mengembangkan padi beras merah melalui persilangan antara padi jenis O sativa dengan O. glaberrima. Turunan dari persilangan tersebut dilepas dengan nama New Rice for Africa (NERICA). Selain berasnya merah, NERICA juga memiliki kadar protein tinggi, toleran terhadap kekeringan, dan berumur genjah.
Di India telah dilepas pula varietas padi beras merah dengan nama Deepthi. Padi ini bersifat adaptif di dataran tinggi (900-1200 meter dpl). Varietas Deepthi mampu berproduksi 6,9 ton/ha setara dengan hasil padi di lahan sawah irigasi di Indonesia.
Di Indonesia hanya tersedia vatietas beras merah Bahbutong yang dilepas sejak tahun 1983. Tapi inipun tidak populer. Oleh karena itu beras merah yang diperdagangkan di daerah diduga berasal dari impor atau dari pagi gogo lokal yang umumnya produktivitasnya rendah dan berumur panjang.
Untuk menghasilkan varietas unggul padi beras merah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian telah melakukan persilangan dengan memanfaatkan sumber daya genetik padi yang sudah diidentifikasi sifat-sifat pentingnya, antara lain galur BP1 40F, varietas Silugonggo, dan O. glaberrima. BP140F adalah galur padi tipe baru (new plant type) berdaya hasil tinggi. Sedangkan Silugonggo adalah varietas unggul padi tadah hujan berumur genjah.
Seorang pemulia (peneliti dan pengembang bibit) dari Balitpa, melihat munculnya tantangan baru di dunia penelitian padi nasional, yakni tuntutan diproduksinya varietas padi yang memiliki kadar zat besi, untuk pengobatan penderita diabet, dan yang memiliki kandungan vitamin A cukup tinggi. Contohnya IR 65 yang memiliki kadar besi cukup tinggi sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit anemia.
IRRI Filipina sudah mulai mengembangkan padi yang memiliki kandungan vitamin A. India juga sudah mengembangkan beras anti dibates. Bahkan Indonesia telah mengimpor beras anti diabetes ini dari Tajmahal India.
Biasanya padi yang memiliki kadar gizi yang sama dengan beras impor dari India seperti varietas IR 36 memiliki kelemahan dalam hal rasa. Varietas IR 36 ini sudah lama ditinggalkan petani karena rasa nasinya kurang enak. Para petani lebih cenderung menanam varietas padi yang rasa nasinya tebih enak seperti IR 64, Ciherang dan lain-lain.
Menurut dia, pengembangan beras yang mengandung kadar besi tinggi sudah dimulai sejak tahun 2000. Fokusnya seharusnya adalah pada pengembangan beras yang mengandung kadar besi tinggi tapi rasanya juga enak.
Menurut Siti Dewi Indrasari seorang Peneliti Balitpa, kadar beras merah unggul dalam hal kandungan vitamin B kompleks seperti B1, B2, B3, B6 dan Asam Pantotenat. Karena itu ke depan penelitian akan lebih fokus lagi ke mutu gizi beras merah tersebut. Saat ini penelitian masih difokuskan pada kandungan vitamin B1, B2, B3 dan B6 sedangkan giliran selanjutnya adalah penelitian terhadap kadar Anthosianin.
Penelitian terhadap beras merah ini terus dilakukan seperti di Pustitbangtan. Beras merah BP (Balai Padi) 1924 yang rasanya enak dalam waktu dekat akan segera dilepas. Saat ini varietas tersebut masih dalam taraf diusulkan ke Menteri Pertanian seperti BP 1924. Selain BP 1924 ada juga BP 1804.
Dikatakan, pihaknya juga sedang meneliti beras untuk pengobatan penderita diabetes yang merupakan kerjasama dengan Balai Pasca Panen. Jenis beras ini kadar glikomiknya rendah sehingga dengan mengkonsumsi beras ini maka kadar gula dalam tubuh tidak melonjak.
Beras jenis ini terbukti indeks glikemiknya sama dengan beras IR 36. Sebagai perbandingan beras Dobalkoni yang diimpor dari India yang memiliki khasiat yang sama dijual dengan harga sekitar Rp 90 ribu per kilogram. Sementara IR 36 harganya tidak berbeda dengan harga beras di Indonesia pada umumnya.
