Pertempuran 10 November di Surabaya telah mengguncangkan dunia. Media-media internasional memantau dan menuliskan cerita kegigihan arek-arek Suroboyo.
Surabayastory.com – Perang 10 November 1945 yang sangat sengit telah menyita banyak perhatian di dunia. Story (cerita) tentang keberanian dan kegigihan arek-arek Suroboyo telah mengguncang public dunia. Ada apa di Surabaya? Saat itu para pejuang Surabaya yang dengan senjata seadanya, harus menghadapi tentara Inggris dengan puluhan ribu tentara bersenjata lengkap dan modern. Bahkan tentara Inggris di Brigade 49 berpengalaman di Perang Dunia Kedua.
Namun, bukan berarti tentara Inggris itu bisa menguasai Kota Surabaya dengan mudah. Justru sebaliknya, para tentara Inggris itu terdesak karena perlawanan tanpa henti dari arek-arek Suroboyo. Bahkan dalam catatan tentara Inggris yang terbit beberapa puluh tahun kemudian menyebutkan jika para pejuang Surabaya itu tidak ada matinya. “Gugur, datang lagi yang baru. Gugur, bangun lagi yang lain menyerang. Tanpa henti. Tidak ada kata menyerah.”
Meski Surabaya digempur habis dari darat, laut dan udara hingga menjadikannya lautan api, Pasukan Divisi Kelima India “Ball of Fire” pimpinan Mayjen Robert Eric Carden Mansergh, kesulitan menguasai Surabaya sepenuhnya. Besarnya korban yang jatuh hingga pasukan Inggris menyebut pertempuran ini bak Inferno alias neraka. Inggris yang terdesak pun hingga minta bantuan Presiden Soekarno untuk menghentikan peperangan habis-habisan itu.
Cerita tentang ketangguhan arek-arek Suroboyo ini direkam dan disebar oleh surat kabar Times yang beredar di London, Inggris. Surat kabar ini menuliskan laporan tentang pertempuran Surabaya ini dua edisi, 13-14 November 1945. Di sini dilaporkan peristiwanya hingga sisi-sisi human interest yang menyentuh sisi manusiawi. Tentu saja laporan ini menggelegar dan mengguncang seluruh penjuru Inggris Raya.
Kabar lainnya dibawa oleh koran Sunday Times yang terbit di Johannesburg, Afrika Selatan. Di laporannya di halaman 1. Di edisi yang terbit 11 November 1945, dituliskan jika posisi tentara Inggris sedang masuk di Surabaya. Namun kondisinya terdesak dengan keberanian dan serangan tanpa henti dari arek-arek Suroboyo.
Setelah menyerang Surabaya habis-habisan, kabar tentang perang besar di Surabaya akhirnya sampai di Amerika Serikat. Surat kabar terkemuka The New York Times menuliskan laporan tentang perang besar di Surabaya ini. Tentang pertempuran dan situasi di Surabaya. Diberitakan pula kapal perang Inggris yang terbakar di Tanjung Perak. Pertahanan laut Inggris ini kocar-kacir setelah ditembak meriam kanon (jenis meriam pantai Tentara Australia yang dirampas Jepang di Morotai lalu dirampas pejuang Indonesia), kaliber 10,5 cm yang ditembakkan tanpa henti.
Sementara Koran berpengaruh lainnya, The Chicago Tribune menyesalkan tindakan yang dilakukan tentara Inggris. Mereka menuliskan jika tak ada daya lagi bagi Jelas Belanda dan Prancis untuk mengembalikan kekuasaan mereka atas Hindia-Belanda dan Indi-China. Mengapa Inggris harus membantu dengan cara seperti itu?
Dari New York City koran The New Republic menurunkan artikel yang berisi sebenarnya Inggris tidak punya kewajiban moral untuk mempertahankan koloni Belanda dengan kekuatan militer. Apalagi pemerintahan buruh Inggris saat itu menentang penindasan kolonialisme.
Bagi masyarakat Amerika, perang ini menumbuhkan keprihatinan dan simpati. Beberapa ulasan dan artikel kemudian muncul di beberapa media di Amerika. Keprihatinan dengan banyaknya jumlah korban yang jatuh juga menyebar hingga ke beberapa kota besar di dunia. Keadaan ini surat kabar The Saint Louis Despatch yang terbit di Missouri (Amerika), menulis keras jika tindakan penyerangan ini memuakkan dan tidak manusiawi.
Buku The Fighting Cock, yang berisi catatan memoir Letkol AJF Doulton menuliskan jika para pejuang Indonesia di Surabaya tidak takut mati. “Korban yang banyak tak membuat mereka takut. Apabila satu jatuh, yang lain langsung maju. Bren (senapan mesin ringan Bren Gun) sepertinya tak mempan. Korban ada di mana-mana, tubuh yang terkapar bertumpuk di mana-mana, tetapi rakyat Indonesia datang lebih banyak lagi.” –sa, dari berbagai sumber
Assalamu’alaikum,
Seharusnya kisah nyata perang 10 Nopember 1945 ini dibuatkan film dokumenter. Supaya generasi berikutnya melek sejarah, dan membangkitkan kembali semangat jihat dan nasionalisme untuk Indonesia.
Terimakasih sudah singgah di surabayastory.com. Merdeka!