Gembong, Gembong, Gembong. Area yang banyak dikeluhkan, juga banyak dicari. Jalan yang penuh PKL itu kini bersih.
Surabayastory.com – Hari Minggu kemarin (18/11/2018) adalah hari terakhir bagi para pedagang kaki lima (PKL) Gembong, Kapasari, dan Ngaglik untuk menempati lahan yang selama bertahun-tahun dipakai sebagai tempat jualan. Semua jalan itu tampak bersih PKL. Para pedagang tersebut telah direlokasi ke tempat yang diberi nama Sentra PKL Gembong Asih, yang luasnya 3.800 m2. Letaknya masih satu kawasan, namun tak lagi di pinggir jalan raya.
Kawasan Gembong tampak sedang ditata ulang oleh Pemerintah Kota Surabaya. Rencana relokasi Gembong sudah didengar sejak lama, namun berkali-kali pula gagal.
Kali ini, rencana dan strategi pelaksanaannya tampak berbeda dan efektif. Selain menggusur, pemerintah sudah menyiapkan tempat penggantinya. Bagian yang perlu mendapat apresiasi adalah ketika sosialisasi dan pemberitahuan tentang relokasi pada para pedagang di situ sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari. Bahkan sejak setahun yang lalu.
Kawasan Gembong memang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Selain kawasan Jl Demak, Gembong telah menjadi legenda sebagai tempat jual-beli barang bekas di Surabaya. Sejak puluhan tahun lalu nama Gembong juga masyur. Mula-mula berawal dari pedagang baju bekas di Jl Gembong Tebasan. Mau baju dan celana model apa saja ada di sini. Mulai dari harga Rp 5.000 hingga lebih dari Rp 100 ribu. Baju-baju bekas ini selain dari masyarakat yang menjual kembali bajunya yang tak terpakai, biasanya juga dari impor baju bekas dari Jepang, Korea, Amerika, juga Malaysia yang akrab disebut dengan barang Roma (rongsokan Malaysia).
Dari Gembong Tebasan kemudian berkembang ke pertigaan Kapasari-Gembong. Di sini barang dagangan yang ditawarkan lebih beragam. Alat-alat pertukangan, mainan, sepeda, dan kebutuhan sehari-hari yang remeh-temeh ada di sini. Semakin lama jumlah PKL semakin membludak. Jalan Kapasari pun menjadi penuh hingga ujung Jl Ngaglik. Tak cukup juga, akhirnya Jl Ngaglik pun juga penuh PKL hingga bawah viaduct yang dekat dengan Jl Tambaksari.
Perkembangan PKL yang meluber hingga memenuhi badan jalan bukan berarti tak menimbulkan masalah. Protes terus berdatangan dari masyarakat. Kemacetan di sepanjang yang ditempati PKL tak terhindarkan. Apalagi jika sudah hari Minggu atau hari libur, sudah dapat dipastikan Jl Gembong, Kapasari dan Ngaglik sulit untuk dilewati. Yang juga merasa dirugikan adalah penduduk di sepanjang tiga jalan itu. Karena padatnya PKL di depan rumah, sampai-sampai sang pemilik rumah kesulitan untuk keluar-masuk rumahnya sendiri.
Sudah pasti ini tak nyaman. Dan demi rasa keadilan inilah kemudian Pemerintah Kota Surabaya merelokasi para PKL ini. Proses relokasi ini tidak mudah. Meski sudah jauh-jauh hari dilakukan pemberitahuan, namun proses ini juga masih menimbulkan kericuhan. Untungnya, gesekan ini berhasil diredakan tanpa anarki berlebihan.
Proses Relokasi
Kemarin, para PKL dagangannya sudah masuk ke lapan-lapak baru di Gembong Asih. Sentra PKL Gembong ini rencananya akan dikembangkan menjadi ikon Kota Surabaya sekaligus destinasi barang bekas dan barang antik. Dari barang-barang kebutuhan dasar hingga barang yang sulit dicari di pasaran umum.
Jika relokasi ini bisa berkembang, rencana juga akan dibentuk koperasi di sini dan menjadikan Sentra PKL Gembong sebagai pemberdayaan ekonomi secara terpusat. Di sentra PKL ini yang boleh masuk hanya PKL warga Kota Surabaya saja. Di sini pedagang tak dipungut biaya alias gratis. Jumlah lapak yang disiapkan sudah dihitung dari pendataan tahun lalu. Di sentra PKL Gembong Asih terdapat 200 stan. Sebanyak 160 stan sudah ditempati, dan 40 stan menunggu diisi.
Dari pendataan itu kemudian diikuti dengan perjanjian dengan para pedagang untuk tidak berjualan di pinggir jalan lagi. Namun kenyataannya masih ada pedagang yang berjualan di sana, maka kami bertindak menertibkannya. Jika ini dibiarkan, tentu akan menimbulkan kecemburuan atau ketidakadilan.
Dengan ditempatkannya ke sentra khusus PKL Gembong Asih, diharapkan tak ada lagi gangguan lalu lintas dan ketertiban umum. Relokasi ini sekaligus memberikan keadilan bagi para pemilik rumah, toko, atau tempat usaha di sepanjang jalan itu yang ditutup oleh PKL yang meluber.
Pasca penertiban PKL Gembong dan Kapasari yang sempat ricuh karena pedagang memblokade jalan dengan karung pasir pada Senin (12/11), keadaan sekarang telah terlihat normal kembali. Arus lalu lintas pun berjalan lancar dan lingkungan menjadi bersih. Untuk mengantisipasi agar pedagang tidak menggelar kembali dagangannya di jalan, banyak petugas satpol PP yang di siagakan di sana.–sa