Penelitian terhadap beras berkadar besi (Fe) sudah dilakukan. Awalnya bekerjasama dengan IRRI Filipina. Filipina sendiri sudah melepas varietas padi yang kaya kadar besi yakni Maligaya Spesial 13. Negara itu bahkan telah mendistribusikannya ke Bangladesh, Vietnam, Indonesia dan Flipina sendiri. Sementara di Indonesia padi varietas itu dimanfaatkan sebagai tetua betina yang disilangkan dengan varietas unggul seperti Fatmawati, Ciherang dan lain-lain.
Dari hasil awal seleksi itu, kata dia, ada dua varietas padi yang cukup tinggi kadar besinya dibandingkan Ciherang. Jika Ciherang dalam bentuk beras pecah kulit kadar besinya 11 ppm (part per million), maka kedua varietas bisa mencapai 16- 17 ppm, sehingga dikatakan cukup tinggi kadar besinya. Namun demikian, penyilangan masih dilakukan sampai kadar besinya lebih dari 20 ppm seperti varietas aslinya di Filipina.
Budidaya Beras Merah
Kalau sebelumnya dikatakan sekarang jarang ada petani yang menanam padi merah, lalu di manakah kita bisa menemukan petani yang membudidayakan tanaman tersebut? Satu dari sedikit daerah yang membudidayakan beras merah adalah Desa Kalirejo Kecamatan Bawang Kabupaten Batang Jawa Tengah. Dan yang melakukan budidaya adalah kelompok tani “Sumber Rahayu”. Konon budidaya beras merah di daerah tersebut sudah ada sejak lama dan diwariskan secara turun-temurun. Tanaman ini sempat menghilang lalu dikembangkan kembali oleh para kelompok tani yang didampingi pihak Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) juga mantri tani dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Batang. Kini produk lokal beras merah Kalirejo mendapatkan apresiasi.
Budidaya tanaman padi jenis beras merah ini sengaja dikembangkan sehubungan adanya permintaan pasar luar maupun lokal. Tanaman budidaya beras merah tersebut bisa menghasilkan produksi sebanyak 4,8 ton/ha dengan menggunakan pola tanam legowo II atau hasil ubinan 2,5 x 2,5 m2. Ini berbeda kalau hanya menggunakan sistem tanam biasa yang produktivitasnya 3 ton/ha saja. Dari perbedaan cara dan pola tanam tersebut berarti ada peningkatan yang signifikan sebesar 1,8 ton/ha.
Pola tanam legowo II hanya membutuhkan jumlah benih beras merah sebanyak 25 kg/ha untuk mendapatkan hasil yang sedemikian banyak. sehingga ada kecenderungan peningkatan hasil panen tanaman beras merah lokal. Perbedaan jenis tanaman beras merah biasa dengan beras merah lokal itu terlihat pada warna bagian batang tanaman. Untuk tanaman beras merah lokal batang padi berwarna merah keunguan, sedangkan tanaman beras merah biasa pada batang terlihat warna putih.
Tanaman yang dibudidayakan oleh para petani cenderung lebih mengandalkan perawatan dengan obat herbal atau alami untuk mengatasi gangguan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan pupuk organik. Tanaman padi beras merah lokal juga banyak manfaatnya di antaranya, dapat mengatasi penyakit seperti diabetes, stroke, kanker, jantung serta meningkatkan daya kecerdasan pada otak. Selain itu juga kelebihan tanaman padi beras merah lokal ternyata tahan terhadap gangguan hama.
Beras Merah-Putih
Budidaya tanaman padi beras merah yang merupakan produk unggulan lokal dapat menembus pasaran ekspor. Selain beras coklat, beras merah, dan beras hitam, kini juga telah muncul varietas padi merah-putih. Tak jelas padi ini masuk varietas yang mana dan hasil persilangan jenis padi apa saja. Yang jelas kalau kulitnya dibuka padi tersebut setengah badannya berwarna merah dan setengahnya lagi berwarna putih.
Beras merah putih itu ditemukan Adji Koesoemo bersama Hertanto, salah satu cicit Sultan Hamengku Buwono VII. Pegiat pertanian di Yogyakarta itu selain menemukan beras warna merah-putih juga memproduksi minyak bahan bakar alternatif berbahan baku biota laut plankton, dan kendaraan panser bertenaga listrik.
Awal penemuan memang bukan dari penelitian ilmiah, tetapi lebih pada keajaiban. Mereka mendapatkan buliran padi tersebut dari penduduk yang menemukan di bawah reruntuhan candi di kawasan Klaten, 16 Februari 2006. Beras ini diduga berasal dari sekitar abad VII.
Saat ditemukan wujudnya sudah beras, bukan bentuk padi, warnanya separuh merah, separuhnya lagi putih. Saat beras Merah Putih ditemukan dua tahun lalu jumlahnya 160 butir. Selain beras ada juga jagung dan kacang hijau di dalam satu wadah.
Didorong rasa ingin tahu yang sangat tinggi, Adji mencari berbagai cara untuk melestarikan padi itu meski dengan spekulasi. Dia beserta kawannya, Hertanto, memilah-milah beras yang masih tampak bagus, dan didapat 120 bulir yang masih memiliki mata beras. Untuk percobaan dibagi menjadi dua, 100 butir ditanam apa adanya, dan sisanya ditutupi media sekam padi rojolele.
Yang menakjubkan, dari 120 benih yang ditanam ternyada ada 88 yang berkecambah dan ada tujuh batang yang tumbuh dengan masing-masing dua anakan, jadi ada 21 batang padi. Ketika ditanam, sampai umur tiga bulan tinggi padi hanya 5 cm, baru pada umur lima setengah bulan terlihat tinggi dan berbuah. Dari 21 induk dihasilkan 2.411 bulir padi yang kemudian dibudidayakan di 12 daerah.
Setelah panen pertama, generasi kedua beras merah putih ini dikembangkan di berbagai daerah, seperti Kediri, Sumenep, Pati, Banyumas, Sabdodadi-Bantul, Banjarnegara, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, dan Bali. Bahkan, saat ini sudah dikembangkan di 230 titik di berbagai provinsi.
Beras merah-putih memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan beras putih atau merah biasa. Beras merah-putih sangat mendukung pertumbuhan anak-anak karena zat besinya tinggi. Juga mendukung kecerdasan anak-anak, dan untuk orangtua mencegah tidak mudah pikun karena zat besinya tinggi. Dan bagi penderita diabetes tidak masalah karena karbohidartnya rendah.
Kandungan zat besi (ferro = Fe) beras merah-putih adalah 4,61 mg/100 gram, sedangan beras putih hanya 0,13 mg, dan beras merah tidak terdeteksi. Kandungan zat seng (Zinkum=Zn) 8,30 mg/100 gram, sedangkan beras putih 0,6, dan beras merah tidak terdeteksi. Kandungan karbohidrat, paling rendah, yakni 71,34 persen, beras putih 80 persen, dan beras merah biasa 75 persen.
Manusia membutuhkan banyak zat, di antaranya zat besi, zat seng, dan karbohidrat. Menurut Data Balai Penelitian Tanaman Padi, kekurangan zat besi dalam tubuh dapat menyebabkan anemia, sementara kekurangan zat seng menghambat pertumbuhan pada bayi, mengganggu imunitas, dan menghambat penyerapan zat besi.
Dewasa ini diperkirakan lebih dari 50 persen wanita hamil dan 40 persen anak sekolah di Asia menderita anemia yang diakibatkan kekurangan zat besi dalam tubuhnya. Padahal, zat-zat itu dapat diperoleh pada makanan berbahan baku beras atau tepung beras. Beras itu kemudian diberi nama merah-putih RI-1 karena beras ini mirip dengan bendera Republik Indonesia.
Selain kandungan gizinya tinggi, beras merah putih ini lebih tahan terhadap hama dan ditanam dengan metode organik, tanpa menggunakan puku-pupuk kimia atau pestisida. Dengan menanam padi merah putih, maka petani tidak menanam padi hibrida. Sebab dengan padi hibrida varietas baru selalu dikuti hama baru, dan eksportir akan memasukkan pestisida ke dagangannya.
Betapa kayanya Indonesia. Sejak berabad lampau nenek moyang kita sudah menunjukkan kemandirian pangan. Pertanyaannya kemudian, kenapa saat ini Indonesia masih impor beras? –drs, dari berbagai sumber